14. Hiro

55 20 105
                                    


"I-itu-a-a-a-"

Seekor anjing tiba-tiba melompat ke arah Ikki. Ikki sontak terjatuh ke permukaan kasar pinggir lapangan. Jerit ketakutan Ikki yang berulang-ulang membuat Ryouta dengan lekas meraih makhluk dengan buntalan bulu putih yang hanya memiliki tinggi tak sampai 40 cm. Ryouta membawa anjing itu ke dalam dekapan. Dilihatnya di sana, Ikki merangkak mundur dengan menjejak-jejakkan kaki sekaligus menyeret pantatnya menjauh.

"Tenangkan dirimu, Ogawa. Anjing ini jinak."

Karena memang terbukti dengan sikap si anjing yang tenang. Wajah makhluk itu bahkan kelihatan manis dan ramah, sambil menderukan napas antusias khas anjing dan menjulurkan lidahnya. Namun tak sampai satu menit di pelukan, anjing itu tiba-tiba melepaskan diri dan berlari entah kemana.

"Anjing itu sudah pergi," ujar Ryouta lagi.

Ikki tentu bernapas lega. Remaja laki-laki itu lalu mengambil bola basket yang ada di dekatnya dan berdiri. Seolah-olah tak terjadi apa pun. Padahal kakinya tampak goyah, yang terus dipaksakan untuk melangkah ke dalam lapangan dan menghadap kembali pada Ryouta. Sambil memaksakan sebuah senyum, Ikki pun mengajak buchou-nya untuk berlatih.

"A-ayo, Buchou¹."

Dari cara bicara Ogawa Ikki yang tergagap saja sebenarnya tidak meyakinkan.

"...kau yakin sudah baik-baik saja?"

Mereka lalu memulai latihan di lapangan outdoor itu. One on one.

Di dalam latihan itu, Ikki masih banyak melakukan foul. Bukan terkait teknis permainan, melainkan dalam perebutan bolanya cenderung kasar. Ryouta sampai harus mendapat beberapa memar karena terkena sikutan maupun pergerakan Ikki yang berlebihan. Akan tetapi, Ryouta dengan sabar mengajari dan memberi tahunya mengenai apa yang harus dilakukan maupun foul yang telah diperbuat.

Sampai pada akhirnya, tiba di satu waktu Ikki sudah banyak kehilangan energi, begitu pun dengan Ryouta. Mereka berusaha mengatur napas saat bola basket tak lagi ada di tangan salah satu dari mereka.

"Masih belum."

Tampaknya, kesabaran Ikki telah terpangkas habis.

Dia kembali mengambil bola basket dan melakukan dribble. Saat Ryouta hendak merebut bola, lagi-lagi Ikki mendorong Ryouta. Dorongan itu terlampau kuat dan membuat Ryouta terjatuh, sebab emosi Ikki makin memuncak lantaran lelah dengan dirinya yang payah.

"Aak! Gomen², Buchou!" teriak Ikki panik sambil membuang bola basket dari tangannya ke sembarang arah dan berlari ke arah buchou-nya. Bukannya memarahi Ikki, Ryouta justru tertawa dan menggaruk kepala belakangnya. Melihat itu, Ikki semakin kesal dengan dirinya sendiri. "Sial, aku melakukannya lagi. Kau tak apa, Buchou?"

"Tidak apa. Aku saja yang kurang waspada." Ryouta bergegas mendirikan tubuhnya. "Ayo lagi."

Ikki terdiam, menggigit bibir bawahnya karena kesal.

"Aku rasa cukup, Buchou." Ikki pikir, jika latihannya terus berlanjut, bisa-bisa buchou-nya terluka dan cidera. Apalagi jika melihat memar dan luka pada tubuh buchou-nya. Ia jadi merasa bersalah. "Kita kembali saja, Buchou."

Kalau melihat sekitar, sudah berjam-jam mereka di sini. Senja tampak menggelantungi langit. Seharusnya anak-anak camp sudah kembali ke penginapan. Anehnya, tidak ada anak camp yang melewati jalan menuju penginapan di dekat lapangan. Kemungkinan besar, di sana ada jalan lain yang tak dia ketahui.

Ryouta lalu mengajak Ikki kembali ke gedung olahraga. Seperti dugaannya, di sana sudah sepi. Hanya segelintir anak camp yang membentuk kelompok sekolah, baik untuk mengobrol atau bermain basket di luar kegiatan camp. Gakushuin mungkin sudah kembali ke penginapan.

Forget Him NotTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang