4. Omamori

78 44 199
                                    

🏀🏀🏀

Kakak-beradik Yasutake memutuskan pulang terlebih dahulu meninggalkan anak-anak basket Gakushuin di lapangan basket sekolah mereka. Di sepanjang perjalanan, Ryouta dan Chiharu tak banyak bicara. Sebagai gantinya, gemerisik dedaunanlah yang menyela.

Pada rumah keenam yang mereka lalui, Ryouta baru membuka suara.

"Chiharu, aku minta maaf karena aku tadi tidak menjemput. Kita jadi tidak pergi ke kuil. Kau juga jadi datang ke sekolahku."

Tatkala Ryouta menoleh, Chiharu sudah tidak ada di sampingnya, padahal sebelumnya mereka berjalan beriringan. Ketika berbalik, Ryouta menemukan adik perempuannya tertinggal di belakang. Namun, yang membuat Ryouta lekas menghampiri adalah karena ternyata Chiharu baru saja terjatuh. Tutup tas randoseru¹ milik anak perempuan itu terbuka sehingga beberapa barang dari dalam tasnya keluar. Chiharu yang sudah duduk bersimpuh lantas mengumpulkan kembali barang-barangnya.

"Chiharu, kau tidak apa-apa? Apa ada yang terluka?" tanya Ryouta sambil berjongkok. Ryouta lalu memperhatikan keadaan adiknya dan menemukan lecet di kaki dan tangannya. Ditiupnya bergantian luka tersebut sebelum membantu adiknya berdiri dan memungut satu benda yang tersisa. "Sepertinya tinggal ini."

Chiharu menerima benda itu dengan kedua tangannya, tetapi tiba-tiba gadis itu berlinangan air mata. Sambil berusaha membersihkan debu yang menempel pada benda bulat berwarna oranye itu, dia menahan sengguk yang membuat bahunya berguncang.

"Kenapa? Apa lukanya baru terasa sakit?"

Chiharu menggeleng.

"Bola basket buatan Chiharu kotor karena jatuh. Padahal mau Chiharu berikan pada Onii-chan," rengek Chiharu menahan sedu.

Ryouta baru sadar jika benda seukuran bola pingpong yang sempat dipungutnya adalah boneka dengan bentuk bola basket yang terbuat dari kain flanel. Jahitannya yang tak rapi merupakan pertanda bahwa boneka mungil itu memang buatan adiknya. Ryouta kemudian mengusap pipi Chiharu yang basah sebelum menepuk lembut puncak kepala Chiharu. Diambilnya bola basket mini itu dari tangan si adik.

"Untukku kan?" Ryouta mengaitkan tali halus di ujung boneka bola basket itu ke ponsel miliknya. Dia menggoyangkan ponselnya sehingga bonekanya bergerak-gerak seperti sedang dipantulkan. "Bola buatan tangan yang bagus, Chiharu. Sankyu²."

"Gomen ne³, Onii-chan, Chiharu hanya bisa buat itu. Bentuknya juga tidak sebagus bola basket yang asli."

"Benarkah? Menurutku ini sudah sangat bagus. Turnamen berikutnya kami pasti akan sampai ke final lagi, apalagi ada benda keberuntungan dari Chiharu ini."

"E? Tapi, tapi, kita harus pergi ke kuil untuk mendapat omamori sungguhan."

"Hai, hai⁴. Bagaimana kalau sekarang kita lanjut berjalan? Okaasan⁵ pasti sudah menunggu," ujar Ryouta sambil mengulurkan tangan.

Chiharu menyambut tangan tersebut, lalu mereka mulai berjalan lagi. Akan tetapi, gerakan Chiharu semakin lama semakin melambat. Ryouta seketika menghentikan langkah. Remaja laki-laki itu lantas memosisikan diri untuk berjongkok memunggungi Chiharu.

"Naiklah."

"Tapi Chiharu tidak apa...," gadis itu mengernyit dan berhenti berjalan, "uh."

"Naik."

"Chiharu baik-baik saja kok."

"Ingat yang pernah kukatakan?"

"Umh... Tidak boleh berbohong jika tidak sedang bermain peran...."

"Bagus. Sekarang, naiklah."

"Baiklah...." Chiharu berakhir menurut dan mengalungkan tangan ke leher sang kakak. Setelah memastikan adiknya sudah ada dalam jangkauan tangannya, Ryouta menggendong adiknya di belakang punggung dan dia pun mulai berjalan.

Forget Him NotTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang