7. Brave Heart

58 33 147
                                    

"Ah~ Rupanya seseorang sedang mendengar pembicaraan kita."

Sambil bertukar pandang dengan Akihiko, Ryouta yang mengerutkan alis bertanya: siapa. Akihiko hanya mengedikkan bahu dan semakin bermuka masam. Anak kelas 1 itu lantas bersikap seolah tak peduli dengan memejamkan mata dan menghadapkan wajah ke langit.

Tanpa ba-bi-bu, Ryouta berdiri. Dia berjalan mendekat ke lokasi orang yang bersembunyi. Ketika semakin dekat, terdengar bunyi berkelotakan seperti benda jatuh. Sontak saja Ryouta berlari. Namun saat dilihat, sudah tak ada orang di sana, hanya meninggalkan pedang-pedang kayu berserakan di atas tanah.

"Ah! Gawat! Aku pasti dimarahi buchou*!" Tiba-tiba ada yang keluar dari pintu gedung olahraga tak jauh dari tempat Ryouta berdiri. Seorang anak dengan baju kendo tanpa pelindung kepala lah yang muncul menghampiri Ryouta. "Yasutake-kun. Kenapa kau menjatuhkan barang-barang klub kami?"

"Bukan aku. Aku baru saja datang lalu melihat barang-barang ini sudah tergeletak di sini."

Anak kendo itu lantas meminta maaf karena salah paham dan Ryouta membantu memungut barang-barang itu. Setelah selesai. Ryouta menyadari Akihiko berjalan ke arahnya.

"Kau sudah tak apa?"

"Ya." Akihiko tak benar-benar memandangnya, tapi Ryouta tahu kalau anak itu sungguh-sungguh. "Lagipula aku tak mau mengacaukan harimu yang seharusnya spesial. Happy birthday, Buchou."

Menggunakan punggung tangannya, Akihiko memukul lengan Ryouta dengan pelan. Ryouta terkekeh.

"Sankyu. Baguslah kalau kau sudah tidak apa-apa. Yang lainnya mengkhawatirkanmu."

"..."

"Oh iya. Aku penasaran. Dari mana kau tahu tadi ada orang di sini?"

"Entahlah. Intuisi yang terlatih barangkali."

"Hee. Aku tidak begitu mengerti. Tapi terdengar keren."

Lalu mereka bersama-sama masuk ke dalam gedung olahraga. Di sana, Akihiko meminta Ryouta pergi terlebih dahulu ke area yang digunakan untuk basket. Sementara Akihiko sendiri menghampiri anak-anak klub voli untuk meminta maaf.

Saat Ryouta datang, anak-anak yang tadinya bermain basket segera menghentikan aktifitasnya. Dengan wajah penasaran berbalut keringat, mereka memborbardir Ryouta dengan pertanyaan mengenai keadaan dan perubahan Akihiko.

Beramai-ramai mereka pun duduk berkumpul di pinggiran tanpa alas duduk.

"Aku tidak bisa mengatakannya. Tapi dia punya alasan mengapa bersikap seperti tadi," ujar Ryouta sambil bersandar ke dinding.

"Menurut pendapatku. Ogawa Ikki pasti membuatnya marah setelah mengatakan sesuatu. Mengingat pertandingan pertama mereka di lapangan outdoor tempo hari," sang manager, Haruki, turut menyimpulkan.

"Ano... Sebenarnya aku melihat beberapa kali Ogawa Ikki menghampiri Akihiko-kun, uhm maksudku Ace, saat berpas-pasan di koridor di depan kelas kami." Kohaku, yang merupakan anak satu kelas dari Akihiko, memberanikan diri membuka suara. "Aku tidak tahu apa yang Ogawa Ikki katakan. Tapi Ace selalu berwajah muram setelah mereka bertemu. Ketika aku tanya, dia tidak mau cerita."

"Jadi begitu! Sudah kuduga!" Tiba-tiba Kotaro bersuara keras, jelas mengagetkan orang-orang yang ada di sana. Rikuma yang memiliki tubuh besar di antara yang lain memberikan pukulan ringan ke kepala Kotaro. "Itta-ta-ta-ta--"

"Pelankan suaramu," ucap Rikuma.

"Aku kan hanya ekspresif saja. Jahat sekali kau kuma*." Kotaro berpura-pura menangis. Tapi yang lainnya hanya mengabaikan. "Kenapa kalian mengabaikanku? Aku menangis nih."

Forget Him NotTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang