Hampa

217 28 0
                                    

.
24223






.









.










.

Jeno memandang kosong kolam ikan yang berada di depan nya. Terlihat sekali bahwa diri nya ini tengah memikirkan banyak beban di otak nya. Entah beban apa itu. Tapi yang jelas terlihat sangat berat.





'Gue gak tau kenapa setelah jadian sama Karin malah kek gini?! Benar kata mereka gue jadi aneh akhir akhir ini. Kenapa gue merasa gak nyaman banget dapetin Karin?! Harusnya gue seneng kan, dapetin apa yang gue mau?' monolog nya dalam hati.





"Mas Jen...,"






"Minhyung, ngapain lo di sini?"






"Mas sendiri?"







"Jawab dulu pertanyaan gue bocil!!"




Jeno menyentil dahi Minhyung karena sahutan gadis itu.





"Eeiih..., bocil dari mana nya?! Segede gamban gini dikatain bocil?!" rengut Minhyung tidak terima dikatain kecil.





"Duh.., banyak ya bicara nya. Kayak bebek. Padahal pas awal ketemu diem diem bae. Dasar bocil...!!" komen Jeno mencubit  pipi si lawan bicara.





"Lepas...!!! Hoi mas..!!! Sakit tau...!!!"  protes Minhyung.







"Lucu banget kenapa sih?"






"Huh...," Minhyung mendengus sehabis terlepas dari cubitan itu, kemudian berkata,





"Wah..., mas salah tangkap nih. Minhyung pendiem itu imposimble. Aku bukan anak pendiem tau!!!"






"Iya tau, ini buktinya. Cerewet mulu dari tadi. Sampai sampai pertanyaan pertama aja belum di jawab."





"Hehehehe... sorry...! Aku barusan nyari temen ku yang aku bicarakan ke toilet tadi, mas. Gak inget?"






"Oh iya. Sudah ketemu?"





"Ketemu. Tapi lagi sama pacarnya. Hihh.., masa aku mau tetap sama dia di sana. Jadi obat nyamuk dong. Gak mau ah."






"Kasian banget lo jadi jomblo, hahahaha. " ledek Jeno jenaka.





"Hih..., ngeledekan. Kena karma mampus loh mas. Diputusin sama Karin, aku ledekin balik."






Jeno tak menjawab itu dengan perkataan melainkan dengan tawa kecil nya yang terdengar renyah. Seperti  hal tersebut bukanlah masalah yang besar bagi nya.







"Yaudah ya mas, aku pergi dulu. Mau makan, mumpung gratis. Hehehehe...,bye bye...," pamit nya.






"Anjiirr ye, suka banget sama yang namanya gratisan."






"Emang siapa yang nolak gratisan, hayooo."





"Enggak ada sih."






"Tuh kan.., di bilangin juga. Daaaa mas, pergi dulu ya."






"Yoi...,"




Setelah berkata seperti itu Minhyung benar-benar menjauh dari hadapan Jeno. Meninggalkan cowo berambut gondrong itu sendirian.





"Hah..!!! Sumpek banget otak gue...!!!" keluh Jeno.






"Drrrtt....,"






"Halo...,"




Baru sepatah kata terucap dari bibir nya. Malah orang di seberang sana telah berbicara panjang kali lebar, alias banyak sekali. Sampai sampai Jeno pusing sendiri mendengar dumelan orang yang berbicara itu.





"Oke.., sorry. Aku lupa...,"






"...."




"Iya.., iya...,"




"...."





"Iya...,"





"...."






"Iya...."







".....,"






"Sudah ya, tutup dulu telepon nya. Aku dipanggil Jaehyun. Bye...,"





"..."




"Serius sayang, mau aku kasih ke Jaehyun kalau gak percaya?"





"...."





"Iya."




"....."




"Bye..., luv yu...," putus Jeno mengakhiri panggilan itu.







"Anjing banget dah nih cewe. Cerewet banget. Dah lah, lebih baik emang gue harus segera putusin dia. Bodo amat lah gue sekarang. Nambah pusing aja dia." dumel Jeno  berjalan menjauhi kolam.



.









.








.









.


Hari hari pun telah berlalu, hubungan Jeno dan Karina semakin keruh. Karina yang posesif dan cemburuan, mudah sekali tersulut emosi ketika melihat Jeno berdekatan dengan cewek cewek lain.







Sedangkan Jeno sendiri, malah seperti dengan sengaja membuat kekasih nya itu menjadi jadi. Oleh karena itu, mereka sering kali bertengkar. Bahkan terlihat bahwa hubungan itu sudah mencapai ujung tanduk untuk berakhir. Namun, kata perpisahan belum pernah terucap dari kedua nya.






Setiap saat mereka bertengkar pun, Jeno selalu acuh. Membiarkan Karina marah marah dan menangis sendirian. Bagi nya, membujuk pacar nya itu tidak terlalu penting. Lebih baik diri nya mengerjakan tugas kuliah atau organisasi nya saja.







Seperti saat ini, dia sebenar nya sejak kemarin marahan dengan Karin. Tapi sampai saat ini, dia tidak mencoba menghubungi kekasih nya itu terlebih dahulu. Malahan, dia sehabis kuliah jam pertama tadi, lanjut nangkring di basecamp anak teknik bersama kawan kawan nya yang lain.







"Oi, Min. Di sini juga lo? Tumbenan ikut ngumpul, biasanya sibuk mulu di Hima."



TBC

Ramein dong😁

Ramein dong😁

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
FATETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang