09. Hardin

1.6K 69 1
                                    

Raffelo mengerjapkan matanya berkali-kali. Ia menguap kecil, merasakan tidak nyaman dan mulai membalikkan tubuhnya menjadi menyamping.

Matanya terbelalak ketika mendapati seorang remaja laki-laki yang tertidur disebelahnya. Raffelo dengan gerakan pelan melihat wajah laki-laki itu, dia tentu tahu siapa remaja tengil yang saat ini tidur bersamanya.

"Oh... Si Hardin toh, hoaamm..."

"HARDIN?! AAAAAAAAAAA!!"Raffelo tiba-tiba berteriak dan menendang tulang kering Hardin, membuat sang empunya langsung terjatuh dari kasur.

Hardin meringis, kepalanya seketika berdenyut dan pinggangnya terasa sakit."Apaan sih?"kesalnya.

Hardin terduduk, ia mengelus kepalanya yang terasa sakit. Tendangan Raffelo tidak main-main, sebelas dua belas dengan pukulannya.

"Sakit, bangsat! Kalo kepala gue kena geger otak gimana? Lo mau tanggung jawab? Ha?!"ucap Hardin.

"Bacot. Lo ngapain ada di kamar gue? Ha? Mau maling ya, lo?!"

Hardin terkekeh sinis."Kamar lo? Lo yakin, ini kamar lo?"

Raffelo terdiam sejenak. Ia menatap ke sekeliling, benar yang di katakan Hardin ini bukan kamarnya. Lantas kamar siapa yang ia tempati?

"J.. jangan-jangan... Lo yang nyulik gue! Ngaku nggak lo?"kata Raffelo.

Yang Raffelo ingat, kemarin malam saat ia hendak pulang dan menunggu kakaknya seperti biasa. Lalu tiba-tiba muncul beberapa pria yang berbadan kekar langsung menyerangnya.

Tentu saja Raffelo melawan, namun ia hendak memukul, salah satu dari pria tersebut langsung membekap mulutnya dengan sesuatu dan membuatnya kehilangan kesadaran.

Setelahnya ia tidak ingat apa-apa lagi, lalu ketika ia terbangun. Ia sudah ada di rumah Hardin. Bagaimana ia tidak curiga dengan remaja itu?

"Heh! Jangan asal nuduh aja lo! Gue yang nolongin lo semalam."ujar Hardin.

"Lo nolongin gue?"Raffelo terbangun dari posisi tidurnya, ia mendekatkan wajahnya dan menatap lekat netra biru laut remaja didepannya.

Merasa di tatap sedalam itu, Hardin lantas memalingkan wajahnya kearah lain. Sungguh malu, bahkan wajahnya merah merona. Dia salting? Pikirnya.

Raffelo masih ingat jika gengnya dan geng Hardin bermusuhan satu sama lain. Bahkan geng mereka juga sering berkelahi, lalu kemenangan selalu ada ditangan Raffelo.

"Kok, gue nggak percaya ya? Kalo lo yang nolongin gue. Soalnya gue tau banget sama otak licik lo!"

"Terserah lo! Percaya sama gue syukur, nggak percaya sama gue juga nggak papa."

"LO GILA?"bentak Raffelo."Harusnya lo biarin mereka---"

"Gue nggak bisa biarin mereka bawa lo gitu aja. Kalo semisal mereka bawa lo jauh, musuh terkuat gue bakalan hilang dan gue nggak punya lawan yang sebanding dong?"

"Sebanding? Perasaan setiap kali gue sama lo berantem, gue mulu deh yang menang? Dan lo selalu kalah."kata Raffelo dengan bangga, namun di akhir ucapannya seakan terkesan mengejek Hardin.

Hardin tersenyum miring."Hmm, gue emang sengaja kalah sih. Lo kan, uke jadi gue nggak tega buat mukul apalagi nyakitin lo---"

Belum sempat Hardin menyelesaikan ucapan konyolnya, Raffelo lebih dulu menghantam wajah cowok itu dengan sekali tonjokan.

"Mampus!"Raffelo mengejek Hardin, tapi ia langsung teringat sesuatu.

"Mati gue!"lanjutnya panik.

Raffelo langsung mencari keberadaan ponselnya ke sana kemari, dia harus menemukannya supaya ia tidak mati ditangan kakaknya yang galak seperti singa.

XANDER || BADBOY [BXB] END Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang