02. Satu sekolah

4.8K 248 6
                                    

"Ini rumah lo?"

Lele hanya mengangguk mendengar pertanyaan yang terlontar dari mulut Xander. Cowok berwajah dingin itu menatap penuh selidik ke arah rumah kecil nan rapuh itu. Apa benar kalau Lele tinggal disana? Oh yang benar saja.

Bahkan selama ia keluar dari rumah, ia tak pernah tinggal ditempat seperti ini. Ia akan menyewa apartemen atau menginap di rumah yang lebih layak dari itu.

"Kenapa?"Lele menoleh pada Xander yang mematung."Lo nggak suka ya? Rumah gue emang jelek sih."

Xander menoleh kearah Lele setelah pertanyaan itu dilontarkan. Ia tidak mau menjawab, jadi dia hanya bisa mengendikkan bahunya.

"Nggak papa, fakta sih. Rumah gue emang jelek. Mungkin rumah gue nggak segede rumah lo!"

Lele tertawa kecil. Xander tidak bisa menyembunyikan ketertarikannya pada cowok imut yang kini berdiri di sebelahnya. Bagaimana bisa tertawa ringan bagaikan tidak ada beban di hatinya?

Lele menarik tangan Xander supaya cowok itu mengikutinya. Ia menuju pintu bagian belakang rumahnya untuk masuk. Lele membuka pintu itu pelan-pelan, menengokkan kepalanya dan mencoba melihat situasi. Apakah aman atau tidak?

"Aman."gumam Lele yang membuat Xander mengerutkan dahi heran, Lele lalu masuk diikuti Xander. Di dalam rumah itu semakin berantakan saja. Tapi Xander yang memang sudah sering mencium bau rokok dan miras tidak masalah. Tapi di rumah cowok polos ini?

"Maaf ya rumah gue berantakan."ujar Lele merasa canggung, Xander tidak membalas. Ia mengikuti langkah Lele menuju sebuah kamar kecil dan sempit namun terlihat rapi.

"Bentar ya."Lele beranjak berdiri dari posisi duduknya, dan meninggalkan cowok itu disana. Xander menatap sekeliling kamar itu, terlihat cukup layak untuk ditempati. Yah, mungkin dia bisa tidur di sini hanya semalam saja.

"Maaf lama."

Xander terheran-heran melihat Lele sudah kembali sambil membawa air sebaskom dan handuk kecil serta beberapa plester luka.

"Itu buat apa?"tanya Xander.

"Aku mau obatin luka kamu."jawab Lele.

Lele bersimpuh dilantai dan memberi  isyarat agar Xander duduk. Xander yang memang sedang malas berdebat mau tidak mau akhirnya ikut duduk di lantai, membiarkan Lele mengobati lukanya.

Tunggu dulu....

Bukannya baru tadi cowok polos itu takut kepadanya? Tapi kenapa bisa dengan lancangnya mau mengobati lukanya.

"Cita-cita gue sejak kecil pengen jadi dokter. Jadi, gue nggak bisa liat orang luka-luka kayak gini!"kata Lele seakan tahu isi pikiran Xander.

"Bahkan seorang pembunuh sekalipun?"

Lele menoleh sekilas, lalu dia kembali fokus mengobati luka di bagian wajah Xander."Pembunuh juga manusia,"

Seketika Xander tersenyum miring.
"Gimana, kalau orang itu ada niatan mau bunuh lo?"tanyanya.

Lele tampak terkejut."Si.. siapa?"

"Gue. Gue yang bakal bunuh lo!"

Lele terdiam. Ia tidak mau membalas ucapan cowok itu, dia kembali fokus mengobati luka Xander."Hidup atau mati, Tuhan yang ngatur."ujarnya.

Xander menaikkan sebelah alisnya, di dalam hatinya dia sudah mengatakan satu hal. Bego!

"LELE!!!"

"DIMANA LO! ANAK PEMBAWA SIAL!"

Lele terperanjat dan sontak menekan luka Xander dengan keras hingga sang empunya meringis.

XANDER || BADBOY [BXB] END Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang