Sarada menatap datar, wajah nya menunjukkan wajah malas dan tidak bersemangat. Namun di sisi sebrang meja makan seorang pria manis yang bersemangat mengobrol dengan gembira sekali bersama sakura, seingat Sarada tadi boruto mengatakan pada sakura "baiklah jika bibi memaksaku", tapi lihat? apa wajahnya menunjukkan wajah wajah terpaksa?.
Keheningan menyelimuti sunyi nya kediaman uchiha, tidak ada suara suara kebisingan sedikit pun. semua tampak diam. terkadang boruto sedikit merasa canggung karena suasana yg seperti ini, dirumah nya walaupun sepi ia selalu menghidupkan musik dengan volume keras sehingga kesunyian lenyap.
"Sarada, dimana ayahmu?" tanya boruto kemudian, seraya menunggu sakura menghidangkan makanan lezat.
"kerja"
"selarut ini?" Sarada menganggukan kepalanya. boruto hanya manyun, tak heran karena ayahnya ia seorang pembisnis besar. mungkin saja bisa tak pulang kerumah karena pekerjaan.
tidak lama, sakura datang membawa makanan. setelah menyajikan makanan dimeja, sakura mengajak kedua remaja itu makan bersama ; boruto tersenyum kecut, ini tidak seperti rencana nya. ia amat merasa canggung.
"apa kalian selalu makan berdua saja?" boruto membuka suara, sarada melirik nya lalu memicingkan matanya, diliat raut wajah polos boruto membuatnya kesal.
"..?.."
"ah, tak apa sarada. lagipula hanya kita disini" sakura tertawa kecil seraya menatap sarada.
"tapi, ma-"
"ada apa, bibi sakura?"
"begini boruto, kau tau? dikeluarga uchiha jika sedang makan, maka tidak boleh berbicara. ini seperti salah satu bentuk sopan santun dan kedisiplinan" jelas sakura, senyum manis sakura membuat boruto melamun sejenak ; sayu sayu ingatan yg telah lama ia blokir terbuka kembali.
'dengarkan ibu, boruto!'
'nanti ketika makan malam besar, jangan berbicara oke? dengarkan ibumu. dikeluarga Hyuuga ada sebuah aturan dimana saat makan harus tenang dan tidak boleh berbicara..'
"boruto.."
"hei.. "
boruto seakan terkejut, serasa seperti bangun dari tidur yg lama. teringat akan ibunya membuat nya merasa sedih, melihat sarada dekat dengan ibunya, sakura. membuat boruto iri. seandainya hinata masih hidup, ia tidak akan menjadi seperti sekarang ini kan?
"baik baik saja, boruto ?" boruto menatap sarada, ia tersenyum kecil
"tentu , tadi aku hanya memikirkan hal lain"
sakura pindah, membawa boruto kedalam pelukannya. membelai dengan pelan dan lembut surai blonde yang harum dan indah, sakura mengatakan "jika kau membutuhkan sesosok ibu, datang saja padaku boruto. aku sama sekali tidak keberatan. kau sudah ku anggap putraku"
boruto gemetar, rasanya tidak sanggup. jantung nya berdebar cukup kuat dan tidak beraturan diikuti oleh nafas nya yg terengah-engah dengan wajah nya yang mulai memerah.
"mama, boruto! ada apa dengan nya?"
sakura membulatkan matanya ketika melihat keadaan boruto, sakura menatap sarada "sarada, ambilkan Inhaler dilemari obat-obatan, cepat"
sarada mengangguk, meninggalkan makanan kemudian berlari menuju lemari yang menyimpan obat obatan, sejujurnya sarada sedikit bingung ; disini banyak sekali obat-obatan, ia tidak terlalu mengerti mengenai produk obat.
setelah memperhatikan , ia akhirnya mengambil sesuatu yg bernama Ventolin Inhaler, sarada segera memberikan itu pada sakura.
"boruto, ayo hirup ini.. satu.. dua"
KAMU SEDANG MEMBACA
Moonlight
Fanfiction❝ 𝐔𝐜𝐡𝐢𝐡𝐚 𝐒𝐚𝐫𝐚𝐝𝐚 ❞ Mereka pikir pertemuan itu hanyalah kebetulan yang tiba tiba datang. Namun, rupanya takdir dan semesta sangat suka bermain main dan garis takdir membawa skenario yg rumit antara Sarada dan Boruto di pertemuan kedua mere...