"HINGGA pada suatu hari, hinata menjauhi ku. saat itu aku benar benar merasakan kesepian luarbiasa" naruto bercerita sambil memeragakan tangannya, boruto dengan jelas bisa melihat bahwa ayah nya sekarang juga pasti kesepian.
namun, mungkin karena ada boruto dan himawari bersama ayah. ia tidak terlalu larut dalam kesedihan dan kesepian nya.
"lalu bagaimana ? ibu kembali ?"
naruto menganggukkan kepalanya "saat kami baru lulus Universitas Tokyo, dan tepat di hari kelulusan itulah hinata tiba-tiba menghindari ketika melihat kami sedang makan bersama yang lain merayakan kelulusan"
"-hinata memanggilku, aku menyapa balik. namun disitu aku juga memperhatikan beberapa wanita muda lain."
naruto memegang dahi nya "setelah itu, hinata pergi sambil berlari. kupikir dia hanya malu, karena hinata sering seperti itu. namun, aku merasakan jika kali ini ia berbeda. tak lama setelah hinata lari, sakura datang memarahiku"
"-ia menarik kerahku pada hari itu, mengatakan 'Apa kau mau kehilangan wanita seperti dia ? dia itu menyukai mu sejak kecil naruto idiot!' , saat itu aku seperti tertampar kenyataan, membayangkan betapa baik hinata dulu. aku mengejarnya, namun aku tidak menemukannya lagi malam itu"
"apa ? ayah sangat buruk! bagai-"
"dengarkan dulu!" potong naruto, terkadang kesal melihat kebiasaan putranya yang suka memotong dan mengejek padahal belum mendengarkan semua ceritanya.
boruto memasang raut mengejek, naruto tak menghiraukannya ; ia melanjutkan cerita tentang ia dan hinata dulu ; boruto juga menikmati ceritanya walau kadang mengejek kepada ayahnya.
tak terasa jam sudah menunjukkan larut malam , naruto mengdapati boruto sudah tertidur lelap seraya besandar pada pundaknya, ia tersenyum kecil sambil berpikir betapa mirip nya wajah boruto dengan diri nya, indentik dengan rambut kuning dan mata shappire yang bercahaya.
•••
Pria dengan rambut kuning tersebut sudah siap dengan jas hitam serta dasi merahnya. mengacak tampan didepan cermin mengatakan pada dirinya oh lihat, aku tampan sekali! ia tersenyum memamerkan gigi nya, hari ini ia akan bertunangan dengan sarada, entah kenapa seperti nya tidak ada alasan untuk menolaknya.
"Ya, dia sudah pasti jatuh cinta padaku" boruto mengangguk-anggukan kepala didepan cermin kamarnya yang super besar.
"sudah siap teman ?" sekumpulan laki-laki memasuki kamar boruto, mereka tidak lain adalah aset aset Tokyo yang berharga, ada Shikadai Nara dari keluarga besar Nara yang bertanggung jawab penuh atas keuangan di Tokyo ; dan ayahnya shikadai adalah Sekretaris Naruto.
Inojin Yamanaka, seorang putra dari pemimpin Badan intelijen Nasional Tokyo, meski keluarga nya juga memiliki sebuah toko bunga yang termasuk besar, namun ibu inojin adalah kepala intelijen yang menjaga keseimbangan kota Tokyo.
Mitsuki , putra adopsi dari keluarga Orochimaru. seorang ilmuwan yang berhasil membuat Tokyo menjadi negara yang maju dengan hasil penelitian nya.
"kau terlihat seperti pangeran" alih alih memuji mitsuki membenarkan letak dasi boruto.
"hei jangan, nanti orang salah paham" bentak pemilik dasi, pelaku hanya tersenyum ketika korban memberontak.
Shikadai membaringkan tubuh nya pada kasur boruto "kau yakin ingin bertunangan secepat ini?"
"..."
"bagaimana dengan Ketua kelas?" sambung inojin.
"benar, bagaimana?" sambung shikadai lagi.
"ah, ayolah. Sumire dulu membuangku. untuk apa aku memikirkan dia lagi, intinya sekarang aku harus menaklukkan Uchiha Sarada"
"bagaimana kau bisa bertunangan dengan dia? saat tau kabar ini, aku bahkan sampe shock hingga tidak bisa berdiri" inojin nampak excited dengan hal ini.
"kami dijodohkan, dan tidak punya alasan untuk menolak. memang siapa yang bisa menolak keputusan Uzumaki Naruto dan Uchiha Sasuke?" boruto mengacak kesal bila mengingat awal ketika ia mendengar kabar bahwa ia dijodohkan.
"ohh ayolah, sebentar lagi kita akan menjadi paman" celetuk inojin diiringi senyum penuh makna ,"boruto, aku sangat tidak sabar" mitsuki membenarkan ucapan inojin.
"HEI DIAM! AKU BERTUNANGAN BUKAN MENIKAH!" yang sedari tadi dibicarakan akhirnya marah, mereka tertawa tentu saja.
"sekarang bertunangan, besok nya?" inojin lagi lagi mengeluarkan kalimat menyebalkan, rasa nya ingin sekali boruto melemparnya keluar jendela.
boruto mendengus kesal, jika bisa maka ia akan mencabik-cabik mulut inojin. namun apa, yang di lakukan boruto hanya mengelus dada pelan.
"baiklah, ayo berangkat"
sepanjang perjalanan, boruto merasa seperti hujan batu menjatuhi nya ; terasa sangat sakit dan gugup. keringat terus keluar dari tapak tangan nya ; bagaimana bisa padahal sedari tadi ia baik baik saja, bagaimana bisa tiba tiba jadi sangat gugup.
Naruto yang duduk dikursi sebelah sopir melirik boruto dengan ujung matanya "kau baik baik saja, putraku?" katanya.'Cih , putraku katanya' batin boruto dalam hati, boruto menarik nafas dalam dalam "Ya, aku baik baik saja, ayah" ucapnya.
"Maaf telah menyeretmu kedalam palung politik yang kejam ini, boruto" boruto sedikit tersinggung dengan ucapan ayahnya, kenapa beliau baru meminta maaf ketika semua sudah terjadi, maksudnya apa guna nya maaf itu sekarang?
alih-alih menatap naruto, boruto memilih menatap keluar jendela "tidak apa, lagipula gadis itu adalah Uchiha Sarada. aku tidak keberatan"
"-lagipula, ibu pasti senang melihatku akan menikah dengan gadis seperti sarada." sambung boruto dengan tetap menatap keluar jendela mobil, malam tokyo yang dipenuhi bintang-bintang gemerlapan yang indah. 'Apakah ibu ada disalah satu bintang itu?'
•••••
"Tuan Uzumaki Naruto dan Tuan Muda Uzumaki Boruto memasuki ruangan.."
Begitu diumumkan, pintu besar segera terbuka. ayah dan anak itu memasuki aula yang sangat megah dan mewah, semua mata melirik mereka, semua tertegun melihat aura mewah yang muncul dari mereka.
"Selanjutnya..."
"Tuan dan Nyonya Uchiha Sasuke dan Uchiha Sakura, serta Nona Uchiha Sarada memasuki ruangan..."
Tak luput dari pandangan mata semua orang, bak berlian yang sedang berjalan ; semua mata juga kini memandang keluarga Uchiha tersebut. Tak terkecuali sang sulung uzumaki yang terus menatap nona muda uchiha, mata nya tak berkedip sedikit pun.
Boruto melangkah menuju Sarada, dengan senyuman tipis diwajah nya. teman-teman mereka tersenyum-senyum melihat aksi boruto yang mulai mendekati sarada, siapa yang pernah menyangka bahwa mereka berdua akan bertunangan dan menikah nantinya?
"maukah kau berdansa dengan ku, permataku?" boruto mengulurkan tangannya pada sarada, memperlihatkan pipi sarada yang memerah bak tomat dengan sempurna.
'oh, apa apaan dia?' batin sarada dalam hati, namun dengan segenap hal yang sudah dipertaruhkan sarada menerima uluran tangan boruto, membawa sarada kini berada dalam dekapan pria dengan surai kuning itu.
"oh, romantis sekali" chocho menatap dengan mata berkaca-kaca, bagaimana bisa seorang boruto menjadi pria dengan kepribadian romantis? oh apa katanya tadi 'Permataku?' . "dimana boruto mempelajari kata seperti itu?" gumam chocho menatap kecil.
mitsuki yang di samping chocho mendengar gumaman chocho, "kenapa? kau mau?" chocho melirik mitsuki "tentu saja, aku suka pria dengan segala keromantisan" ucapnya.
"begitu, ya"
To Be Countined!
KAMU SEDANG MEMBACA
Moonlight
Fanfiction❝ 𝐔𝐜𝐡𝐢𝐡𝐚 𝐒𝐚𝐫𝐚𝐝𝐚 ❞ Mereka pikir pertemuan itu hanyalah kebetulan yang tiba tiba datang. Namun, rupanya takdir dan semesta sangat suka bermain main dan garis takdir membawa skenario yg rumit antara Sarada dan Boruto di pertemuan kedua mere...