006 : Perfect.
━━━━━━━━━━
CW : harsh words, mentioning sexual activities.
...
MENYADARI tingkah Kahiyang yang sedari tadi tak lepas untuk memperhatikannya membuat si pemilik resto Bilik Langit itu merasa bahagia.
Walau ya agak merepotkan memang saat si nona Yunandar kerap kali mengomel.
Padahal kan Asa cuma mengetik sesuatu untuk memeriksa data atau mengecek ulang berapa pesanan yang baru akan dikerjakan oleh para pegawainya itu.
Ohya, ngomong - ngomong.
Tadi sang aa juga sudah bertemu dengan Kahiyang, tak sampai setengah jam seperti Tiffany sih.
Asa sudah tau kalau Tara juga menyukai Kahiyang.
Iya, Tara sempat beberapa kali memuji Kahiyang dengan senyuman manis bahkan Samudra saja mengikuti apa yang diucapkan oleh sang papi.
Walau ya kemungkinan kecil ia mengerti.
Sisa Senja saja yang menerima atau tidak sosok kakak pacarnya Gerhana ini, itu juga membuat Kahiyang sedari tadi merona sana-sini berkat ledekan dari Raykana yang kebetulan menengok keadaan si bos.
"Bentar lagi ini mah,"
"Apanya, nyet,"
"Asa!"
"Iya, iya, maaf. Apanya sih, Ray? Tuh udah, Ti,"
"Pinter,"
"Tuhkan? Gitu aja nurut banget dah ah, btw izin bos, mau jemput Rora! Bye calon nganten,"
Percakapan kecil antara Asa juga Ray itu bisa membuat Kahiyang salah tingkah brutal, apalagi si Gautama ini tak sama sekali mengelak atau menolak.
Justru santai-santai saja, bahkan tertawa atas sikapnya Ray itu.
Tidak bisa dibiarkan memang.
"Kamu mau balik ke kantor?" tanya Asa saat keduanya resmi berduaan saja, "Mau aku anter?"
Kahiyang melotot.
Si Yunandar sulung ini sudah berdecak pinggang dan menatap Asa dengan garang seolah siap menyantapnya, "Kamu tuh lagi begini, masih aja sempet - sempetnya mikirin aku? Lenganmu itu loh, urusin dulu,"
Asa cemberut dengan kedua bibir yang mencebik.
"Ini tuh luka kecil, Asti,"
"Kecil mananya sih, Sa? Itu lihat, tanganmu, aduh."
Seruan setengah omelan juga ringisan kecil itu membuat Asa tergelak, ia pun menyandarkan punggungnya disofa dan terkekeh pelan yang tentu menciptakan kerutan di wajah Kahiyang.
Dengan tatapan yang masih mengarah ke sosok mbak dari si kembar juga Bening itu.
Ia tak lama tersenyum, jadi, begini ya rasanya diperhatikan selain dari Tiffany?
Lucu juga, ternyata.
"Apa kamu ketawa-ketawa?" omel Kahiyang dengan hentakan kaki.
Kan? "Ya, kenapa sih emangnya? Gaboleh aku ketawa?" tanya Asa dengan geli sebelum menepuk kedua pahanya.
"Sini," titahnya lagi.
Menyuruh Kahiyang untuk duduk di atas pangkuannya.
Walau agak sangsi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sharing A House. ✓
FanfictionBerkat ngidam aneh dari anak kedua Yunandar, empat anggota keluarga (tiga diantaranya sudah menikah; selagi si sulung masih betah melajang) pun akhirnya tinggal bersama di rumah mendiang kakek Yu bersama keluarga kecil mereka. Oh, jangan lupakan kea...