008 : I like Me Better.
━━━━━━━━━━━━━━━
CW : harsh words for swearing.
.
.
.
KAHIYANG yang duduk di kursi penumpang itu hanya bisa tersenyum malu.
Pasalnya, tangannya digenggam oleh sosok Gautama muda ini selagi tangan lainnya digunakannya untuk fokus pada stir mobil.
Tujuan pertama mereka itu pantai.
Asa sengaja mengajaknya piknik di sebuah pantai, private beach yang sudah dibooknya, mereka hanya perlu sampai di dermaga dan segera pergi ke salah satu pantainya dengan bantuan boat.
Itu masih lama memang, karna keduanya masih harus menempuh perjalanan sekitar 2 menit lagi.
Via darat.
Soalnya mereka sudah menempuh 45 menit sebelum sampai kemari.
( seru sekali ternyata meledek manusia. )
"Gak mau ke pantai biasa aja emangnya, Sa?" tanya Kahiyang yang akhirnya menoleh juga ke side profilenya si Gautama bungsu itu.
Dilihatnya hidung mancung sang kekasih, rahang tegas yang kontras dengan pipi gembulnya.
"Sayang kalo ke pantai biasa kamunya pakai dress secantik ini, Ti,"
Kedengarannya memang biasa.
Tapi dengan suara Asa yang selembut beludru itu membuat Kahiyang harus menahan salah tingkahnya, karna ya, aduh..
Hatinya terombang - ambing sekarang hanya perkataan si Gautama bungsu.
"Gombal," keluhnya.
Asa tergelak dengan geli, "Mana ada gombal, gak pernah ngaca ya kamu? When I do told you about you're so fine with white, and that's just accurate by judging everyone might have their jaw dropped into floor because of you."
Sulung dari keluarga Yunandar ini pun memukul pelan pahanya Asa, yang lagi-lagi membuatnya salah tingkah.
Memang sih Asa sedari tadi itu memujinya tanpa henti.
Perihal mini dress putih tanpa lengan itu yang terbalut cardigan berwarna merah jambu ini membuat sosok Adhara Dirasa tersebut acap kali mengatakan atau memanggilnya dengan sebutan, gorgeous atau jaw dropper.
Demi Tuhan, Asa tak pernah berkedip saat menatap Kahiyang atau paling tidak meliriknya.
Si Gautama ini tampak begitu terpesona dengan Kahiyang.
"We're here," seru Asa.
Ia pun lebih dulu turun dari mobil tanpa aba - aba, membuat Kahiyang agak kaget karna secepat itu si Gautama sudah berada disisi pintunya.
"Silahkan, tuan putri,"
"Apasi!"
Keduanya tertawa selagi Kahiyang berusaha keluar dan Asa senantiasa menaruh telapak tangan di mobil, tak membiarkan si nona Yunandar terbentur kepalanya.
Asa juga segera meraih keranjang yang dipersiapkannya itu.
Dirinya ini masak banyak tak hanya untuk Gerhana dan juga penghuni kediaman rumah peninggalan kakek Yu itu, tapi juga untuk dirinya dan Kahiyang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sharing A House. ✓
FanfictionBerkat ngidam aneh dari anak kedua Yunandar, empat anggota keluarga (tiga diantaranya sudah menikah; selagi si sulung masih betah melajang) pun akhirnya tinggal bersama di rumah mendiang kakek Yu bersama keluarga kecil mereka. Oh, jangan lupakan kea...