2.

1.1K 168 7
                                    

Setelah kepergian ibu Satang, Winny kembali beradu dengan ibunya, "jadi ini sebenernya aku ga dicariin ma?" Ibunya Winny cuman mengangkat bahu.

Sebenarnya sejak awal tidak ada yang mencari Winny. Ibunya hanya mengada-ngada, karena ingin mengenalkan Winny pada Ibu Satang. Wanita paruh baya yang ia panggil mbak karna sudah menganggapnya saudara sendiri.

Ibu Satang pada awalnya hanya berkunjung untuk silaturahmi, tapi berujung pada sesi curhat mengenai rumah tangga dan anak. Ibu Satang sendikit mengkhawatirkan Satang karna anaknya terlihat begitu pendiam dan tidak banyak bergaul.

Satang sendiri lebih suka memendam apa-apa sendiri dibandingkan bercerita. Walaupun ibunya jarang dirumah, tapi ia selalu menanyakan keadaan Satang pada ART dirumahnya—mbak Ria.

Masalahnya ia tidak tau kehidupan Satang disekolah seperti apa. Tidak pernah ada cerita apa-apa, Satang tidak pernah dipanggil karna melakukan kenakalan, juga tidak pernah dipanggil karna prestasinya.

Karna itu ibu Winny menyarankan Winny kepada Ibu Satang sebagai informannya. Ini dilakukan ibu Winny karna ia tau Satang dan Winny itu tidak memiliki hubungan yang cukup baik. Dan tujuan utamanya adalah membuat kedua pemuda ini berteman baik. Layaknya dirinya dan ibu Satang.

"Jadi sekarang kamu harus baik-baik sama Satang" ujar mamanya. Winny mengendus kesal, apanya yang baik-baik tetangganya itu sudah kurang ajar tentu saja ia harus diberi pelajaran.

"Jangan macem-macem sama Satang" Winny mengernyitkan dahinya.
"Jujur mah Satang sebenernya anak kandung mama ya" lagi-lagi tatapan mematikan dilemparkan ibunya. Mendapati keadaannya tidak akan aman Winny akhirnya kabur berlari keluar sambil tertawa—lagi.

Baru saja Winny menginjakkan kaki keluar dari gerbang rumahnya. Ia melihat satu buah mobil berhenti didepan rumah Satang. Lalu sosok yang tidak ingin ia lihat muncul keluar dari mobil, itu Satang. Sepersekian detik Winny dan Satang beradu mata, tatapan mereka berkobar seperti sedang melakukan perang.

Tapi setelah turun Satang memfokuskan diri pada orang yang sudah mengantarnya. "Kak Joong makasih ya udah nganter", ujar Satang sambil tersenyum secerah matahari. Senyum yang diyakini tidak pernah Winny lihat sebelumnya.

Pemuda yang mengantarnya — Joong Archen— mebalas dengan senyuman yang tak kalah cerah "santai tang, kalo gitu duluan ya, mau jemput dulu" kodenya. Satang yang paham maksud dari Joong mengangguk mengerti lalu melambaikan tangannya sambil memperhatikan mobil itu menjauh pergi dari rumahnya.

Winny masi disana, memegang pagar besi yang kemungkinan sudah 15 menit ia pegang. Padahal keluar dari gerbang tidak membutuhkan waktu selama itu.

Satang menatapnya heran, pancaran wajahnya yang tadi cerah seketika menjadi mendung setelah melihat Winny. Matanya memutar jengah lalu pergi masuk kedalam rumahnya sambil menenteng gitar dipundaknya.

Sementara Winny tidak tau kenapa malah diam seperti orang bodoh. Ia menoleh kesana kemari memastikan tidak ada orang, lalu segera menutup pintu gerbang rumahnya dan pergi menuju warkop Bumi seperti biasa saja. Entah apa yang ia pikirkan, tidak ada yang tau selain Winny dan tuhan.

Sayangnya sesampainya di warkop Bumi, Fourth dan Ford sudan menghilang. Dua teman baiknya itu sepertinya sedang mencuci piring karna waktu memang sudah menunjukkan pukul 4 sore.

Melihat Mark Pakin sedang duduk sendirian sambil bermain game online disana, Winny pun menghampirinya. "Weh win, mabar lah gas" tanpa menunggu Winny pun ikut dalam permainan game onlie itu.

Sudah pukul 7, langit sudah mulai menghitam dan Satang masi berdiam didepan televisi. Rumahnya terasa sangat kosong sesaat setelah Mbak Ria pulang kembali ke kontrakannya. Hanya ada dia sendiri disana, sepertinya ibunya lembur lagi hari ini.

housemate - winnysatangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang