9.

126 19 0
                                    

Ujian berjalan dengan lancar dan kini hanya menyisakan satu ujian lagi, ujian yang  paling tidak disukai banyak seluruh siswa dibelahan dunia mana pun, Ujian Matematika. Winny sekarang sedang belajar, hal langka yang terlihat sangat jarang terjadi.

"ah kok salah mulu ya" Winny terus berceloteh sendiri. Ia duduk menghadap pada taman mini disamping rumahnya, didepannya sudah terpampang lebar buku paket dan catatan milik Satang yg ia pinjamkan. 

"mau gua bantu ga?" Satang secara tiba-tiba muncul sambil membawa es jeruk untuk Winny.

"emang lu bisa?" tanya Winny meragukan.

"ngeraguin gua? dari semua pelajaran, pelajaran Matematika yang bikin gua masuk sepuluh besar" Winny menatap tidak percaya. Tidak menyangka Satang ternyata tidak hanya pandai dalam bernyanyi tapi juga berhitung.

Setelah mengangguk setuju Satang lalu mengajari  Winny beberapa soal yang kemungkinan akan keluar diujian besok. Mereka terus mengulang-ulang hingga tidak terasa langit sudah gelap.

"Win jangan lupa idupin lampu teras sama kunciin gerbang, gua mau tutup pintu diatas dulu" Satang memberi arahan yang hanya dibalas anggukan oleh Winny. Ia sedang sibuk pada game mobilenya, terlalu asik sampai 15 menit kemudian Satang kembali ia masi tetap berada di posisinya.

"Winny.." tidak ada balasan, Winny masi terlalu fokus.

"Win.." panggilan kedua Satang layangkan tapi tetap saja hanya dibalas dengan anggukan tidak berarti.

"WINNY!!" panggilan ketiga Winny langsung berdiri dan berlari kearah gerbang luar. Teriakan memekkan dari Satang beneran membuat jiwanya seperti terpanggil. Setelahnya tidak lupa ia menghidupkan lampu teras dirumahnya.

Satang masi setia berkacak pinggang, menatap Winny dengan wajah jengkel. Lupa jika beberapa hari lalu dia lah yang tertunduk tidak enakan pada Winny.

"Sumpah ya Win gua gamau tau, baju lu besok harus lu cuciin. Gilak ya lu baju kotornya udah numpuk gitu dibiarin aja" Satang kesal, niatnya ingin menutup jendela kamar Winny ia malah mendapati keranjang kotornya sudah menumpuk.

Winny menggaruk kepalanya, bingung harus melakukan pembelaan seperti apa. Karna pada dasarnya ia tidak tau cara mencuci pakaian walaupun menggunakan mesin cuci. Oleh karna itu pakaian yang sudah hampir seminggu menumpuk dikeranjangnya kini semakin menumpuk.

"gua gatau caranya nyuci" Winny berbicara lantang seperti akan mengajak Satang bertengkar. "Lu kalo mau, cuciin aja baju gua sekalian" ia menjulurkan lidahnya lalu pergi naik lantai atas.

Satang menatap sebal pada Winny, sedikit menyesal karna sebelumnya sudah mengajari Winny dengan cuma-cuma tanpa meminta sebuah imbalan. 

Paginya, Ujian pun dimulai seluruh siswa mengerjakan ujian yang mereka kerjakan dengan serius tidak terkecuali Winny dan anak-anak di kelasnya. 

Wajah serius tercetak jelas diwajah masing-masing, terkecuali Satang yang mengerjakannya dengan lebih tenang dari yg lainnya.

90 menit berlalu anak-anak kelas semua hampir sudah keluar setelah mengumpulkan ujiannya. Hanya tersisa tiga siswa dan diantara mereka ada Winny. Ia menggaruk kepalanya bingung, ada 5 soal lagi yang belum bisa ia jawab.

Karna melihat teman-temannya yang sedang tertawa dikoridor sekolah, ia pun mengisi dengan asal dan mengumpulkannya.

"Lama banget lu!" ujar Fourth.
"Ah bacot, susah anjir. Itu aja gua ngasal 5 soal lagi"

Semua mata tertuju pada Winny, bingung tentu saja. Sejak kapan Winny ini serius mengerjakan soal Ujian?

Biasanya, ujian yang ia kerjakan hanya akan ia amati lalu dijawab dengan asal. Dan keluar paling cepat diantara siswa dikelasnya.

"Ngerjain lu? Tumben banget"
"Belajar soalnya gua semalem, sayang aja kalo ga gua kerjain"

Bisik-bisik anak kelasnya terdengar disana, masih merasa heran.

"Balik lah, nongkrong kita tempat bang Bumi" Winny mengajak yang lainnya sembari mencari keberadaan Satang disekitar. Sayangnya tidak ada.

Tidak tau karna merasa bosan setelah pulang kerumah atau karna Satang sejatinya adalah orang yang cukup rapi. Ia benar-benar mencuci semua pakaian Winny sejak pulang sekolah.

Ia merendam, mencuci, dan menjemurnya dengan telaten. Tidak ada yg membantu, tukang masak yang biasanya ada kini harus kembali ke kampung halaman karna akan melakukan proses lamaran.

"Kalo sampe rumah dia ga bilang makasih ke gua, liat aja. Gua masukkin selokan nih semua baju nanti" Satang mengelap peluhnya, kembali menjemuri pakaian Winny.

Selesai mengerjakan pekerjaan yang tidak harus ia kerjakan, Satang duduk sambil menggenjreng gitarnya. Menyanyikan lagu yang sedikit banyak akan ia gunakan untuk audisinya lagi.

Dunk kemarin mengabarkan jika ada Audisi menyanyi sekitar dua bulan lagi. Dan Satang sangat tertarik untuk mengikutinya.

Suara genjrengan diikuti lantunan suara merdu Satang sudah terdengar dari arah pagar. Winny berjalan perlahan dan duduk dikursi depan untuk mendengar seksama lagu yang dibawakan Satang.

Hatinya menghangat. Winny selalu terdiam jika mendengar Satang bernyanyi, lagu yang ia nyanyikan selalu bisa membuatnya tenang. Ini juga yang menjadi alasan kenapa Winny selalu mencoba menganggu Satang bernyanyi.

Aku gamau keliatan lemah tiap denger dia nyanyi.

Satu lagu selesai dinyanyikan Satang, saat itu juga Winny masuk kedalam rumah. Satang menatap sebal tanpa berbicara apapun. Ia meletakkan gitarnya lalu pergi.

Sementara Winny berjalan kearah dapur karna merasa haut, disaat itu juga ia melihat renteran baju dan celananya sudah dijemur dengan bersih.

"Itu.."
"Kenapa?" Satang melipat tangannya sambil melihat Winny.
"Itu bukan lu yang cuciin kan"
"Kalo gua emang kenapa? Lukan gabisa nyuci"

Winny terdiam sambil berpikir kecil. "Serius lu yang cuciin?".

Satang memutar matanya, "ga percaya banget sih, minimal bi..".

"Makasih ya" Satang terdiam saat ucapannya terpotong dan Winny mengucapkan magic word yang sempat ia gadang-gadang tidak akan mau Winny ucapkan.

"Makasih ya udah cuciin baju gua, besok-besok lagi kalo boleh" Winny lalu tertawa dan berlari menaiki tangga dikejar oleh Satang yang kesal.

"WINNYY LU BENER BENER YA!"

Semua berjalan dengan baik, Winny dan Satang sudah bisa membagi jadwal pekerjaan dirumah dengan sangat adil. Jika Satang yang mencuci pakaian maka Winny akan bertugas menjemur. Atau jika Satang mencuci piring maka Winny akan membantu membilasnya.

Semuanya berawal dari taruhan nilai matematika Winny, yang ia yakini akan mendapatkan nilai tinggi sementara Satang yakin tidak. Dan hasilnya Winny mendapatkan nilai kecil. Dan ia harus mau mengerjakan semua apa yg diatur oleh Satang sesuai perjanjian.

Ting tong. Suara bel dari arah pagar rumah, suara yang jarang sekali terdengar sebenarnya. Karna jarang sekali ada tamu yang datang. Satang berlari pelan kearah pagar, lalu bertanya pada sosok tinggi menjulang didepannya.

"Permisi ini benar kediaman Mild?"
"Mama mild? Iya ini rumah mamah Mild. Kenapa ya Om?"
"Oh benar ya, kamu temannya Winny? Winny ada didalam? Saya papanya Winny".

Satang sedikit lega karna yang datang bertamu adalah papanya Winny. Sosok yang baru pertama ia lihat setelah lama mengenal keluarga Winny.

Dengan perasaan tenang Satang membuka pagar dan mempersilahkan Orangtua tersebut masuk.

"Siapa Tang?" Tanya Winny sambil fokus menatap layar TV, tangannya sibuk memencet tombol pada stick PS karna sedang berada ditengah permainan.

"Win ada papa lu nih" Winny segera menatap kilat kearah Satang dan mendapati pria paruh baya yang berdiri dibelakang tersenyum menatapnya.

Tubuh Winny menegang. Dan jantungnya mulai berdebar kencang. Wajah yang semula sumringah kini mulai memancarkan aura tidak suka dan benci.

"Ngapain?."

Satu kata yang Satang yakini jika mempersilahkan papa Winny masuk kedalam rumah adalah suatu kesalahan.

Tbc

housemate - winnysatangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang