6.

255 30 1
                                    

Satang menghela nafas gusar, mukanya memelas sambil ia menutup matanya. Menikmati angin sejuk dilantai paling atas gedung sekolahnya.

Sepi dan tenang, pelajaran masi berlanjut tapi Satang meminta ijin untuk keluar karna tidak konsentrasi belajar. Yang dipikirannya adalah rasa kecewa yang masi tertinggal karna kegagalan audisinya.

Tidak lama suara bel terdengar diikuti suara riuh dan sorakan bahagia menggema dari berbagai kelas. Waktunya jam makan siang.

Tiba-tiba rasa dingin menyapa pipinya. Satang membuka matanya, mendapati Winny disebelahnya. Dengan sebotol kaleng cocacola, bukan favoritenya sebenarnya tapi Satang tetap mengambilnya.

"pulang bareng gua" cuman itu kalimat yang Winny ucapkan lalu pergi meninggalkan Satang yang masih bingung.

Sejak kapan dia berubah menjadi supir ojek gue dan sejak kapan dia bawa motor? Kata hati Satang berbicara sambil mengerutkan dahinya.

Tidak lama, ponsel Satang berdering menampilkan wajah ibunya disana.

"halo ma"

"sayang.. Maafin mama ya, ini mendadak banget. Mama harus anterin papa kamu ke Paris jadi kamu mama tinggal sama Tante Mild, nanti tinggalnya dirumahnya ya. Mama udah minta tolong juga ke Winny buat jagain kamu. Oiya mama udah ngirim jajan tambahan buat kamu itu mama lebihin nanti dibagi sama Winny ya"

Satang terdiam sebentar mencoba menghubungkan rangkaian hal-hal yang sejak kemarin sebenarnya sedikit janggal.

Dari ibu Winny yang menunggunya didepan gerbang rumah dan mengajaknya masuk. Menyuruhnya untuk tidur dirumah Winny dan pagi-pagi tadi ibu Winny berpesan pada Satang untuk pulang kerumah mereka, bukan rumahnya.

Sekarang semuanya jadi cukup jelas.

"ma kan aku bisa jaga diri sendiri, kenapa mama nyuruh Winny jagain aku? nginep dirumah mereka lagi".
"Mama butuh informasi tentang keadaan kamu selama mama jauh, kamu tuh pasti susah dihubungi."

Mama Satang memberi pembelaan.

"malu ma, udah gede. Yaudah, tapi mama sama papa pulangnya cepet ya Satang tunggu mama sama papa"

Hanya itu kata yang Satang ucapkan, malas berdebat terlalu lama dan banyak berharap agar ayahnya cepet sembuh dan kedua orangtuanya bisa pulang. Karna dalam hatinya Satang ingin mencoba memperbaiki hubungan antara dia dan ayahnya yang tidak terlalu deket.

"iya sayang, maafin mama ya ninggalin kamu lagi, mama sama papa usahain ya sayang. Kita doain semoga papa cepet sehat ya. Kamu sama tante Mild dulu ya"

Walaupun ibunya tidak akan bisa melihatnya namun Winny mengangguk, menerima tawaran mamanya. 

Sekarang tidak heran jika Winny tiba-tiba mengajaknya pulang bersama. Satang pikir, tetangganya itu keserupan jin ifrit dan tiba tiba baik padanya. Ternyata, dia sudah memiliki perjanjian tidak tertulis dengan ibunya sendiri. 

Setelah melalui pelajaran yang cukup melelahkan seharian, Satang lalu bergegas pulang. Hari ini dia akan mengunjungi Joong dan Dunk, hatinya memang masi belum lapang menerika kekalahannya. Tapi ketua seniornya itu menyuruhnya untuk datang.

Tin tin, suara klalson motor terdengar dari arah belakang. Satang menghiraukannya karna ia berdiri di pinggiran gerbang. Tidak merasa menghalangi siapapun dibelakangnya.

"WOI!"

Suara teriakan yang familiar, Satang menoleh kebelakang dan mendapati ada Winny dengan motor vespa disana.

"Kan gua udah bilang pulang bareng gua, nanti gua dimarahin mama ga pulang bareng lu"
"Gua ga mau pulang, gua mau ke studio dulu"

Winny berdiam sebentar, tapi karna ojek online yang dipesan Satang sudah datang. Ia akhirnya bergegas turun dari motornya, memberikan ongkos bayaran pada tukang ojek online Satang, lalu menyuruhnya pergi.

"KOK LU SURUH PERGI SIH!?"
"Lu gua yang anter, kemana? Tunjukin aja jalannya, ayo"

Winny lalu mengambil satu helm yang bertengger di stang motornya lalu meletakkannya diatas kepala Satang.

"Perlu gua pakein?"
"Dih gua bisa sendiri"

Sambil berjalan menggerutu dengan bibir cemberut Satang mendekat kearah motor Winny lalu ikut menaikinya.

Perasaan didadanya sangat tidak tenang, panas membakar pipinya hingga kupingnya. Jantungnya juga ikut berdebar lebih kencang dari biasanya.

Ditengah jalan Satang memegangi dadanya, merasakan rasa sedikit tidak nyaman juga menggelitik dibagian perutnya. Lalu senyumnya terpancar sedikit. Bibirnya tak bisa berbohong untuk tidak menikmati saat-saat ini.

Sesampainya didepan studio, Satang sudah melihat ada Joong dan Dunk didepan. Kebetulan keduanya sedang berbicara dengan seseorang.

"Lu pulang duluan aja, gue bisa pulang sendiri"

Begitu mengatakannya Satang bergegas menemui kedua mentornya. Dunk memeluk Satang dengan senyum manisnya, bersyukur anak didiknya sudah tidak sesedih kemarin. Ia lalu mengenalkannya pada seseorang yg memang sedang diajak biacara tadi.

Waktu berlalu cukup lama, langit kini menguning bercampur dengan ungu kegelapan. Matahari hampir menghilang dan bulan kini sudah menampakkan batang hidungnya. Satang keluar dari Studio, diantar oleh Joong.

"Mau dianter ga?"
"Ngerepotin kak, bisa kok naik ojek online"

"Loh kirain pulangnya bareng dia, dia yg nganter tadi siang kan"

Dunk datang menghampiri sambil menunjuk seseorang dipos satpam. Kening Satang mengernyir, mencoba melihat siapa sosok yang mentornya itu tunjuk. Dan ada Winny disana, sedang bercanda gurau bersama dua satpam yang sedang berjaga.

"Bukannya tadi gua suruh pulang? Kenapa masi nunggu gue?"

Winny menoleh mendapati Satang dibelakangnya sudah menunjukkan raut setengah marah.

"Siapa yang nungguin lu, orang lagi asik cerita juga"

Winny menoleh pada langit juga tas yang Satang gendong.

"Waduh pak udah sore ternyata ga kerasa ya, saya ijin pamit pulang ya pak. Ayo pulang bareng gua kebetulan gua mau pulang juga"

Winny lalu mengambil motornya, berjalan kearah Satang lalu memberikan helm. Tidak ada jawaban atau penolakan, Satang hanya menurut pada Winny.

Dia merasa begitu aneh dengan Winny seharian ini. Sepanjang perjalanan menuju rumah, Satang hanya diam karna otaknya kini sedang berpikir dengan keras.

Jadi apa perilaku Winny yg aneh hari ini karna suruhan mamanya? Atau karna Winny kasihan padanya karna kesedihan sebab kekalahan tempo hari kemarin?

Satang menatap helm Winny dari belakang, mencoba membaca pikiran pemuda itu. Sesekali dia menggeleng merasa tidak yakin dengan pikirannya.

Sesampainya dirumah setelah Winny memasukkan motornya ke dalam garasi. Satang menahan tangan Winny, mereka belum sempat masuk kedalam rumah.

"Gue mau ngomong"
"Kenapa?"

"Pertama, Makasih banyak sama kebaikan lu hari ini, tapi besok-besok gausah giniin gue. Kedua, Gue gabutuh kasian lu win, gue tau kok lu baik gini karna disuruh sama mama gue kan"

Winny menatap Satang datar, kali ini mukanya terlihat tidak ada ekspresi sama sekali. Padahal beberapa menit lalu ia masi tersenyum walau tidak secerah biasanya.

Ia lalu berjalan masuk kedalam rumah tanpa sepatah kata meninggalkan Satang seorang diri dengan pikirannya yang masi sibuk mencari jawaban.

"kenapa? gua salah ngomong?"

Setengah berlari Satang lalu menyusul masuk rumah. Suara ramah mama Winny menyapa indra pendengaran. Namun yg menjadi pusat perhatian Satang adalah Winny yang baru saja memasuki kamarnya.

Ia segera menyusul naik keatas, mendekat kearah pintu hendak mengetuknya. Namun suara nyaring mengangetkan dari dalam mengurungkan niat Satang, iya takut.

"BANGSAT!" BUGH

Satang menyadari jika ia salah berbicara kali ini. Raut Satang yang tadi kebingung kini berganti menjadi panik tidak tenang.

Apalagi gedebak gedebuk dari arah kamar sebelah, membuatnya panik sepuluh kali lipat dari biasanya.

Tbc


Hi! siapa yang nonton We Are? Jangan lupa besok ikut up hestag ya.

housemate - winnysatangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang