"Ngapain?"
Off Jumpol terdiam mendengar pertanyaan ketus anaknya. Wajahnya memelas agar anaknya mau bermurah hati padanya.
"Pergi!"
Suara teriakan lantang Winny mengagetkan kedua sosok lain dirumah itu. Satang sudah sangat takut, rasa menyesalnya pun begitu dalam ketika tau hubungan Winny dengan sangat ayah tidaklah baik.
"Satang, gua gamau ngeliat dia. Tolong suruh dia keluar dari rumah"
Winny mengatakan rentetan kalimat itu secara tegas dan dalam. Satang tentu tidak berani menolak ketika Winny sudah semarah ini. Ia hanya menatap pada Ayah Winny memberikan mimik wajah memohon karna ia pun tak bisa berbuat banyak.
"Om tolong ya" Satang mendorong Ayah Winny secara perlahan menuntut agar pria paruh baya didepannya mau menuruti apa perkataan Winny.
"Kasi papa kesempatan win" air mata sang Ayah sudah jatuh. Hatinya mencelos ketika tau anaknya sudah sangat sedalam itu membencinya. Mau bagaimanapun, ia lah tokoh utama yang membuat rasa benci Winny menjadi begitu dalam.
Winny menggeleng, ia menutupi kupingnya kuat. Menolak untuk mau berbelas kasih pada sang ayah. Melihat Winny yang sudah mulai tidak terkedali, Satang mendesak Ayah Winny untuk keluar dari rumah hingga akhirnya pria paruh baya itu mau pergi demi kebaikan putranya sendiri.
Setelah memastikan Ayah Winny pergi, Satang berlari secepatnya kembali kedalam rumah. Ia mendapati Winny yang sudah berjongkok dan masi menutupi kedua kupingnya. Nafasnya terlihat tercekat tapi Winny hanya diam seperti menahan diri, air mata pun tidak ada yang keluar.
Satang lalu mendekat, menarik Winny kedalam pelukannya. "Win, kalo rasa sakit didada lu udah gabisa lu tahan. Lu bisa nangis kok, laki-laki ga harus selalu keliatan kuat. Lu bisa nangis, jangan ditahan."
Satang lalu menangkup kedua pipi Winny, menarik wajahnya agar menatap kearahnya. "Lu juga boleh nangis kok, lu udah hebat banget jadi kuat selama ini. Jangan ditahan ya, mumpung mamah ga ada lu bisa keluarin semuanya yang lu pendem selama ini sekarang."
Mungkin, tidak banyak yang mengetahui seberapa banyaknya Winny menderita selama ini. Sebanyak apapun kasih sayang yang diberikan ibunya, tidak menampik jika hatinya sudah begitu kosong. Secuil kasih sayang yang tersisa hanya ada pada ibunya.
Winny mungkin terlihat banyak tertawa tapi dalam malam ia suka menahan sedih sendiri. Ia merasa sesak tapi tak mampu mengeluarkannya, tangisnya pertama kali pecah ketika mendengar Satang bernyanyi pada saat itu.
Dan kali ini pun sama, perlahan air mata Winny keluar bahkan tanpa nyanyian suara merdu Satang. Ia menangis sejadi-jadinya mengeluarkan seluruh rasa sakitnya yang selama ini ia pendam sendirian.
"Tang, gua benci banget papa tang" Satang mengangguk, ia usap air mata yg mengalir di pipi Winny sambil memperhatikan bagaimana pemuda itu mencoba mengeluarkan isi hatinya.
"Dia milih perempuan lain tang.. dia juga punya anak tang. Gua sesak banget tiap ketemu papa sama mereka.. Gua gabisa terima.." Satang menarik lagi Winny kedalam pelukannya. Kali ini pelukan Satang dibelas Winny dengan pelukan lebih erat.
Punggung sesenggukan Winny di usap Satang dengan lembut. Mecoba menyalurkan rasa nyaman dan tenang.
Waktu mengalir terasa begitu lama, Winny dan Satang berpelukan hampir sejam lamanya. Hingga Satang menyadari jika Winny sudah tertidur pulas dipundaknya.
"Win, winny! Ih tidur ya lu. Ahhh berat winny"
Winny mendengarnya, hanya saja tenaganya sudah habis. Salahkan Satang yang memancingnya untuk menangis dan mengeluarkan seluruh isi hatinya, jdnya ia begitu lemas sekarang.
Tapi bukan hanya itu alasannya, Winny bisa saja berdiri lalu pindah ke sofa untuk tidur walau ia lemas, sisa tenaganya masi bisa ia pakai bahkan untuk berlari keliling komplek. Hanya saja, pelukan Satang terasa begitu nyaman dan membuatnya betah, Winny tidak ingin melepaskannya.
Tapi Satang kelelahan karna harus menanggung berat Winny. Ia kemudian berdiri sambil bangkit memeluk Winny, ia juga menyeret Winny kearah sofa yang tidak jauh dari mereka.
Satang berniat menaikkan Winny kearah sofa. Tapi karna berat badannya, ia begitu kesulitan melakukannya. Merasa Satang kesulitan Winny akhirnya memeluk Satang erat-erat lalu melemparkan dirinya kearah sofa.
Alhasil Winny kini membawa Satang ikut terbaring dengan Satang diatasnya. "WINNY!!"
"hm kenapa?" Hanya itu jawaban Winny yang kembali mengambil posisi tidur dan menutup matanya.
"lu belum tidur ternyata! lepasin gua!!" Bukannya mengindahkan, Winny melah semakin erat memeluk Winny.
"gua mau tidur di kamar atas aja, lu berat" Winny pura-pura menuli ketika Satang mulai mengoceh.
"Tidur aja disini, kurang nyaman apa coba tidur gua peluk gini. Bonus empuk lagi tidurnya diatas gua" Satang mendengus, kabur pun tidak akan bisa karna Winny akan terus bersikeras.
"Pelukan lu bikin nyaman" kalimat singkat yang sukses membuat Satang berdegup kencang. Dan tentu saja Winny tersenyum kecil karna dapat merasakannya.
Niat Satang adalah menunggu Winny agar tertidur pulas, lalu keluar dari perangkap pelukan Winny. Sayangnya, rencananya selalu gagal, karna setiap kalo mencoba berdiri tangan Winny dengan sigap mengerat lagi untuk memeluknya.
"Ah lu kapan tidurnya sih" Satang hanya bergumam saat memperhatikan wajah tenang Winny. Posisinya kini tidak lagi berada diatas Winny, melainkan disampingnya. Mereka berhadapan jadi Satang dapat dengan leluasa memperhatikan mata Winny yang sudah mulai membengkak.
Satu tangan Satang naik mengusap mata Winny. Sedikit berharap agar mata itu tidak akan sebengkak itu nantinya. Ia juga menatap wajah Winny yang tidak lah buruk. Dan perlahan rasa kantuk Satang menghantui dan tanpa sadar ikut tertidur karna kantuknya sudah tidak dapat ia tahan.
Jam berlalu tak terasa hampir sore, Winny terbangun dengan perasaan ringan. Namun matanya terasa berat efek kebanyakan menangis. Ia lalu merasakan kebas pada lengannya dan menyadari ada sosok Satang disebelahnya yang hampir saja terjatuh dari sofa.
Winny lalu menarik Satang untuk lebih naik dan merapat padanya. Dan saat itu juga, wajah teduh Satang terlihat begitu bersinar dimata Winny.
Bulu mata yang lentik, kulit wajah yang rupawah, hidung yang terbentuk menjadi pahatan sempurna diwajah satang. Tak lupa bibir merah merona yang mengatup dengan baik.
Winny tidak bisa memalikan pandangannya pada wajah Satang. Seperti hal-hal lain disekitarnya saat ini tidak ada yang menarik perhatiannya. Jika dibilang ia terpesona maka jawabannya seratus persen benar.
Tangan Winny lainnya terangkat untuk membenarkan anak rambut diwajah Satang. Ia juga mengusap sekilas pipi lembut Satang, dan terakhir jemarinya berhenti tepat di bagian bibir merah merona yang sejak awal sudah menjadi titik fokus Winny.
Semakin ia perhatikan, bibir itu seperti memanggilnya untuk mendekat. Dan tanpa Winny sadari kepalanya sudah satu centimeter lebih dekat pada bibir Satang.
Hingga akhirnya kedua belahan bibir itu bertemu satu sama lain. Winny terdiam untuk sesaat, memperhatikan sepasang mata yang tiba-tiba terbuka dan menatap tepat matanya tanpa berkedip. Lalu Winny tanpa ragu mulai memiringkan kepalanya mencoba meraup bibir Satang lebih banyak.
Satang yang awalnya tidak berkedip kini mulai memejamkan matanya, menikmati bagaimana Winny menuntunnya dalam ciuman lembut yang tidak akan pernah ia lupakan seumur hidupnya.
Tbc
Helow gimana-gimana???? Gimana reaksi kalian liat dua manusia ini tiba-tiba ciuman??
KAMU SEDANG MEMBACA
housemate - winnysatang
FanficSatang itu punya tetangga yang ga dia suka. Cowo aneh yang tiap malam genjreng genjreng gitar sambil ngerap gajelas namanya Winny. Secara tiba-tiba, Satang dititipkan oleh orangtuanya kepada keluarga Winny karna punya urusan selama sebulan. Jadi sel...