3.

1.1K 169 21
                                    

Semua putih, bau obat tercium dan rasa kram diperutnya. Satang baru sadarkan diri setelah hampir kurang lebih 54 jam tertidur karna obat bius, ia bahkan tidak tau sejak kapan ia ada dikamar ini, kamar rawat inap.

"Satang, satang sudah sadar nak?" raut wajah khawatir dari sang Ibu terlihat begitu terpancar. Mimik wajahnya bahkan terlihat seperti habis menangis.

"Tan Winny panggil dokter dulu ya" ujar Winny dari arah lain. Satang tidak menyadari kehadiran tetangganya itu disana, ia baru memperhatikannya ketika Winny sudah keluar dari pintu ruangannya.

"Kamu udah ngerasa baikan? Gimana perutnya?" Satang mengangguk, tak berminat berbicara, bukan karna dia tidak suka akan kehadiran ibunya. Tapi karna ia sedang mencerna kejadian kemarin yang tiba-tiba berputar di kepalanya.

"Maafin mama ya ga jagain kamu sampe kamu sakit gini" ujar ibunya lagi, kali ini sambil menggengam tangan Satang.

"Gapapa ma, Satang yang ceroboh" ucapnya pelan.

Ibu Satang menggeleng, dia benar-benar merasa bersalah karna tidak pernah memperhatikan makanan anaknya. Kemarin sore jantungnya hampir lepas ketika mendengar kabar jika putra bungsunya masuk rumah sakit. Dari kantor ia segera bergegas menuju rumah sakit dan mendapati Satang sedang berada di ruang operasi.

Lamunan keduanya buyar ketika soerang dokter dan perawat datang. Satang pikir akan ada seseorang lagi yang akan masuk menyusul, sayangnya sosok yang ia harapkan tidak kunjung mencul bahkan hingga dokter mulai memeriksa keadaannya.

Hari keempat Satang dirawat, teman sekolahnya datang menjenguk. Gemini dan Prom ditugaskan sebagai perwakilan sekolah, sebagai ketua dan wakil ketua Osis mereka disuruh datang mengecek sekaligus menjenguk Satang.

"Gimana tang keadaan lu?"
"Udah mendingan, thanks udh datang"
"Santai kali, gini-gini kita juga sekelas kan. Niatnya sekelas ada sih mau datang ngejenguk lu. Tapi pada takut sama Winny"

Gemini yang duduk disebelah Prom menyikut temannya itu. "Aduh, sakit nyet kenapa sih?" Prom menatap Gemini sambil mengernyitkan dahinya. Sementara Satang bingung dengan ucapan Prom.

Gemini yang ditatap mencoba memberikan kode agar temannya diam. "Satang kudu tau gem sama huru hara kemarem". Gemini menghela nafas sambil menutup matanya, mulut Prom memang paling tidak bisa dipercaya.

"Kenapa dah?" Satang yang penasaran dibuat semakin penasaran.

"Jadi gini, kemaren Senin kan lu ga masuk. Waktu absensi, tiap nama lu dipanggil Winny selalu sigap bilang kalo lu lagi dirawat. Tapi sebelum itu, waktu pelajaran pertama waktu Winny bilang lu dirawat, si Tomo becandain gitu. "Boong pak, Satang lagi ngamen kali diperempatan jalan" gitu, eh si Winny langsung nyamper Tomo terus ditonjokin."

Sementara Prom antusias bercerita, Gemini yang duduk disebelahnya mengangguk angguk pelan ikut meyakinkan.

"Winny gapapakan tapi" dari sekian banyak hal yang sedang ia pikirkan, pertanyaan itu lolos begitu saja dimulut Satang.

"Ya tau sendiri Winny kan emang emosian, dipancing dikit pasti adu fisik. Dia mah gapapa, tangan doang paling lebam keknya" ujar Prom meyakinkan.

Kreeek, suara pintu ruangan Satang terbuka menapakkan sosok Winny disana. Prom yang menoleh kaget tertahan "anjing panjang umur".

Gemini yang melihat Winny hanya menatap pemuda itu datar, lalu beralih pada Satang untung mengkodenya, yang syukurnya mengerti maksud dari tatapannya. Satang akan diam dan pura-pura tidak tau. Walau sejujurnya, pikirannya tiba-tiba berkecamuk.

Tatapannya pada Winny kini jauh lebih lembut dari sebelumnya. Pemuda sipit itu lalu berjalan mendekat sambil menggaruk tengkuknya.

"Sorry..., gua gatau ada yang lagi jenguk"

"santai win, kita juga udah mau balik kok nih" ujar Prom lagi.

"Yaudah kalo gitu kita duluan ya, cepet sembuh tang" Satang mengangguk menanggapi Gemini. Lalu mereka berdua pergi meninggalkan ruangan setelah sebelumnya berpamitan juga pada Winny.

Winny kemudian perlahan berjalan menuju kursi disebelah kasur Satang. Masi dengan posisi berdiri sambil memegang satu rantang makanan. "Nih! dari mama gua" ucapnya agak ketus.

Tak ada respon, Satang hanya menatapnya tanpa ekspresi apa-apa. Tampangnya tidak kesal juga tidak juga memuja. Hanya tatapan tanpa ekspresi yang lebih lembut dari biasanya. "Budek lu? Yg dioperasi kan usus lu kok yg kena kuping lu?" kesal Winny.

Mendengar kalimat yang dilontarkan Winny, tatapan Satang berubah kini dia menatapnya dengan tatapan tidak suka. "Kalo cuman mau bikin gua tambah sakit, mending lu keluar deh".

Mendapati kalimat yg juga sama tidak enaknya, Winny lalu melongos pergi keluar.

"Bisa ga sih mulut dia tuh baik dikit, baru juga gua ngerasa dia orang baik ternyata ga berubah, masi aja kek tai" Satang mendumel setelah kepergian Winny.

Niat hatinya baik, ingin mengucapkan terimakasih tapi nyatanya. Kalimat kalimat jelek yang diutarakan Winny selalu membuatnya kesal lebih dulu.

Sementara Winny setelah keluar dari ruangan Satang berdiri cukup lama disana sambil menggaruk tengkuknya. "Gua kenapa sih?" ucapnya sendiri.

Rasanya aneh untuk sekedar mengucapkan kata-kata baik kepada Satang. Tujuan awalnya ingin memberi ucapan cepat sembuh malah berujung membuat tetangganya itu kesal.

Ditengah kebingungannya ponsel Winny berdering, itu dari mamanya.

"Gimana win? Udah dianterin makanannya?"
"Udah, tapi aku hampir diomelin. Katanya gaboleh bawa makanan buat pasien"
"Lok kok gitu?"
"Gatau, besok besok winny gamau mama suruh lagi ah"
"Heh biasanya juga kamu ga mama suruh ya, tadi yang nawarin kan kamu duluan"
"..."

Winny segera mematikan telfonnya. Lalu dengan pikiran yang agak kacau dan membingungkan.

***

Sebenarnya ada banyak pertanyaan dibenak anak-anak sekolah melihat bagaimana Winny begitu membela Satang tempo hari lalu. Tapi tidak ada yg berani bernanya, mengingat kesabaran Winny setipis tisu dibagi sepuluh.

Tapi untuk teman-temannya, hal itu lain lagi.

"Coy, lu belum jelasin ke kita kenapa waktu itu lu keluar dari rumah Satang" Winny terlihat heran, bukannya memang dia sering keluar masuk rumah Satang untuk mengantar makanan?

"Gua emang sering nganter makanan kesana, disuruh mama" Ford dan Fourth mengangguk.

"Eh tapi lu keluar koloran doang anjir, lu berdua anu ye" Fourth berbicara dengan memperagakan dua tangannya seperti sedang berciuman. Dan Ford mengangguk ikut setuju.

Plak! Satu tampolan masing-masing Fourth dan Ford dapatkan. "Otak lu berdua anjing, gua ga ngapa-ngapain waktu itu. Lagi ngeliat aja lu pada."

"Kolor lu mencolok banget anjir, gimna kita ga salfok?" Kini Ford yang berbicara.

Masi tidak puas dengan jawaban yang dua temannya dapatkan Fourth akhirnya terus mendesak Winny untuk menjelaskan.

"Itu kejadian aja, ga terduga. Makanan yang gua anter jatuh kena baju gua. Jadi gua suruh dia cuciin terus gua balik pulang" Winny bahkan baru mengingat jika dia masi memiliki baju dirumah Satang. Walau tidak yakin baju itu masi utuh atau sudah menjadi kain lap.


Tbc

Gilaa lama kah kalian nungguin ini update?  Maaf banget yaa. Agak kaga menyangka ada yang nungguin, mana gua late update parah lagi.

INTINYA AKU SENANG BGT BGT BGT WINTANG ADA DI OURSKY2 MSP + SIMM *tereaaaaak*

Maaf kalo ada kesalahan penulisan ataupun typo, nanti akan direvisi kapan-kapan. JUB JUB!

housemate - winnysatangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang