9. If Only

568 69 8
                                    

Sepanjang perjalanan pulang, Wonwoo sering tiba-tiba tersenyum karena tingkah lucu Junhui terbersit dalam ingatan. Apalagi saat ia mendapati sang pria manis mengintipnya di jendela saat meninggalkan restoran. Demi apapun, rasa gemas Wonwoo terhadap Junhui langsung membuncah karena hal itu.

Setibanya di rumah, ia berusaha bersikap ramah pada sang bibi yang terang-terangan menuduhnya jarang pulang karena menginap di apartemen Jihoon.

'Abaikan, abaikan, abaikan,' batin Wonwoo seraya tersenyum, membungkuk sopan dan terus berjalan.

Di kamar, Wonwoo meluruskan pinggang dengan berbaring telentang di atas ranjang. Rasanya nikmat sekali setelah satu malam tidur di kasur lipat dan dua malam tidur di atas kursi.

Walau rasa kantuk menyerang, Wonwoo memaksakan diri tetap terjaga demi menonton pertandingan sepak bola yang kemarin-kemarin tidak sempat disaksikannya.

Seusai menonton bola, Wonwoo tergoda memainkan game kesukannya, Football Manager. Niatnya hanya sebentar ... namun ternyata tiga jam berlalu begitu saja tanpa terasa.

Ia lekas bersiap-siap mengunjungi restoran Junhui untuk makan malam; mandi, memasukkan baju bersih serta laptop ke dalam tas ransel.

Saat melewati meja makan, ia membungkuk sopan pada keluarganya dan meminta maaf tak bisa makan malam bersama mereka --orang tuanya tidak ada karena masih sibuk di kantor.

"Mau pergi menemui Jihoon lagi? Harus berapa kali Bibi bilang? Jangan terlalu dekat dengannya. Dia sudah punya tunangan."

Wonwoo memaksakan diri tersenyum ramah pada sang bibi. "Bukan Jihoon, melainkan teman baruku."

"Siapa? Kenal di mana?" Tanya wanita itu lagi.

"Maaf, Bi. Aku buru-buru. Lain kali aku akan memberi tahu Bibi."

Wonwoo lekas melangkah dengan tergesa-gesa meninggalkan sang bibi yang tampak murka.

Di restoran, Wonwoo disambut ramah oleh para karyawan yang melihatnya. Sepertinya mereka mulai mengenali Wonwoo sebagai pasangan dari anak sang pemilik restoran.

Betapa terkejutnya ia karena yang menghampiri membawakan buku menu adalah Junhui. Memang, si manis itu tampak baik-baik saja, tapi ia baru pulang dari rumah sakit jadi seharusnya ia tak boleh langsung bekerja.

"Mau pesan apa?" Tanya Junhui ketus, tanpa ada ramah-ramahnya.

"Jun-ah? Kenapa kau memaksakan diri bekerja?"

Aneh, di detik berikutnya kekhawatiran terlukis jelas di wajah Junhui.

"Suaramu ...." Gumamnya dengan suara yang begitu pelan.

"Hm?"

"Seperti sedang flu ...."

"Oh." Wonwoo bahkan baru menyadari dirinya sedang tidak enak badan. Sepertinya itu akibat kurang tidur ditambah kelelahan menjaga Junhui beberapa hari.

"Pokoknya mulai besok sampai kau sembuh kau tak usah ke sini. Biar karyawanku yang mengantarkan makanan untukmu."

Walau nada bicara Junhui masih ketus, apa yang disampaikannya tetap mampu membuat hati Wonwoo tersentuh.

Lantas disertai senyuman, Wonwoo berucap penuh keyakinan. "Aku baik-baik saja."

"Aku tak percaya. Aku tak mau sakitmu semakin parah."

Demi apapun, Wonwoo merasa begitu terhibur menyaksikan Junhui yang mulai terang-terangan dalam menunjukkan perhatian padanya.

"Hm ... sepertinya ada yang mulai peduli padaku."

Next to Me [WONHUI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang