8. Deal?

605 72 13
                                    

Berjalan bersampingan dengan Soonyoung tak pernah terasa secanggung ini sebelumnya. Mungkin karena Soonyoung terus menerus menatap tanpa mengucapkan sepatah kata, Wonwoo jadi merasakan timbulnya kecanggungan yang seharusnya tak pernah muncul kalau mereka tengah bersama.

"Kita mau beli apa?" Tanya Wonwoo ketika mereka tiba di parkiran. Saat Wonwoo berjalan menghampiri mobil Junhui, lengannya ditahan oleh Soonyoung.

"Tunggu." Ucap Soonyoung, mengabaikan pertanyaan Wonwoo.

"Hm?"

"Kenapa mobil Junnie ada di sini? Dia ke Rumah Sakit sendirian? Lalu kenapa kuncinya ada padamu?"

"Kemarin malam aku menginap di kamarnya--"

"What the fuck?!" Seru Soonyoung dengan tatapan nyalang.

Saat ia hampir melontarkan cacian selanjutnya, Wonwoo mengangkat sebelah tangan dan menempatkannya di antara tubuh mereka sebagai isyarat minta diberi kesempatan untuk menjelaskan.

"Tidak seperti yang kau pikirkan. Aku sengaja menginap karena kondisinya memburuk sejak semalam. Aku tak ingin terjadi apa-apa padanya bila aku pergi meninggalkannya. Dan tadi pagi dia hampir pingsan saat memimpin briefing, jadi aku segera membawanya ke sini."

Tatapan Soonyoung melembut, tak ada lagi caci maki yang tadinya ingin dilontarkan. "Oh ...."

Setelah mereka berdua masuk ke dalam mobil Junhui, Wonwoo kembali bertanya. "Kita mau beli apa?"

"Terserah yang bayar."

Kendaraan melaju tanpa diwarnai sedikitpun obrolan lanjutan.

Sebenarnya Wonwoo tahu hal yang sejak tadi sang teman pikirkan. Tapi, Wonwoo merasa malas bila harus jadi pihak yang membuka pembicaraan.

Maka dari itu dirinya membiarkan mereka terus berada dalam kecanggungan.

"Apa kau ... tertarik pada Junhui?" Soonyoung akhirnya mengutarakan apa yang sejak tadi bergelayut dalam pikiran.

"Tak perlu menanyakan sesuatu yang kau sendiri sudah ketahui jawabannya." Gumam Wonwoo dengan tatapan terfokus ke jalan raya.

"Iya, iya. Aku tahu kau tertarik pada sahabatku. Jika tidak, kau tak mungkin sudi menemani dan menjaganya sejak semalam. Tapi masalahnya sifat yang dia tunjukkan padamu sangat bertolak belakang dengan sifat aslinya. Jadi mungkin saja kau tertarik pada Junnie karena mengira sifatnya memiliki kemiripan dengan Myeongho?"

Wonwoo terpaksa menoleh, memberikan tatapan tajam sebelum kembali menatap lurus ke depan. "Kau itu bodoh atau bagaimana? Bukankah saat kita reuni di restorannya, kau bilang sendiri pada Daniel bahwa Junhui aslinya manis sekali dan baru berubah setahunan ini? Aku juga punya telinga, jika kau lupa."

"Eiitsss." Soonyoung mengepalkan kedua tangan dan menempatkannya di antara wajah mereka. "Aku tidak sedang melarangmu mendekati sahabatku. Jadi kenapa kau defensive sekali?"

"Shut up." Desis Wownoo seraya memutar mata malas.

"Hahaha." Soonyoung menepuk-nepuk pundak sang teman. Sepertinya suasana canggung kini sudah berhasil ditaklukan. "Aku mengerti kau tersinggung dengan ucapanku yang menilaimu tak pantas untuk Junnie. Aku minta maaf. Aku hanya takut sahabatku akan berakhir seperti mantan-mantanmu."

Wonwoo mengernyitkan dahi, "Maksudmu?"

Soonyoung menghirup napas panjang, tatapannya berubah sendu. "Mantan-mantanmu, mereka semua menyerah menghadapi sikap dinginmu. Aku tak ingin Junnie seperti mereka. Aku hanya ingin dia memiliki pasangan yang bisa selalu membahagiakannya dan membuatnya selalu merasa dicintai."

Next to Me [WONHUI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang