4. Jealousy

700 85 18
                                    

Mungkin Wonwoo yang terlalu banyak menerka-nerka, mungkin pula memang dirinya yang terlalu peka; yang jelas, dirinya menilai bahwa Junhui sedang tidak baik-baik saja.

Hal itu terbukti dari langsungnya Junhui menarik diri tepat setelah mengetahui bahwa calon suami Mingyu merupakan mantan kekasih Wonwoo.

Ah, bukankah ini sudah jelas bahwa Junhui menyimpan kekecewaan mendalam atas rencana pernikahan Minghao dan Mingyu? Maka, bukankah wajar bila Wonwoo menyimpulkan Junhui belum selesai dengan masa lalunya?

Lantas perasaan aneh yang timbul dalam diri Wonwoo bergejolak ketika menyaksikan wajah Junhui yang sembab seusai mandi. Sudah pasti, Junhui baru saja selesai menangis saat ini.

Rasanya ... Wonwoo tak rela melihat sosok indah itu memiliki sebuah luka yang membuatnya meneteskan air mata.

Walau demikian, Wonwoo hanya mampu memerhatikan Junhui secara diam-diam sebelum meninggalkan restoran. Karena bagaimanapun, dirinya bukan siapa-siapa untuk pria manis yang baru selesai menangis itu.

Ketika baru menaiki taksi, ponsel Wonwoo bergetar singkat, rupanya ada chat masuk dari seseorang.

Soonyoung
Kalau sudah bayar langsung pulang!!!!!
Jangan berduaan dengan Junnie!!!!!!
Dia milik Daniel!!!!!!!!!!

Wonwoo
👍

Sebenarnya ada banyak kata yang ingin Wonwoo sampaikan, tapi ia memilih untuk diam, tak ingin membuat Soonyoung naik pitam.

Setibanya di rumah saat berjalan menuju kamar, Wonwoo berpapasan dengan sang tante (yang berstatus janda) tengah berdiri angkuh, melipat tangan di dada.

"Dari mana? Kenapa jam segini baru pulang?" tanya sang wanita paruh baya.

Di sampingnya ada sang menantu (perempuan) yang tengah menatap penuh penasaran kepada Wonwoo.

Ah ... Di Korea, Wonwoo memang tinggal serumah dengan keluarga besar yang selalu siap mencampuri setiap urusannya. Sedangkan di London, ia tinggal seorang diri sehingga bebas melakukan apapun semaunya, tanpa khawatir mendapat komentar pedas dari mereka.

Tak ayal, reverse culture shock yang dideritanya tak kunjung lenyap walau sudah dua minggu tinggal di negara kelahiran.

"Dari restoran, bertemu teman-teman SMA." Jawab Wonwoo seraya memaksakan diri tersenyum ramah.

"Jihoon lagi?" Sang tante bertanya dengan sinis. "Jangan sering-sering bertemu dengannya. Dia sudah punya tunangan. Memangnya kau mau dituduh sebagai selingkuhannya?"

Keinginan untuk pindah dari rumah ini seketika terbersit dalam benak. Tapi kalau menyewa apartemen, sayang uang depositnya, karena sebentar lagi (niatnya) Wonwoo akan kembali melanjutkan hidup di London.

Apa menumpang di apartemen Jihoon dan Soonyoung saja? Tidak, tidak. Lebih baik menumpang pada teman yang single daripada setiap malam harus mendengar suara-suara menyebalkan.

Atau mungkin, lebih baik mengajak sang adik untuk pindah dari sini secepatnya. Tapi ... adiknya dari dulu selalu menolak untuk hidup mandiri.

Baiklah, pikirkan tentang pindah lain kali saja.

"Bi, aku bilang teman-teman, bukan teman. Artinya, bukan Jihoon saja yang tadi aku temui."

"Ya~ siapa tahu kau berbohong?" Sindir menantu sang bibi, disertai tatapan menyelidik.

"Tidak, aku tidak berbohong." Jawab Wonwoo dengan tenang, meski dalam hatinya berteriak lantang. "Andai aku di London! Aku tak perlu tinggal serumah dengan jelmaan iblis seperti kalian!"

Next to Me [WONHUI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang