6. Acceptance

634 83 19
                                    

Junhui mendengarnya.

Namun sulit memercayainya.

Sebab kalimat yang Wonwoo sampaikan terlalu menakjubkan; terlalu manis untuk diberikan pada seorang manusia murahan.

Lagipula ... bukankah mereka baru saling mengenal? Lalu kenapa Wonwoo tetap bersikeras mendekati Junhui padahal Junhui sudah mengungkapkan kesalahan fatalnya di masa lalu?

Mungkinkah Wonwoo memiliki maksud tersembunyi di balik ucapannya?

Mungkinkah Wonwoo hanya bermaksud untuk mempermainkan Junhui?

Salah.

Junhui tahu pemikirannya salah.

Tapi dirinya tak bisa menahan diri untuk berpikiran negatif tentang sang pria yang tampak begitu teguh ingin mendekatinya.

Ketakutannya juga menyeruak, memperingatkan bahwa Wonwoo bisa saja tak ada bedanya dengan Mingyu.

Tidak, tidak ...

Junhui mampu melihat ketulusan serta kesungguhan tersorot dari tatapan Wonwoo; namun pikirannya begitu kalut, tak mampu mempercayai pria di hadapannya itu.

"Hey ...." Wonwoo mengulurkan tangan, hendak menghapus air mata Junhui. Namun lagi-lagi yang diterima Wonwoo adalah sinyal penolakan --Junhui menggeleng pelan, menghindari sentuhannya.

Menghela napas panjang, Wonwoo lantas berucap pelan, "Aku mengerti bila kau belum bisa memercayai apa yang baru saja kukatakan. Tapi aku akan membuktikannya. Maka seiring berjalannya waktu, kau akan sadar bahwa kau memang berharga di mataku."

Junhui menutup wajah dengan kedua tangan, menyembunyikan air mata yang mengalir kian deras melukiskan betapa kalut pikirannya.

Sumpah, Junhui ingin memercayai Wonwoo. Namun ketakutan yang Mingyu ciptakan masih terlalu kuat untuk bisa ditaklukan.

"Jangan merasa terbebani oleh perasaanku, Junhui. Aku takkan memaksamu untuk membalas perasaanku. Tapi tolong, setidaknya untuk malam ini, izinkan aku menemani dan menjagamu. Aku tak ingin sesuatu yang buruk terjadi padamu bila aku pergi meninggalkanmu."

Junhui tak mungkin menolak; dirinya memang sangat membutuhkan kehadiran seseorang malam ini.

Maka dengan pelan, ia menganggukkan kepala, mengizinkan Wonwoo untuk menemaninya.

Malam itu, untuk pertama kalinya Junhui berbagi tempat tidur dengan pria yang tidak menyentuhnya.

Jeon Wonwoo; pria itu benar-benar menjaga dan menemaninya, tanpa sedikitpun melecehkannya. Dan Junhui merasa hatinya luluh sementara ketakutannya mulai berkurang secara perlahan.

Keesokan harinya Junhui merasa tak sanggup lagi untuk beraktivitas seperti biasa. Suhu tubuhnya panas, matanya perih, badannya lemas, dan kepalanya pusing luar biasa.

Tentu Wonwoo mengajak --sedikit memaksa-- Junhui untuk pergi ke rumah sakit lagi. Namun seperti kemarin, Junhui tanpa ragu memberikan penolakan. Dan hal itu hampir saja berujung dengan pertengkaran.

Beruntung, Wonwoo mengangkat kedua tangan sebagai tanda dirinyalah pihak yang mengalah, sehingga Junhui berhenti membentak dan mengusirnya pagi ini.

Setelah seluruh karyawan restoran hadir, Junhui memimpin briefing dan menyampaikan permintaan maafnya takkan bisa membantu secara maksimal seperti biasa. Namun ia berjanji akan membantu semampunya.

Sialnya tepat setelah itu ia malah limbung, hampir pingsan sehingga menyulut kepanikan dari Wonwoo dan mereka semua.

"Aku tak mengerti, kenapa kau keras kepala sekali? Harusnya sejak kemarin kau bersedia kuantar pergi ke dokter." Gerutu Wonwoo sementara tatapannya tertuju ke jalan, fokus melajukan mobil milik Junhui dalam kecepatan tinggi.

Next to Me [WONHUI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang