Chapter 2: First Mission

485 29 4
                                    

"Bocchan, anda mendapat sebuah surat dari Yang Mulia."

Surat tersebut memerintahkan Zora untuk menyelesaikan kasus pembunuhan yang menyebabkan para lelaki yang sudah memiliki istri, hilang di tengah malam, dan esok harinya di temukan telah mati dalam kondisi mayat di gantung, dan banyak luka sayatan di tubuh korban.

"Siapkan kereta kuda."
"Baik."

"Semuanya tolong jaga rumah ini baik-baik. Sepertinya aku akan menginap di sana sampai masalah itu selesai."

"Baik!" Semua pelayannya menjawab dengan serentak. Sementara Zora dan Micheal pergi ke pusat kota.

Di sana ada keluarga Zora, adik ibunya. Zora menginap di rumah bibinya itu.

"Zora, sudah lama sekali kau tidak ke sini. Apa kau bisa hidup baik-baik saja tanpa orang tuamu?"

"Jangan bicarakan tentang orang tuaku lagi!" Sepertinya Zora masih trauma dengan tragedi meninggalnya orang tua kesayangan.

"Oh, baiklah. Maaf telah membuatmu mengingat tragedi itu. Ngomong-ngomong kau datang ke sini apa karena pekerjaanmu ya?"

"Tentu saja, aku dengar di sini ada pembunuhan."

"Ya, aku juga bisa membantumu menyelesaikannya. Aku dan pelayanku akan membantumu, apa boleh?"

"Terserah."

Semenjak orang tuanya meninggal, Zora menjadi tidak pernah tertawa bahagia seperti dulu lagi, dia selalu saja terlihat cuek.

Esok harinya Zora dan yang lainnya terus mencari pelakunya. Lagi-lagi kejadian itu terjadi.

Bibinya itu pun tampak biasa-biasa saja melihat kejadian itu.

Di malam hari. Micheal melihat pelayan bibinya Zora pergi keluar, Micheal langsung membangunkan Zora. Lalu mengikuti pelayan itu pergi.

Pelayan itu pergi ke suatu tempat, dan tempat itu terlihat sangat sepi. Beberapa menit kemudian terdengar suara jeritan dari dalam ruangan itu. Zora dan Micheal pun langsung berlari ke sana

Micheal langsung membuka pintu itu.

Di dalam terlihat pelayan itu berlumuran darah, dia telah menyayat tubuh korbannya itu.

"Eh... bukan begitu. Bukan aku yang melakukannya, jangan salah kan aku. Aku mohon." Pelayan itu memohon kepada Micheal.

"Bagaimana kau bisa menyembunyikannya dengan alasanmu yang tidak masuk akal itu? Sudah jelas kau melakukannya! Keluar kau Madam Suzu!"

"Ahahaha... dari dulu kau itu memang anak yang jenius, Zora. Aku bangga padamu."

"Apa maksudmu melakukan semua ini?!"

"Aku? Melakukan ini untuk apa? Pernyataan yang bagus."

Zora mulai naik darah. "Micheal, tangkap pelayaannya itu!"

"Baik."

"Cepat jawab aku Madam!"

"Aku melakukan ini karena benci laki-laki! Mereka hanya bisa selingkuh! Aku benci laki-laki yang kerjanya selingkuh! Sebaiknya mereka mati saja! Mereka hanya bisa selingkuh dan meninggal istrinya yang hamil sendirian, lalu menjalin hubungan dengan orang lain! Aku juga sangat benci dengan warna merah, yang berkata warna merah ini cocok untukku adalah kakakku tercinta, ibu mu! Tapi karena warna merah ini suami ku pergi meninggalkanku! Kau tau, aku sangat mencintai ibumu Zora." Air mata mulai keluar dan membasahi pipi Madam Suzu.

"Tidak! Ibu ku benar, kau memang sangat cocok dengan warna merah itu, Madam. Aku juga mencintaimu! Apa kau hamil?"

"Tidak, anakku sudah meninggal. Aku ingin memiliki anak sepertimu, Zora. Kau sudah aku anggap anakku sendiri. Seharusnya kau tidak pernah lahir di dunia ini!" Madam Suzu ingin menusuk Zora dengan pisau.

"Bocchan!"

"Jangan, Micheal!"

Tiba-tiba pergerakkan Madam Suzu terhenti.
"Maaf, Zora. Aku tidak bisa membunuhmu."

Kemudian Micheal ingin membunuh Madam Suzu tapi di hentikan oleh Zora.

"Aku menyayangimu, Zora."
'Crass'
Tiba-tiba darah bercucuran dari perut Madam Suzu.

"Apa yang kau lakukan, Micheal?"
"Bukan aku, Bocchan. Tapi dia."

Pelayannya Madam Suzu sendiri yang telah membunuhnya.

"Apa yang kau lakukan?!"

"Waktumu sudah habis Madam, aku datang ke sini hanya untuk memanfaatkan mu. Terima kasih, kau memang cantik dengan warna merah darah itu."

Pelayan itu langsung pergi, seperti orang yang tudak memiliki masalah.

"Apa aku harus mengejarnya?"
"Tidak perlu."

Di pagi hari Zora telah pulang, dan sedang berada di gereja, untuk pemakaman bibinya itu.

"Kau memang cocok dengan warna merah." Zora memberikan baju berwarna merah darah ke mayat bibinya itu.


The Black DetectiveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang