Chapter 12: Who the murdered?

67 4 0
                                    

Sebulan setelah kejadian yang lalu. Zora mendapat tugas lagi dari sang Yang Mulia. Ia mengatakan bahwa banyak sekali orang yang tewas mengenaskan saat mereka sedang tertidur, dan parahnya pembunuh itu senang sekali membunuh pasangan suami-istri.

"Hm... pembunuhan macam apa ini? Kasian sekali mereka yang baru saja menikah atau yang sudah memiliki anak."
Zora menghembuskan nafas sambil meletakkan kepala di tangannya.
Zora meminum teh dan memakan cemilannya, lalu ia langsung mengajak Micheal pergi ke tempat kejadian itu.

Setelah sampai di sana, sangat ramai sekali orang-orang yang sedang melihat kasus pembunuhan yang berada di hotel Horizon, banyak polisi yang datang ke sana, dan ada yang membawa seorang detektif untuk memeriksa kejadian ini.
Zora dan Michel pun naik ke tempat kejadian itu, dan melihat semuanya. Di sana, pasangan suami-istri yang baru saja menikah telah mati mengenaskan. Sang suami yang mati karena luka di perut akibat tusukan pisau, dan sang istri yang mati karena luka tembakan yang sangat pas di kepalanya.

Detektif itu pun memeriksa semuanya, ia banyak sekali menemukan barang bukti di dekat mayat-mayat itu.
Zora mencoba untuk masuk dan melihat dengan jelas, tetapi ia di halang oleh seorang polisi yang melarangnya untuk masuk.

"Maaf, pak. Tidak bisakah aku masuk dan melihatnya?"

"Maaf, nak. Tidak bisa, kau masih kecil, dan tidak ada urusan dengan kejadian ini, sebaiknya kau diam dan melihat saja, biarkan detektif itu yang memeriksa semuanya."
"Tapi, pak. Ini juga tugasku. Aku berasal dari keluarga Fhantom yang di perintah oleh Ratu Elizabeth."
"Oh? Baiklah."

Zora dan Michel pun masuk dan mencoba untuk membantu detektif itu.
"Apakah kau sudah menemukan sesuatu?"

"Ya. Aku hanya menemukan sebuah peluru dan sebuah pisau. Sepertinya ini cukup untuk di periksa sidik jarinya, dan sebagai barang bukti."
"Oh, baiklah. Sekarang kita langsung membawa barang-barang itu ke kantor polisi dan membawa mayat ini ke rumah sakit untuk di evakuasi."
"Baiklah."

Zora dan Micheal ikut pergi ke kantor polisi untuk melihat hasil dari pemeriksaan sidik jari dari barang bukti tersebut.

Setelah beberapa jam menunggu akhirnya hasil dari pemeriksaan tersebut keluar.

"Bagaimana hasilnya, pak?"
Tanya Zora.

Detektif itu menggeleng gelengkan kepala.
"Tidak ada hasilnya. Sepertinya pembunuh ini telah menghapus sidik jarinya sebelum pergi."
"Pembunuh yang cerdik."

Kasus belum secepat itu selesai.
Malamnya, detektif itu mengajak Zora dan Micheal untuk kerumahnya untuk mengajak bekerja sama dalam menyelesaikan kasus ini.
Mereka berbincang-bincang di sana. Saat Zora ingin pulang, ternyata hujan yang sangat lebat pun turun, sepertinya telah terjadi badai yang besar.

"Ah. Sepertinya aku tidak bisa pulang."
"Tidak apa, nak. Kau boleh tinggal di sini. Aku juga memerlukan bantuan untuk menyelesaikan tugas ini. Sepertinya kalian berdua mampu membantuku."
"Ah, baiklah. Terima kasih, pak."
"Tidak-tidak jangan memanggilku dengan "pak" , panggil saja aku Xion."
"Oh, baik... Xion. Ngomong-ngomong, kau tinggal sendirian dirumah ini?"
"Ya. Aku tinggal sendirian. Sebenarnya dulu aku tinggal di sini bersama istriku. Tetapi ia dibunuh oleh orang yang berambut merah saat istriku sedang mengandung anak pertamaku, dan untungnya pembunuh itu sudah mati sekarang."

"Apakah itu Madam yang telah membunuhnya?"
Zora berkata dalam hati.
"Oh, jadi begitu. Maaf, sudah menanyakan hal itu."
"Ohoho, tidak masalah."

Hingga tengah malam, badai masih belum berhenti. Zora dan Micheal pun tinggal di rumah Xion. Xion pun menyiapkan makan malam.
"Ngomong-ngomong, apakah aku boleh bertanya sesuatu padamu?" Tanya Zora untuk memudarkan suasana sepi saat itu.
"Apa itu?"
"Sudah berapa lama kau berhasil memecahkan kasus pembunuhan dan menjadi seorang detektif?"
"Ah, itu. Sebenarnya aku memulai menjadi detektif semenjak kematian istriku. Aku ingin sekali mencari tau tentang masalah pembunuhan, aku mencobanya, dan akhirnya aku bisa memecahkan semuanya, aku tak percaya jika aku berhasil, aku frustasi saat itu."
"Tapi, saat itu kenapa kami tidak mengetahui tentang pembunuhan itu? Bukannya istrimu sudah lama mati, bukan?"
"Hah, itu dia. Hebatnya pembunuhan itu selalu tertutupi, dan pembunuhnya juga hebat dalam menyembunyikan identitasnya, ataupun sidik jarinya. Layaknya seorang pembunuh bayaran, namun sepertinya bukan."
"Wow, sepertinya ini pembunuh berkelas, dan alasannya masih belum diketahui?"
"Yup, tepat sekali!"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 11, 2016 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

The Black DetectiveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang