Chapter 11: Destroy them!

54 3 0
                                    

Selama Zora masih sakit. Micheal pun melanjutkan tugasnya untuk mencari penyebab hilangnya anak-anak itu.
Esoknya Micheal datang ke kamar Zora.

"Bocchan, aku menemukan sesuatu selama aku keliling di sirkus ini. Aku menemukan lambang di sebuah foto yang persis seperti di kaki palsunya Wild. Dan ternyata di malam hari mereka selalu pergi ke rumah besar kosong di dekat sini. Ayo, Bocchan."
Micheal pun menggendong Zora dan membawanya ke rumah besar itu.

Sesampainya di sana...
Rumah itu di penuhi oleh boneka anak kecil, seperti Marionette.

Dan disana juga ada dokter Zuki yang sedang mengerjakan sesuatu. Seorang dokter yang memakai kursi roda dan yang merawat Zora selama dia sakit.

Zora dan Micheal menerobos masuk ke tempat dokter itu berada.

"Apa yang kau lakukan dokter?!" Zora berteriak.

Dokter Zuki pun terkejut. "Ah.. Laugh rupanya."
Dokter Zuki membalik badannya dan melihat ke arah Zora dan Micheal.

Tiba-tiba Zora merasa mengingat sesuatu dari tempat ini saat bertatapan dengan dokter Zuki.

"Oh, ayolah, Zora. Aku tau kau pasti mengingat sesuatu dari tempat ini kan?"
Dokter Zuki berdiri dari kursi rodanya, dan tersenyum ke Zora.

"Kau... kau tidak cacat? Kenapa kau bisa berdiri?"

Tiba-tiba Kiko masuk dan terkejut.
"Ayah? Kau tidak cacat?"

"Kiko, maaf Ayah tidak memberitahumu selama ini. Selamat datang, Kiko ku sayang. Kau yang telah membantu Ayah bekerja selama ini."

Dokter Zuki adalah Ayah angkat dari Kiko, Ketty, dan teman-teman sirkusnya yang lain. Kiko dan teman-temannya dulu adalah anak yatim piatu yang tinggal di tepi jalanan. Hingga akhirnya mereka dimasukkan ke sebuah panti asuhan, dan datanglah seorang dokter Zuki yang mau merawat mereka, dan menjadikan mereka sebagai pemain sirkus sesuai bakat mereka masing-masing. Mereka semua juga memiliki kekurangannya masing-masing, seperti cacat fisik, dan dokter Zuki pun membuatkan mereka sebuah alat bantu untuk menutupi kecacatan mereka untuk bermain sirkus dan mendapatkan uang.

Kiko terkejut dan terdiam karena mengetahui bahwa selama ini Ayahnya tidaklah seperti yang ia bayangkan dengan duduk di kursi roda itu.

Zora dan Micheal pun melihat apa yang dilakukan oleh dokter gila itu.
Mereka menemukan banyak sekali alat bantu untuk orang cacat, seperti kaki palsu, tangan palsu, dan sebagainya.
Disana Zora juga melihat banyak sekali kandang yang sangat besar, yang isinya anak-anak kelaparan dan tersiksa. Disitu Zora mengingat masa lalunya yang kelam seperti itu, sangat persis sekali seperti itu. Emosi Zora pun tak terkendali, ia menjadi seperti orang yang sedang stress berat melihat itu. Zora langsung mengeluarkan pistolnya, dan mengarahkannya kepada dokter Zuki.

"Tenanglah, Zora." Dokter Zuki mengangkat tangannya.

"Laugh? Jadi kau bukanlah seorang anak yang miskin seperti yang kau ceritakan itu? Dan Black adalah Butlermu? Kenapa kau kejam sekali membohongi kami semua Laugh? Kenapa?"

Zora terdiam dan wajah Zora menjadi kusam.
"Ternyata dugaanku benar Zuki. Kau yang telah mencuri anak-anak itu untuk kau jadikan bahan eksperimen mu ini?!" Zora makin memanas.

Kiko menyambung. "Jadi selama ini Ayah membuat alat bantu untuk kami dengan cara menculik anak-anak itu dengan sirkus keliling kita ini?"

"Sudahlah, Kiko. Kau jangan pura-pura tidak mengetahui semua ini."
"Tapi..."

"Diamlah! Matilah kalian para keparat kejam! Micheal bunuh dia!"
Micheal terkejut dan tersenyum melihat keputus asaan dan semangat Bocchannya itu. Dengan mengingat bagaimana saat Micheal dan Zora mengikat kontrak yang sangat menyakitkan.
"Yes, my Lord."

Zora maju perlahan mendekati Zuki dan menodongkan pistolnya ke arah muka dokter Zuki.

"Tenanglah, Zora."
Dokter Zuki mundur perlahan dengan mengangkat tangannya.

"Kenapa kau menculik mereka?! Kenapa kau menyiksa mereka seperti ini?! Tidak puaskah kau dengan kelakuanmu dari dulu?! Belum puaskah kau menyiksaku seperti ini?! APAKAH KAU INGIN MENYIKSAKU LAGI?! AKAN AKU BUAT KAU TERSIKSA SEKARANG!!!"
Zora berteriak dengan kemarahannya.

"Tenanglah, nak tenang. Baiklah, kau boleh membebaskan mereka semua."

"AAARRRGGGGHHHH!!!!"
'Dorrr!'

Pistol telah di tembakkan Zora ke kepala dokter Zuki.
Dokter Zuki pun terjatuh dan kejang-kejang.

Sementara Micheal yang masih mengurus Kiko, dan Kiko pun terjatuh karena Micheal telah memotong tangannya, melihat Tuan Mudanya yang sedang sangat marah.

"AYAAHHHH!!!!"
Kiko pun menangis sambil terbaring.

Zora dan Micheal pun membebaskan anak-anak yang hampir mati itu, bahkan sudah banyak yang mati di dalam.

Setelah semua selesai Micheal menggendong Zora keluar dari rumah itu, dan membakar rumah itu.

Tiba-tiba di depan Ketty menangis dan terkejut melihat Zora dan Micheal keluar dari rumah terbakar itu.

"Laugh, Black. Apa yang kau lakukan pada mereka?! Kenapa kalian sekejam itu?!

Zora dan Micheal pergi meninggalkan Ketty tanpa sepatah kata pun. Sementara, Ketty yang sedang menangis meraung di sana.
Ketty berteriak dan sangat marah, ingin membalaskan dendamnya terhadap mereka ber-2.

Besok paginya, Zora telah sampai di rumahnya, dan dia tertidur sangat nyenyak.

"Bocchan, saatnya bangun. Sudah pagi, sepertinya demammu sudah sembuh."
Micheal membuka gorden dan memegang jidat Zora sambil merasakan suhu badannya.
"Ini minumlah, teh hangat dan cemilannya."

"Terima kasih, Micheal."
"Sepertinya batinmu sudah membaik, Bocchan?"
"Yah, begitulah. Sudah mulai tenang."

Micheal tersenyum melihat Bocchannya yang datar itu.

Sementara itu, kasus anak hilang di malam hari karna sirkus keliling itu telah tiada lagi.
Ratu pun sudah tenang, dan menunggu tugas baru lagi untuk Zora.

The Black DetectiveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang