Suara tawa yang kencang menjelegar begitu saja. Suara itu berasal dari salah satu kelas, yang tak lain adalah kelas 12 IPS.
Jungkook, tertawa girang disana. Segala kesunyian nya berganti dengan tawa yang begitu kencang dan menenangkan. Banyak sekali lelucon yang di buat oleh teman-teman sekelasnya. Ia senang, sangat senang.
Semua nya beralih pada jungkook, mereka- temen sekelas jungkook menatap jungkook dengan penuh harapan dan wajah yang menahan tawa.
Dengan wajah konyol jungkook perlihatkan pada temen-temen nya, membuat mereka kembali tertawa tanpa henti. Bahkan setitik air mata bersarang di mata kanan jungkook, perutnya terasa keram karena tertawa begitu lama, rahangnya sakit namun ia bahagia.
Karena ini jamkosong, guru pun tidak akan masuk. Mendekati ujian hanya akan ada ulangan tambahan untuk mendapatkan nilai bantuan saat ujian mendapatkan nilai yang rendah, namun kelas jungkook sudah ujian. Mereka tinggal menunggu ujian yang sesungguhnya.
Karena bosan bercampur sunyi. Akhirnya mereka bermain kartu truth or dare, yang di bawa oleh salah satu teman jungkook, Jaehyun namanya.
Mereka kembali bermain kartu itu terus saja seperti itu, sampai mereka tidak sadar bahwa ini waktunya pulang.
Jungkook menyambar tas ransel nya, kemudian mendekap nya sebelum ia kaitkan pada pundaknya.
Berjalan cepat menuju gerbang yang ramai siswa keluar, jungkook berlari menuruni tangga, dan melewati koridor kelas-kelas lain.
Ini sudah sore, terlihat sudah pukul empat lewat dua puluh menit. 16.20. Tergesa, langkah kaki jungkook benar-benar tergesa. Ia berlari menjauh dari sekolah, setelah berhasil melewati gerbang yang penuh akan kendaraan yang hendak keluar.
Setelah ia rasa sudah cukup jauh, jungkook memelankan lari nya, ia berjalan dengan lengan yang berada di kedua saku celananya. Tatapannya lurus kedepan, jalanan tidaklah ramai, karena ia memilih jalan desa ketimbang jalan kota.
Sekolah tempat ia bernaung memang terbilang sekolah elite, banyak sekali siswa/i yang berasal dari keluarga kaya raya. Berbeda dengan jungkook, bermodal nekat mendaftar, akhir ia di terima di sekolah tersebut.
Lelah rasanya, tidak memiliki kendaraan apapun. Rumahnya lumayan jauh, tidak ada teman dekat yang benar-benar bisa ia ajak untuk pulang bersama. Jungkook lebih senang sendirian jika pulang sekolah.
Jika di sekolah, ia akan bergabung dengan teman-teman nya jika mereka melakukan hal yang menurut nya menarik, selebihnya, jungkook lebih memilih untuk diam di kursi nya sembari mendengarkan musik atau tertidur.
Langkah itu terlihat begitu berat, seakan, akan tenggelam di lautan yang luas.
Jungkook melihat jam yang melingkar pada lengan kiri nya, ia tersenyum tipis melihat jam sudah menunjukkan pukul lima sore. Ia berjalan lama, karena langkah nya begitu pelan.
Jungkook menikmati keindahan sawah dan juga jalanan panjang yang sepertinya tidak akan buntu hingga manapun.
Di tepi jalan hanya ada pesawahan yang telah di tumbuhi padi-padi yang masih kecil, di belakang sawah sebelah kanan terdapat bukit tinggi yang begitu indah jika di pandang.
Langit sudah mulai gelap dan sepertinya hujan akan turun. Jungkook mempercepat langkahnya. Ia terlalu lama berjalan, kakinya sudah mulai lelah dan pegal.
.
"Ak-- shit."
Drughhh
Jungkook mengurungkan niatnya, ia berbalik dan berlari lagi. Menjauh dari rumah, kini menjadi tujuannya. Ia berlari cepat, tidak ada arah yang di tuju nya. Dengan segala perasaannya yang tidak karuan, ia melangkah sangat cepat, lebih tepatnya berlari. Bahkan cuaca yang dingin saja tidak dapat mengeringkan keringat yang sudah bercucuran karena ia lelah berlari.
Nafasnya tersengal, jungkook berhenti di tepi danau yang terlihat begitu indah.
Ada papan kayu yang mencodong agar dapat melihat danau dari dekat.
Jungkook menjatuhkan dirinya pada papan kayu yang tersusun rapih di tepi danau tersebut. Dengan posisi terlentang, ia memejamkan matanya, walaupun tubuhnya sakit karena ia menjatuhkan nya begitu keras, apalagi di atas papan kayu yang halus namun keras.
Masih dengan mata terpejam, tetesan demi tetesan air hujan mulai membasahi tubuh nya. Tidak, jungkook tidak perduli akan hal itu. Walaupun tas ranselnya basah, baju seragamnya kotor dan basah.
Rambut jungkook mulai melepek, tidak menganggu jungkook yang tengah menahan sakit di dada dan juga hatinya.
Perasaan itu kini muncul, jungkook menangis di sela-sela deruan air hujan yang mentes deras.
Suara tangis itu di sembunyikan oleh suara hujan yang menenangkan, menurut jungkook.
Tidak ada suara apapun, jungkook tidak membuka mata dan mulut nya, untuk melihat bahkan mengatakan sesuatu.
Rasanya kelu. Melihat dan mendengar kedua orangtuanya, yang membicarakan tentang dirinya. Yang membicarakan tentang kehidupannya, tentang hak asuh nya, tentang keburukannya.
Jungkook mendengar semuanya, semua yang orang tuanya kata kan. Lebih tepatnya, ibu kandungnya dan juga ayah tirinya.
Mendengar itu semua membuat jungkook kembali patah, membuat nya kembali masuk kedalam ruang hampa yang gelap di dalam tubuhnya, seolah raga nya terkunci disana.
Jiwa yang berusaha untuk hidup, namun raga yang berusaha untuk mati, serta tubuh yang berusaha mengejar apa yang di katakan oleh hati. Jantung yang memerintakan untuk berhenti dan menyerah, jantung yang ingin berhenti berdetak namun di halangi oleh niat mengajar cita-cita dari dalam tubuh seorang pemuda bernama jeon jungkook.
"Tuhan, aku lelah. Bisakah aku kembali mati? Aku menarik kata-kata ku ketika di tanya menjawab 'iya' saat pertanyaan yang di lontarkan oleh malaikat untuk menanyakan ku ingin hidup atau tidak di dunia ini.
Tuhan, jika hanya ini yang kau berikan, maka lebih baik aku tidak di lahirkan sama sekali. Aku menyesali keputusan ku untuk hidup di dunia ini. Lebih baik aku tidak hidup, aku menyerah kepada takdir, namun aku lelah. Aku terlalu sering mengeluh, apa aku pantas di sebut hamba mu?"
Ucapan dengan suara bergetar itu terdengar begitu pilu. Menyerah kepada takdir begitu sangat menyedihkan untuk seorang manusia pendosa seperti nya.
Ia ingin bahagia namun tidak sementara. Manusia memang egois, menginginkan kebahagiaan kepada tuhan, namun selalu melakukan sesuatu yang memang sudah di larang.
Tetapi jungkook, ia hanya diam, ia tidak melakukan dosa yang benar-benar besar.
Apa salahnya? Tuhan menghukum dirinya? Tetapi atas dasar apa? Kesalahan apa yang ia perbuat?
----- TBC-----
KAMU SEDANG MEMBACA
breathe or not
Teen Fictionpada akhirnya, mati bukanlah pilihan yang tepat untuk mendapatkan ketenangan. bxb! this is kookv not vkook. jeon jungkook. kim taehyung.