Pagi tiba. Jungkook masih belum terbangun dari tidurnya. Ia baru saja tertidur pukul enam pagi tadi setelah selesai bermain game di ponselnya.
Ia juga tidak memperdulikan sekolah. Baginya, dunianya akan segera berakhir setelah bertemu hantu yang saat itu ia bantu. Bukan lagi hantu, melainkan manusia yang berjiwa dan ber-raga.
Dirinya seolah menjadi buronan para polisi dan tim SAR lainya. Ia selalu di cari, bahkan ada banyak poster yang tersebar tengah mencarinya.
Ia baru tau saat membaca internet pada malam dimana ia baru saja pulang dari pertemuan nya dengan pemuda mungil itu.
Jungkook menjadi orang hilang, padahal ia ada. Namun keberadaannya yang sulit di retas.
Sosial media yang sulit di cari dan di temui, karena jungkook selalu menggunakan nama samarannya, bukan nama aslinya.
Jungkook pandai bermain dengan nama nya, ia bahkan memiliki ktp dengan nama yang berbeda dan wajah serta penampilan yang tak sama. Hebat bukan? Itulah keahlian jungkook, hanya salah satunya.
Jungkook terkesan tidak begitu peduli dengan orang lain, namun ia selalu ambil hati dengan perkataan yang begitu menyakitkan bagi hatinya.
.
Pukul sebelas lewat dua menit, akhirnya jungkook terbangun.
Jungkook tidak terbiasa dengan ini. Selimut nya melilit area perut dan lehernya. Sungguh sesak.
Setelah terbebas, jungkook langsung saja membersihkan dirinya. Lalu pergi kedapur untuk minum dan membuat mie instan.
Jungkook tau jika ia keluar maka nenek yang berada di sebelah rumahnya akan ikut keluar. Maka dari itu, ia langsung saja makan. Meskipun dengan mie instan.
"Aku tidak akan lupa, pergi kesekolah bukanlah pilihan yang tepat saat menjadi buronan besar. Aku seperti penjahat. Cih." Ujarnya pelan, dengan sesekali menyeruput mie yang berada di meja makan.
Jungkook terduduk dengan tatapan terkunci pada air mineral di hadapannya. Mulutnya tidak berhenti mengunyah dan lengannya tidak berhenti menyendok mie.
Hingga mie itu habis dan air pun habis olehnya.
Jungkook langsung mencuci mangkuk yang ia gunakan. Kemudian melihat jam dinding.
Pukul dua belas. Ia langsung bergegas keluar rumah. Seperti biasa, jungkook menggunakan pakaian serba hitam di lapisi oleh jaket kulit berwarna hitam, tak lupa topi hitam polos ia gunakan.
Jungkook berjalan dengan cepat, panas dan menyengat. Walaupun ia melewati beberapa hutan untuk sampai di tempat kemarin yang di bicarakan, tetapi tetap saja terasa panas.
Tiba di sana, ia melihat sosok mungil terduduk dengan kepala diantara kedua kaki yang menekuk di bawah pohon beringin muda.
Jungkook langsung menghampiri, dan duduk di hadapannya. Banyak rumput kecil, jadi tidak takut kotor terkena tanah.
"Lama menunggu?" Ujar jungkook tiba-tiba.
Yang di ajak berbicara mendongak, mendapati jungkook yang tengah menatapnya.
Ia kemudian memasang wajah kesal, "Aku sudah hampir tiga jam disini. Dan kau masih bertanya?" Jawabnya.
"Ku fikir kau perlu di tanya." Jawab jungkook lagi, bahu nya terangkat acuh.
Tatapan kesal masih jungkook dapatkan, ia kemudian terkekeh kecil melihat bagaimana ekspresi wajah taehyung yang menggemaskan menurut nya.
jungkook melihat sekitar, ia seperti di awasi. kemudian kekehan kecil itu berganti dengan senyum miring yang terlihat menyeramkan.
Taehyung tidak dapat melihat wajah jungkook, pemuda itu menunduk menyembunyikan ekspresi wajahnya.
Taehyung menatap jungkook heran, "Ada apa?" Tanya nya. Walaupun ia tengah kesal, tetapi ia juga penasaran dengan jungkook yang tiba-tiba terdiam menunduk.
Jungkook mendongak, sekarang ekspresi wajahnya datar. Ia menggelengkan kepalanya sebagai jawaban dari perkataan taehyung.
"Aku tau ada manusia lain selain kita disini. Tae, aku memang pendatang untuk mu, tetapi aku tidak akan menyakiti mu. Dan malah, aku yang akan meminta mu melakukan hal itu kepada ku." Jungkook berucap dengan tatapan yang lurus kedepan tanpa ekspresi apapun.
Wajahnya flat, tatapan itu kosong namun perkataan tersebut memiliki banyak sekali makna.
Taehyung tidak mengerti apa yang di katakan jungkook, namun ternyata jungkook menyadari bahwa ada orang lain selain mereka disini.
Taehyung tersenyum manis, "Kau memang memiliki kemampuan yang luar biasa." Puji Taehyung yang ntah di dengar atau tidak oleh jungkook.
Jungkook menoleh kekanan, ada pohon tinggi di sana. Ia tersenyum, ntah apa yang ia lihat.
"Aku tidak ingin disini, tae, apa kau faham perkataan ku barusan?" Jungkook tidak mengalihkan pandangannya, ia tetap melihat kearah pohon itu.
Taehyung mengikuti mata jungkook yang menatap kesamping, "Aku tidak faham, Jung." Jawab taehyung.
Jungkook menghela nafas panjang, "Aku ingin kau yang menyakiti ku." Ucap jungkook lagi.
Taehyung menyangkalnya, "Apa maksud mu? Kau mau aku menjadi orang jahat?"
Jungkook menggeleng sebagai jawaban, "Tidak. Tetapi itu yang ku mau setelah aku membantu mu." Jawab jungkook lagi.
"Huh?"
"Pft, Tae--- bunuh aku setelah ini. Aku tidak ingin bertele-tele. Hanya itu yang ku inginkan setelah aku membantu mu."
Perkataan jungkook tentu membuat Taehyung terkejut bukan main. Jadi semuanya sudah di rencanakan oleh pemuda bermarga jeon ini.
Taehyung tidak habis fikir, wajahnya terlihat masih terkejut. Apa jungkook mau dirinya masuk penjara karena kasus pembunuhan?
"K---
Aku akan membuat kematian ku seolah aku bunuh diri." Jungkook menyela perkataan taehyung. Sebelum sempat taehyung berkata tetapi sudah di potong oleh perkataan jungkook.
"Kau fik---
Mudah Tae. Aku akan membantu mu. Kau cukup tusuk ulu hati ku. Lalu aku akan menggenggam pisau yang kau gunakan."
Lagi. Ucapan taehyung lagi-lagi terpotong oleh perkataan jungkook. Taehyung tidak di biarkan berbicara.
"Stop. Izinkan aku berkata. Kau fikir mudah membunuh orang? Aku tidak Setega itu, jung."
Jungkook terkekeh lagi, "Mudah. Mengapa tidak menyuruh bodyguard mu membunuh ku? Anggap saja aku yang menyebabkan kau hampir mati."
Taehyung memukul pelan kepala jungkook, "Sialan. Manusia sialan seperti mu sangat menyebalkan."
"Itu sebabnya aku ingin mati."
"Diam!"
.
.
.see u.

KAMU SEDANG MEMBACA
breathe or not
Teen Fictionpada akhirnya, mati bukanlah pilihan yang tepat untuk mendapatkan ketenangan. bxb! this is kookv not vkook. jeon jungkook. kim taehyung.