malam sudah berganti, dan ini sudah pagi. jungkook belum saja terbangun dari tidurnya.
ia tidak akan di bangunkan oleh siapapun, orangtuanya tidak akan perduli padanya. Ia juga tidak ingin di ganggu oleh mereka.
Namun, siapa sangka? Ibu jungkook mengetuk pelan pintu kamar jungkook. Tidak ada sahutan di dalam, membuat sang ibu langsung saja masuk kedalam kamar anaknya.
Ibu jungkook duduk di tepi ranjang anaknya, mengguncang pelan tubuh jungkook sebelum akhirnya mata jungkook terbuka perlahan.
Jungkook mengerjap beberapa kali, karena pandangannya masih memburam. Setelah itu satu alias nya terangkat, bertanya.
Sang ibu tersenyum. Sosok di di hadapannya mengatakan bahwa dirinya mau pergi keluar kota dengan alasan berbisnis.
Karena jungkook sekolah, jadi jungkook tidak ikut. Dan lagi jungkook tidak mau ikut.
Dengan anggukan jungkook menjawab, ia tidak ambil pusing. Ia juga senang sebetulnya, di rumah akan tenang. Tidak akan ada yang mengusik dirinya.
Setelah mendapatkan respon yang memuaskan dari sang anak, ibu beranjak dan meninggalkan kamar jungkook.
Jungkook terbangun dan duduk, ia menggosok pelan mata nya untuk menetralkan pandangannya.
Setelah itu berjalan kearah toilet untuk membersihkan diri.
.
Jungkook sudah selesai mandi, dengan stelan yang agak rapih. Ia kemudian mengambil dompet dan juga ponselnya.
Berjalan pelan meninggalkan kamar nya. Saat ia hendak membuka kenop pintu utama, ayahnya memanggil dirinya.
Jungkook berbalik, lagi dan lagi alias nya terangkat pertanda ia bertanya. Sang ayah mendekat,
Plakk!
"Shh" satu tamparan jungkook dapatkan, ia memegang pipi kiri nya yang berdenyut nyeri, serta bibirnya yang sedikit mengeluarkan darah.
Jungkook menatap ayahnya dengan tatapan tajam dan wajah yang datar. Ia tidak melakukan kesalahan apapun, bukan? Lantas, apa maksud dari tamparan tersebut?
"Jangan membuat onar, jeon. Ayah tidak mau malu karena ulah anak sialan seperti mu. Saat ayah dan ibu pergi, jagalah rumah. Jangan pernah keluar, kau tau? Manusia pembawa sial seperti mu tidak pantas mendekati orang-orang yang berada di lingkungan mu. Bahkan kau tidak akan bisa memiliki kekasih. Cih."
Decihan di akhir kalimat membuat lengan jungkook terkepal erat. Lebih memilih tidak membalas perkataan ayah tiri nya itu.
Jungkook berbalik dan membuka pintu, setelah itu keluar dengan sedikit berlari.
Kali ini langkah itu terlihat pelan. Sekarang memang sudah agak siang, tepatnya pukul sepuluh.
Jungkook berjalan tanpa arah lagi, dan ia berjalan kearah barat. Ntah mau kemana, ia hanya mengikuti kaki nya yang melangkah.
Walaupun ia menghilang dan tersesat, ia tidak perduli. Hatinya tidak tenang, pipi nya masih terasa perih. Tamparan itu membekas. Bukan, bukan pada pipi nya, melainkan hati nya.
Jungkook berhenti di ujung jalan yang buntu, hanya ada hutan di depan sana. Ia menatap hutan itu dengan tatapan kosong milik nya.
Gumaman ingin mati terus terucap dari bibir pemuda bermarga jeon itu. Ia benar-benar mati, jiwa nya mati, raga nya menghilang.
Ucapan, pukulan, makian, bentakan, sudah sering jungkook dapatkan dari kedua orangtuanya. Ia lelah, harus berapa kali mengatakan bahwa dirinya sudah menyerah karena lelah.
Ia tidak memiliki siapapun untuk bercerita, rasanya begitu kosong dan hampa. Ia hanya ingin mati, itu saja.
Ia ingin beristirahat dengan tenang, ia ingin melupakan semuanya. Ia tidak ingin hidup di lingkungan yang begitu menyiksa nya.
Bukan orang lain yang membuat nya mati, tetapi kedua orangtuanya. Catat! Kedua orangtuanya!.
Sakit hati, jiwa, raga, tubuh. Semuanya terasa begitu menyakitkan.
Jungkook memukul dadanya keras, beberapa kali terlihat terbatuk karena pukulan demi pukulan terus ia layangkan pada dadanya.
Sebelum akhirnya meremat pelan, jungkook terjatuh dengan lutut sebagai tumpuan.
Lengannya masih meremas dadanya yang begitu sakit, akibat pukulan dan juga ucapan kedua orangtuanya.
Kepalanya di bawa untuk mendongak, agar tidak ada air mata lagi yang keluar.
Semalam ia mungkin bermimpi bertemu dengan hantu, dan sekarang juga ia merasakan sakit lagi.
Di iringi dengan sakit, ia terus berusaha menahan air mata yang hendak menetes.
Sialan, itu susah.
Pada akhirnya, air mata jungkook menetes, deras. Lagi, jungkook menangis lagi.
Jika saja membunuh diri sendiri tidak berdosa, maka ia sudah lama mati. Ia lelah, haruskah setiap detik mengatakan bahwa dirinya lelah?.
Tidak adakah manusia yang mengerti dirinya? Tidak adakah manusia yang perduli padanya? Menanyakan bagaimana kabarnya? Menanyakan bagaimana harinya? .
Apa dia benar-benar pembawa sial? Hingga rasanya semua orang menghindari nya, tidak ada apapun yang benar-benar bisa membuat dirinya yakin bahwa masa depannya akan secerah mentari.
"Hey, jungkook? Ada aku di sini. Aku selalu bersama mu mulai sekarang. Berhenti berfikir bahwa tidak ada orang yang perduli padamu. Kau berarti, Jung. Semua orang buta akan dirimu
Semua yang kau lakukan sangat amat hebat. Maaf aku tidak dapat membantu mu.."
Tepukan dan juga perkataan yang mengalihkan pandangan jungkook. Jungkook menoleh, mendapati hantu yang semalam datang kepada nya.
Apa ia berhalusinasi? Apa ini Kenyataan? Ntahlah. Jungkook hanya abai dengan perkataan si hantu itu.
Ia menunduk untuk menahan sakit di dadanya yang benar-benar membuat dirinya kesulitan untuk bernapas. S
Si hantu itu tampak tersenyum manis, lengan kecil si hantu terjulur untuk menyentuh surai kelam milik jungkook.
Ia menepuk pelan pucuk kepala jungkook. Walaupun tidak dapat merasakan lengannya, hantu itu terus mengelus rambut jungkook.
Jungkook dapat merasakannya, ia mendongak dan menatap sang hantu dengan mata yang tergenang air mata.
Si hantu tersenyum saat mata nya bertemu dengan mata coklat milik jungkook,
"Kau keren, aku bangga padamu. Ingin memeluk ku?" Pujian sekaligus pertanyaan di lontarkan.
Jungkook menatap bertanya, bagaimana ia bisa memeluk hantu? Kan hantu tidak dapat di sentuh.
Sang hantu tersenyum, "aku bercanda. tubuh ku belum di temui. kau tidak akan bisa memeluk ku." Ucap hantu bertubuh mungil itu.
Jungkook jelas saja heran, apa maksud dari perkataan si hantu ini? Apa dia benar-benar hantu? Atau hanya raga yang hilang dari tubuh?
"Ya. Tubuh ku tidak pernah ada yang menemukan termasuk diriku sendiri. Aku masih bisa merasakan detak jantung ku, namun aku tidak tau dimana tubuh ku berada." Jelas hantu tersebut.
Jungkook hanya diam. Tidak mau bertanya karena takut menyinggung hantu yang berada di hadapannya.
Kikikan kembali terdengar, "ingat nama ku jung. Aku Taehyung. Kim Taehyung."
Jungkook menatap dalam diam, ia mengangguk walaupun tubuhnya sedikit merinding. Seolah pernah mendengar nama tersebut dalam benak nya.
End.
BECANDA.
TBC.

KAMU SEDANG MEMBACA
breathe or not
Ficção Adolescentepada akhirnya, mati bukanlah pilihan yang tepat untuk mendapatkan ketenangan. bxb! this is kookv not vkook. jeon jungkook. kim taehyung.