Pagi yang indah. Jungkook terbangun dengan mood yang bagus. Ia tidak bermimpi apapun. Ia juga sudah melupakan kejadian yang terjadi tadi malam pada dirinya.
Dan lagi, jungkook akan lebih fokus pada kehidupannya sekarang. Tidak akan memikirkan banyak hal yang membuat nya pusing.
Jungkook selalu menyemangati diri sendiri, ia tidak ingin jiwanya tergores ataupun meminta untuk mati. Walaupun, memang, ia masih sering ingin menghilang dari dunia ini, tetapi percayalah, ia juga ingin hidup dengan normal dan kebahagiaan yang ia dapatkan.
Jungkook sudah menggunakan seragam nya setelah ia mendi. Memakai sepatu lalu keluar dari rumahnya yang terlihat sederhana namun nyaman.
"Selamat pagi, nak Jungkook!" Sapaan tetangganya terdengar dari sebelah kanan.
Jungkook menoleh kearah nenek tua yang masih kuat untuk berjalan, bahan melakukan aktifitas lainya.
"Selamat pagi, nenek." Jawabnya dengan senyum tipis. Sang nenek tersenyum senang.
"Nenek memasak sarapan dengan banyak, maukah dirimu mengambil nya juga? Nenek sudah siapkan khusus untuk mu."
Jungkook terkejut, kemudian ia menghampiri nenek tua itu lalu membungkuk sekilas. ia mengangguk tanda setuju, dan lagi tidak enak jika dirinya menolak.
"Boleh nek." Jawab jungkook dengan senyum manis yang tidak luntur dari bibirnya.
"Tunggu ya." Jungkook mengangguk sebagai jawaban. Ia tidak akan repot-repot membeli sarapan jika sudah di siapkan oleh nenek baik hati yang memang sejak awal sudah menyambut kedatangan dengan sup hangat yang enak.
Nenek tersebut tinggal sendirian. Tidak ada anak dan suami. anaknya hanya akan berkunjung setelah, mungkin jam kerja telah usai.
Tak lama, nenek itu menghampiri jungkook lagi dengan paper bag di lengannya.
"Ambilah. Ada beberapa cemilan untuk mu." Jungkook mengambil paper bag tersebut lalu membungkuk, dan membuat sang nenek tua mengusak helaian rambut jungkook.
"Terimakasih nek. Aku berangkat." Jungkook membungkuk lagi, lalu pergi menjauh dengan lambaian tangan dan senyum merekah.
"Hati-hati nak!"
"Baiklah nenek."
Jungkook terkekeh. Ia kemudian berjalan santai untuk menuju sekolah nya. Bukan kan ia bilang moodnya sedang bagus pagi ini? Benar. Ia akan tersenyum jika dirinya di sapa bahkan di ajak mengobrol dengan yang lebih tua darinya.
Contohnya saja nenek tadi, tetangga yang baik hati. Yang sudah sebulan ini selalu saja menyapa jungkook di pagi hari kala hendak berangkat sekolah.
Jika sore dan malam, nenek itu tidak akan keluar rumah, karena orang tua tidak boleh keluar di jam segitu kecuali ada yang mendampingi. Ntah karena apa.
.
Jungkook tidak di kelasnya. Ia langsung duduk lalu menaruh tas ransel dan juga paper bag yang ia bawa.
Jungkook menaruh paper bag di atas meja, sedangkan tas ranselnya di bawah meja.
Jungkook membuka isi dari paper bag tersebut. Ternyata ada dua kotak bekal, dan terdapat note di sana.
"Yang kanan untuk sarapan dan yang kiri untuk makan siang. Selamat makan, nak."
Itu isi singkat dari note tersebut. Jungkook tersenyum, kemudian memasukkan kembali note itu, lalu mengambil bekal yang berada di sebelah kanan dan langsung membuka nya, lalu menyantap nya.
.
Siang hari yang terang dan terik. Jungkook sedang berada di sisi lapangan. Ia terduduk di salah satu kursi dengan tatapan yang kosong dan lurus kedepan.
Ia belum makan siang lagi. Ntahlah, tidak ada mood untuk makan. Dan lagi ia kebingungan hendak berbuat apa setelah jam istirahat tiba.
Jungkook benar-benar diam disana sedari tadi. Bahkan tidak bergeming saat ada yang mendekati nya dan mengajak nya ngobrol.
Tak lama, jungkook mendengar suara familiar dari arah lorong kelas sebelah kanan.
Jungkook menoleh, dan ya. Seperti yang ia duga, siapa orang di balik suara yang begitu familiar di Indra pendengarannya.
Jungkook segera memalingkan wajahnya, lalu mulai beranjak dan berlari kearah belakang sekolah. Ia tidak ingin bertemu dengan siapapun.
Bahkan orang terpenting dalam kehidupannya sekalipun. Ibu nya dan ayahnya kemari, dan pastinya hendak mencari jungkook.
Jungkook kebelakang sekolah, ia memanjat pagar belakang dengan cepat. Lalu mendarat sempurna di tanah.
Jungkook menatap kedepan, hutan. Hanya hutan yang berada di pengelihatan nya. Seolah ia dejavu akan tempat ini.
Jungkook berjalan kearah kiri. Ia ingin langsung bertemu dengan jalan setapak bukan masuk kedalam hutan.
Setelah nya, jungkook kembali berjalan. Jika di lihat dari jam arloji yang jungkook pakai di lengan kirinya, ini sudah menunjukan pukul 13.30.
Tanpa sengaja, jungkook membolos? Bahkan ia tidak membawa tas ranselnya.
Jungkook malah mengambil ponsel yang ia simpan di saku, lalu menghubungi teman kelasnya. Jaehyun. Untuk membawa tas ransel saat pulang lalu menyimpannya di rumah Jaehyun.
Mengapa jungkook membolos? Ya. Jungkook melihat kedua orangtuanya. Ayah tiri dan ibu nya tengah di antara oleh kepala sekolah. Dan sepertinya ingin menemui jungkook, karena jungkook tidak pulang sudah sebulan dan kedua orangtuanya tidak mengetahui dimana tempat tinggal jungkook.
Jungkook mendengar sedikit percakapan mereka;
"Dia memang anak nakal. Terkadang saya bingung bagaimana cara menjinakkan putra saya yang itu. Sungguh membuat pusing."
"Terkadang kita harus mengerti kondisi anak, tetapi sang anak tidak pernah memahami situasi orang tuanya."
Jungkook tertawa kecil di tepi jalan yang sepi. Ia mengingatkan perkataan itu. Ayah dan ibu nya memang benar-benar.. ah sudahlah.
jalan memang sepi, terbilang cukup sunyi. hanya ada dia disini. bahkan hanya terdengar suara derap langkah kaki jungkook saja.
ntahlah, ini begitu menenangkan untuk nya. bekal nya ia lupakan begitu saja, persetan jika ia kelaparan.
.
.
.hai, lama ga jumpa. maaf baru up, author lagi sakit nih. semoga sudah yep, see u next chapter.

KAMU SEDANG MEMBACA
breathe or not
Teen Fictionpada akhirnya, mati bukanlah pilihan yang tepat untuk mendapatkan ketenangan. bxb! this is kookv not vkook. jeon jungkook. kim taehyung.