[11] Teruslah Berusaha

681 70 9
                                    

Aletheia dan Arete menoleh ke atas karena merasa ada yang aneh. Benar saja dugaan mereka. Perisai sihir yang menyelimuti pulau telah lepas. Itu berarti Vallosca telah kalah. Arete yang tidak menyangka Vallosca akan kalah oleh Athena semakin emosi. Kegelapannya bertambah kuat. Ia berlari ke arah Aletheia dengan wajah yang menakutkan.

"Akan kubunuh kau ALETHEIAAA!" teriaknya.

***

Nafas Vallosca terdengar saling berburu. Ketika perisai sihirnya telah hancur, itu berarti kekuatan sihirnya pun mulai musnah. Padahal ia tak pernah memprediksi ini akan terjadi. Tapi sekarang mau diapa lagi. Athena sudah berhasil mengalahkannya dengan menyerang langsung ke titik lemah Vallosca.

"Bocah biadab!" kata Vallosca terbata-bata karena kehabisan energi.

"Kekuatan sihirmu sudah musnah sekarang. Kembalikan Putri Mimpi pada kami," ujar Athena.

Dengan kekuatan terakhirnya, Vallosca berusaha berdiri dengan tegap. Menatap Athena dengan mata sipitnya. Kulit Vallosca mulai pucat. Bibirnya pun pecah-pecah dan rambutnya berubah menjadi warna putih. Kerutan-kerutan di wajahnya juga mulai tampak. Vallosca telah kembali pada sosok aslinya.

"Kekuatan sihirku memang sudah tak ada. Tapi pengetahuanku tentang sihir masih ada," ujar Vallosca.

Athena terdiam tak berkomentar. Ia terus memperhatikan Vallosca yang berjalan ke arah Putri Mimpi yang terikat. Mengambil pisau kecil Athena yang tadi terjatuh dan melepaskan ikatan Putri Mimpi dengan pisau itu. Lalu menahan Putri Mimpi di balik tangannya sambil mengarahkan mata pisau pada leher Putri Mimpi.

"Apa yang akan terjadi bila aku membunuh Putri Mimpi sekarang dengan merapalkan mantranya? Negeri Mimpi pasti akan hancur dan seluruh dunia akan menjadi milikku!" kata Vallosca.

Athena bergidik. Ia tak menyangka Vallosca masih berani melakukan upacara itu, padahal ia sudah tak punya kekuatan lagi. Sekarang apa yang akan Athena lakukan? Jika ia mendekat, Vallosca pasti akan langsung membunuh Putri Mimpi. Tapi jika ia tak segera bertindak, keselamatan Putri Mimpi berada di ujung tanduk. Mau menyerang dari jarak jauh, anak panahnya telah habis. Seharusnya tadi ia tidak menyerang Vallosca dengan gegabah. Jadi anak panahnya pasti masih ada sekarang.

Tiba-tiba Vallosca terjatuh ke depan. Matanya melotot karena kaget. Ia telah tewas di tempat karena anak panah yang menancap di punggungnya. Putri Mimpi menoleh. Kakaknya, Droy, sedang menunggangi pegasus dengan panah ditangan kirinya. Droylah yang sudah membunuh Vallosca.

"Kakak," kata Putri Mimpi lirih.

Droy terbang ke arah adiknya dan turun dari atas pegasus. Ia memeluk adiknya erat yang telah mengeluarkan air mata.

"Syukurlah kau selamat, Mimpi," kata Droy.

Kedua bersaudara itu menangis di dalam pelukan untuk melepas rindu. Athena sangat terharu melihat apa yang terjadi di depan matanya. Ia tersenyum bahagia karena pertempuran ini telah selesai.

Seseorang menepuk pundak Athena. Membuat Athena harus menoleh. Mandala dan Mak Lampir datang dengan badan yang penuh luka. Mereka berdua tersenyum pada Athena. Senyuman tulus karena kemenangan sudah mereka dapatkan.

"Bagaimana dengan kakak dan adik Anda, Nona," kata Mandala.

Athena terhentak kaget. Ia telah melupakan sesuatu yang penting. Walau pertarungannya dengan Vallosca telah selesai, bagaimana dengan pertarungan kedua saudaranya? Athena berlari menuruni tangga Istana Hitam. Mencari sosok Aletheia dan Arete.

***

Pedang kegelapan Arete terus memancarkan aura kegelapan yang tiada henti. Pedang cahaya milik Aletheia pun kewalahan menahan serangan demi serangan darinya. Aletheia sudah terdesak.

Negeri MimpiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang