07 | Skipping Class

4.1K 529 49
                                    

Nada mendapati Bi Inah sedang berdiri dengan sebuah nampan di kedua tangan begitu ia membuka pintu kamarnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Nada mendapati Bi Inah sedang berdiri dengan sebuah nampan di kedua tangan begitu ia membuka pintu kamarnya.

"Non, ini coklat panas biar badannya anget."

Bi Inah masuk ke dalam kamar dan menaruh secangkir coklat hangat di nakas. "Dihabisin ya, Non."

Sepeninggalan Bi Inah, Nada meraih gelas itu dan menuangkan isinya ke wastafel. Gadis itu menatap gelas kosong itu dengan datar.

Nada membuka pintu balkon kamarnya, pasukan air masih betah mengeroyok bumi. Hujan dan malam, gadis itu menikmati perpaduan keduanya, juga angin yang ikut serta menerbangkan rambutnya yang panjang. Mau tak mau ia memejamkan matanya, menikmati sapaan angin dan percikan halus hujan.

Kosong. Begitu isi pikirannya saat ini. Nada hanya berdiri di pagar balkon, tak ada suatu hal yang bergelut di pikirannya. Ya, seperti ini lah yang ia suka, hanya-

"Lo berubah."

Suara itu membuat Nada membuka mata, ia menoleh ke sumber suara. Ada Jay di sana sedang bersandar di dinding balkon tanpa menatapnya. Meski begitu, dua kata yang terucap barusan jelas ditujukan untuk Nada.

Klise banget, pikir nada dalam hati.

Nada hendak masuk kembali ke kamar, bukan menghindar karena takut, Nada cuma malas terlibat percakapan dengannya.

"Gimana bisa orang berubah 180 derajat secepet itu?" Jay membuat Nada urung menarik knop pintu.

Berubah apanya? Berubah jadi power ranger pink?

Dengan wajah tanpa emosi, Nada memusatkan matanya pada mata Jay. "Masih aja ada orang yang mikirin urusan orang lain, alias Kuker." sahutnya meninggalkan Jay yang kemudian terdiam.

Sudah sebulan lebih ia tinggal di dunia novel, dan Nada benar-benar hidup tanpa mengikuti alur. Gadis itu pun membangun tembok tinggi antara dirinya dan para tokoh penting. Bila ada yang memancing dirinya, maka Nada hanya akan berperan seperti orang bisu dan tuli. Hasilnya mereka kapok sendiri karena terlihat seperti orang bodoh, terlebih Kai dan Juan.

Ngomong-ngomong, kamar adalah tempat paling aman bagi Nada. Dia hanya akan keluar ketika pergi ke sekolah dan sesekali jika Shareen memanggilnya. Mungkin itulah yang membuat Jay merasa pertahanannya runtuh-mengacu pada kepercayaannya yang menganggap bahwa perubahan Nada hanya trik semata.

Kini, Nada memenuhi objek pikiran cowok dengan rahang tajam itu. Kalau boleh jujur, Jay senang melihat Nada berubah menjadi lebih baik, tapi bukan berarti status mereka malah serasa seperti orang lain. Tidak ada lagi Nada yang ngotot ingin dibonceng olehnya di pagi hari. Tidak ada lagi Nada yang merecokinya hanya untuk meminta info tentang Shaga. Tidak ada lagi Nada yang merengek padanya karena selalu ditolak Shaga. Kalau dipikir-pikir, gadis itu mendekatinya selama ini hanya karena ingin menjadikan dirinya sebagai perantara agar dekat dengan Shaga.

𝐓𝐡𝐞 𝐅𝐥𝐚𝐭 𝐆𝐢𝐫𝐥 𝐓𝐫𝐚𝐧𝐬𝐦𝐢𝐠𝐫𝐚𝐭𝐢𝐨𝐧Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang