Chapter 2: Lieutenant Chankimha

1.1K 113 2
                                    

Central Institute of Forensic Service, adalah tempat di mana mayat dari korban pembunuhan berantai yang ditemukan dua jam yang lalu akan dibedah dan diteliti untuk kepentingan penyelidikan. Beberapa hal yang perlu dicari tahu mengenai mayat itu adalah identitas korban, bagaimana cara mereka dibunuh—dokter forensik perlu tahu dengan senjata apa korban dibunuh, panjang luka dan impact senjata, kemudian apakah korban dibiarkan mati perlahan-lahan atau mati seketika, semuanya dilakukan untuk mendapatkan waktu kematian korban.

Sebelum tiba di kantor, Nam dan Rebecca sudah meneliti dan menyelidiki TKP selama dua jam penuh. Mereka berusaha mencari jejak-jejak darah yang tak nampak dengan menggunakan cairan hidrogen peroksida dan sinar UV untuk memunculkan reaksi luminol. Sayangnya, mereka tetap tidak menemukan apa yang mereka cari—seperti biasa, si pembunuh selalu menyelesaikan pekerjaannya dengan rapi.

Di dua TKP sebelumnya juga terjadi hal yang sama. Ditemukan mayat patung yang posenya mengikuti hasil pahatan seniman ternama di dunia, dengan kondisi mayat putih pucat dan beberapa bekas sayatan serta jahitan. Tetapi tidak ada jejak-jejak bekas diseret atau petunjuk yang dapat membawa Rebecca pada si pelaku.

Hasil rekaman CCTV yang didapatkan oleh anggota tim Rebecca juga tidak menunjukkan ada sesuatu yang mencurigakan. Memang ada mobil pick-up dan mobil lain, tetapi semuanya tidak ada yang berhenti ataupun singgah di lingkungan sekitar CentralWorld di jam sebelum ditemukannya patung mayat.

Sebuah kejahatan yang hampir sempurna karena polisi tidak berhasil menemukan jejak si pelaku di TKP. Sehingga penyelidikan selanjutnya dilakukan dengan bantuan layanan forensik. Dalam hal ini, tim investigasi Rebecca Armstrong memercayakan pembedahan mayat pada tim forensic yang menangani korban-korban dengan kematian tidak wajar— divisi ini dipimpin Dokter Patologi Forensik Orntara Poolsak atau lebih akrab dipanggil sebagai Nam—yang mana mereka sudah bekerja sama dalam memecahkan kasus-kasus semacam ini selama lima tahun terakhir.

Nam sudah berada di dalam ruang bedah yang pada satu sisi terdapat kaca besar agar seseorang yang berada di luar ruangan dapat melihat jalannya pembedahan. Wanita itu mengenakan mantel bedah berwarna biru dengan celana bawahan dengan warna senada, sepasang sarung tangan karet berwarna putih, penutup rambut, masker, serta kacamata pelindung. Mayat pucat itu berada di atas brankar, tepat di depannya—terlihat seperti bukan manusia dan lebih menyerupai patung manekin yang biasanya digunakan sebagai display pakaian.

Ada empat orang yang sedang bertugas kali ini. Tiga orang untuk membedah dan meneliti mayat, dan satu orang mencatat apa saja yang ditemukan dan diucapkan oleh dokter forensik untuk dimasukkan ke dalam laporan. Yang nantinya akan dipresentasikan oleh penyidik di hadapan petinggi kepolisian—laporan pertanggungjawaban.

Rebecca adalah salah satu dari beberapa orang yang memantau jalannya operasi bedah mayat. Di sampingnya ada dua orang rekan kerja yang menggantikannya mengamankan TKP—yang pertama, laki-laki berperawakan tinggi dan rambut klimis rapi adalah Asavarid Pinitkanjanapun atau Heng. Ia adalah senior Rebecca yang baru-baru ini diberikan surat perintah untuk membantu tim investigasi Rebecca dalam menjalankan tugas. Mereka beranggapan bahwa bantuan penyidik senior seperti Heng dapat membantu Rebecca mencari jejak pelaku.

Well, memang Heng adalah anggota polisi yang berkarir 7 tahun lebih lama darinya. Tapi bukan berarti ia lebih berbakat atau lebih berprestasi darinya. Saat melakukan tugas lapangan atau investigasi dalam kantor, Heng seringkali membuat beberapa kesalahan yang membuat Rebecca sakit kepala. Seperti tidak memakai sarung tangan saat menyelidiki TKP atau mengemudi dengan kecepatan melebihi batas aman.

Kemudian ada Wichai Saefant. Orang-orang lebih suka menyebutnya dengan Seng karena aksen dan fitur wajahnya yang menyerupai keturunan Chinese. Seng adalah anggota divisi kriminal yang mengurusi kejahatan-kejahatan ringan seperti pencurian dan perampokan. Ia memiliki koneksi baik dengan divisi keamanan lalu lintas sehingga Heng dan Rebecca bisa dengan mudah melepaskan diri dari surat tilang. Hanya perlu satu langkah untuk menghubungi Seng, berikan foto surat tilang padanya, dan keesokan hari kendaraanmu akan aman dan bisa dibawa ke mana-mana.

Straight To HellTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang