Chapter 12: That Makes Two Of Us

793 92 42
                                    

"Apa yang—argh—apa yang kau pikirkan? Bukankah aku sudah memberitahumu untuk tidak bertindak gegabah? Lihat dirimu sendiri! Apa yang mereka lakukan pada lehermu? Kau beruntung senjata tajam yang mereka pakai tidak sampai memotong batang tenggorokanmu!"

Suara keras yang memekakkan telinga itu masih tidak berhenti meskipun dokter sudah meninggalkannya dengan belasan jahitan dari operasi kecil yang dilakukan untuk menutup pendarahan dari luka sayatan di lehernya. Freen berjalan mondar-mandir di depannya, tampak jelas raut kekhawatiran tergampar pada wajahnya yang rupawan. Wanita itu terlihat gelisah dan marah di waktu yang bersamaan.

Ia sempat diminta oleh perawat yang berjaga di unit gawat darurat untuk tetap tenang dan menurunkan suaranya sejak Becca dibawa masuk untuk pertama kali. Tapi sampai operasi kecil itu berakhir Freen masih saja tidak bisa menutup mulut dan malah menjadi semakin berisik. Jujur saja, rasanya Becca ingin melempar kepala Freen dengan sepatu kets yang ia pakai. Tapi di sisi lain ia juga tidak mau seniornya itu justru memerintahkannya untuk melakukan dua ratus push-up.

"Kenapa kau begitu berlebihan? Aku baik-baik saja, sudahlah." Menghembuskan napas karena jengah dengan keributan kecil yang dibuat oleh wanita bermarga Chankimha itu, Becca akhirnya mencoba berbicara untuk membuatnya sedikit lebih waras.

Mendengar ucapan Becca, Freen sontak menghentikan langkahnya dan menatap Becca dengan sorot mata tajam seakan ia sedang bersiap untuk menerkam wanita itu seperti seekor binatang buas. Ia berjalan mendekat, dan meletakkan tangan kiri di atas bed sebagai tumpuan agar ia dapat mendekatkan wajahnya pada Becca. "Baik-baik saja katamu? Aku—Aku melihatmu hampir mati di pangkuanku! Kau tidak tahu ya jika jantungku hampir saja lepas saat kau mengeluarkan suara seperti hewan yang disembelih? Kupikir kau tidak akan selamat karena itu, dasar brengsek."

Becca memalingkan wajah dan menghembuskan napas pelan. Responnya yang tampak tidak peduli itu juga membuat Freen kesal—sepertinya—karena wanita berambut panjang itu langsung menjauh beberapa meter dari Becca untuk duduk di kursi dekat dinding dan memilih menatap layar ponsel dengan kedua alis menukik tajam.

Wanita yang lebih muda perlahan meraba bekas jahitan yang sudah dibalut oleh kain perban di lehernya. Permukaan kasar dari lilitan kain itu menyentuh ujung jari, seketika membuat Becca mengulum bibirnya sendiri. Bagaimanapun juga, ia bersyukur serangan itu tidak menyebabkan luka serius. Ia memang sempat kesulitan berbicara begitu serangan terjadi. Tapi Dokter mengatakan itu hanyalah akibat dari shock yang ia rasakan begitu melihat darah yang mengalir keluar dari leher. Otaknya bereaksi berlebihan dan membuat alat geraknya menjadi sulit dikendalikan.

Memang wajar sih jika Freen sampai ketakutan seperti itu. Becca memang tidak begitu ingat bagaimana detailnya karena kesadarannya sedang berada di ambang batas ketika ia menyadari ada darah yang mengalir keluar dari lehernya. Tapi ia bisa mengingat bagaimana wajah tegang Freen ketika ia membantu petugas medis untuk memasukkannya ke dalam mobil ambulans. Wajah wanita itu pucat pasi seperti sedang terkena penyakit serius—dalam kasus ini, mungkin saja ia hampir terserang serangan jantung.

"Fuck," Freen menyumpah. Ia menarik napas panjang, kemudian menghembuskannya perlahan-lahan. "Sebenarnya apa yang kau lakukan? Seharusnya kau berada di rumah dan menghubungi keluargamu!"

Si Armstrong muda refleks membawa jari-jarinya ke kepala, mengusak rambut-rambutnya ke belakang dengan gerakan cepat dan agak kasar. Ia berdecih, kemudian menurunkan satu kakinya dari brankar dan berdiri tegak dengan kedua kakinya. Dicengkeramnya lengan atas Freen dan sedikit menarik lengan yang tampak kokoh itu untuk mengikutinya. "Kita tidak bisa bicara di sini. Ayo pergi ke tempat lain—eh, di mana mobilku? Sial, aku meninggalkannya di tempat parkir apotek?"

"Hei, hei, hei! Kau tidak bisa pergi, Sersan!" wanita itu berusaha melepaskan cengkeraman Becca. Ia memang berhasil, tapi tidak terlalu lama karena Becca segera menggunakan tangannya yang lain untuk menggenggam pergelangan tangan Freen dan semakin menarik wanita itu. Tentu saja ia tidak terima—hei, ingat! Tangannya sedang terluka!—sehingga ia terpaksa mencengkeram bahu Becca dan memaksa wanita itu untuk berhadap-hadapan dengannya. "Katakan apa yang kau lakukan di sana, dan aku akan membuat dokter mau membiarkanmu keluar dari rumah sakit malam ini. Katakan padaku, semuanya."

Straight To HellTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang