6) Kejujuran

23 1 0
                                    

AKU terus diam sembari menunggu Senja kembali, tidak berani menjawab pertanyaan Chandra. Tentu saja aku merasa malu jika harus berterus terang padanya.

"Zia, Senja kembali!" seru Chandra.

"Seru?" ketus Senja.

Chandra tertawa. "Sangat!"

"Lanjutkan!"

"Kamu saja yang mengobrol, aku mau pulang. Mau membantu ibu membersihkan tempat tidurku!"

Aku terkekeh mendengarnya.

"Iya, lebih baik kamu pulang," balas Senja.

Chandra terkekeh. "Jangan rindu! Dilan bilang rindu itu berat."

"Terserahlah!"

Chandra tertawa, begitupun aku. Kalian harus tahu, menggoda Senja begitu menyenangkan!

"Membicarakan apa tadi?" tanya Senja.

"Hm, tidak banyak."

"Senang bisa mengobrol dengan Chandra?"

Aku terkekeh. "Lebih senang jika mengobrol denganmu."

"Bohong," bantah Senja.

"Aku serius. Kamu kenapa, Senja?"

"Tidak apa-apa."

"Aku tahu kamu bohong."

"Zia, kamu lebih memilih aku atau Chandra?" tanya Senja tiba-tiba.

Aku kehilangan kendali atas diriku, aku tertawa terbahak-bahak mendengarnya.

"Zia jangan tertawa! Aku serius!" omelnya.

Aku berusaha menghentikan tawaku. "Senja, pertanyaan apa itu?" tanyaku sembari terus terkekeh.

"Aku hanya ingin jawaban, bukan pertanyaan kembali."

Aku tersenyum. "Baiklah, jadi kamu memintaku memilih antara kamu dan Chandra?"

"Iya."

"Aku memilihmu."

"Siapa yang kamu sukai? Aku atau Chandra?"

Aku terdiam. Kali ini aku tidak bisa tertawa. Aku terjebak! Bagaimana bisa Senja dengan mudah bertanya hal seperti itu?

Kalau aku jujur, apakah ini berarti aku yang mengungkapkan perasaanku lebih dulu?

Apakah itu wajar?

"Zia?" panggil Senja.

"Iya?"

"Kamu belum menjawab pertanyaanku."

"Ah i-iya. Bisakah pertanyaannya diganti?"

"Tidak bisa. Hal yang ingin ku ketahui darimu hanya ini."

Aku menghela nafas pasrah. "Senja dengar ini baik-baik, aku tidak akan mengulangi ucapanku."

"Baiklah, Zia."

"Aku menyukaimu."

Hening sesaat.

"Baguslah. Chandra selamat tinggal! Zia menyukaiku!" serunya senang.

Aku tersenyum. Bagaimana bisa lelaki ini begitu menggemaskan?

"Lalu, bagaimana denganmu?"

"Apa?"

"Perasaanmu."

"Perasaanku padamu?"

Aku mengangguk meski ku tahu Senja tidak bisa melihatnya. "Iya."

"Aku juga menyukaimu, Zia."

DIA SENJAKUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang