W 7 | Si paling bestie

23 7 0
                                    

Spill, Ayara

•••••

Ke tumpahan secangkir jus alpukat, terpeleset di tangga, jatuh dari kursi dan tidak sengaja menabrak guru killer adalah sebuah harapan jelek Aruna untuk gadis berhoodie hitam dengan senyum mengembang di sebelahnya.

Tidak ada senyum-senyumnya, Aruna bahkan hanya sekilas menatap siluet gadis itu dari ekor mata. Aruna berjalan cepat, kakinya mematri ke arah garasi sebelum dia berhenti karena seseorang.

"Plis, gue takut kalo lo yang bawa mobil. Kita pake supir aja, ya?"

Aruna sedikit mengangkat tas yang tersampir di bahunya. "Kalo lo takut, gak usah barengan gue gapapa."

Gadis itu tersenyum canggung. "Tapi, kita harus barengan."

Aruna menolehkan kepalanya dengan malas. Alis tertarik sebelah menatap gadis di hadapannya. Membawa tas ransel yang hampir mirip seperti miliknya. Anting-anting berbentuk hati tertangkap oleh mata Aruna.

Kepala Aruna kembali menghadap kedepan. "Ck, yaudah naik."

Aruna melanjutkan langkahnya ke garasi. Tangannya menarik handle pintu belakang. Masuk, kemudian duduk di sana.

Pintu mobil sebelahnya juga terbuka sedetik setelah Aruna masuk. Duduk bersebelahan dengan gadis berhoodie hitam ini adalah salah satu hal yang paling Aruna tidak suka. Aruna membuka tas, mengambil earphone bluetooth dan memasangnya ke telinga.

"Ru, gue denger Kata tanding juga, ya? Jadi anggota juga?" Sebuah percakapan di mulai oleh gadis di samping Aruna.

Belum terputar sempurna earphone yang menyumbat telinga Aruna, dirinya memutar bola mata. Aruna masih bisa mendengar kalimat yang di ucapkan gadis di sebelahnya.

"Iya."

"Ru—," kalimat Ayara terjeda.

"Dia gantiin small forward, 'kan?" Ayara berharap Aruna menjawab lebih panjnag dari sekadar 'iya'.

Aruna memotong. "Bentar deh, Ra. Gue lagi sibuk, nanti aja ngobrolnya."

Emang lebih panjang, tapi, bukan ini yang ia maksud...

Aruna memang tidak suka diajak ngobrol ketika di dalam mobil. Menurut Aruna, di dalam mobil itu harus diam, diam dan diam. Mengobrol akan sesuatu yang tidak berguna benar-benar membuat dirinya mual.

"Sibuk apaan? Dari tadi melamun," batin Ayara.

Ayara—gadis itu, gadis yang duduk di sebelah Aruna mengangguk. Tangannya bergerak mengambil sebuah gadget dan mengaktifkan layarnya.

"Oke, Ru."

Melakukan apa saja di gadget agar perjalanan tidak terasa bosan.

.


Selama di perjalanan memang tidak ada percakapan lagi antara Aruna dan Ayara. Aruna malas mengeluarkan energi untuk mengobrol apalagi di dalam mobil dan ada sopir di sana. Bisa saja pak sopir itu menguping pembicaraan mereka.

Kedua gadis itu turun dari mobil. Ayara menunggu Aruna di sisi depan mobil mereka untuk berjalan bersama. Ayara memakai Hoodie hitam dengan celana denim pendek beserta sepatu kets yang membalut kaki. Sedangkan Aruna memakai kaus putih polos, jaket hitam dan celana denim pendek.

"Duluan aja." Aruna berdiri di ambang pintu stadion. Membuka layar handphone untuk menelpon seseorang.

Tutr tutt tutt

waktu Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang