W 12 | Hendrik Wijadrino

17 2 5
                                    

Hendrik Wijadrino

••••••

Di ruangan yang besar ini terdapat seorang gadis berjalan dengan santai kemudian duduk di atas kasur ber-sprei biru muda. Tangannya mengotak-atik handphone yang tergeletak di atas kasur, mencari kontak dengan nama 'Handrik wijadrino' dengan gesit.

Di luar dugaan Aruna, tidak terdapat nomor yang ia cari di ponsel itu. Tidak ada nama Hendrik atau sekadar panggilan 'Papa'. Tidak. Aruna tidak menemukannya.

Segera mungkin Aruna menghapus riwayat pencaharian dan mengembalikan handphone ke posisi awal. Atas kasur. Sebelah kiri atau kanan?

Aruna frustasi, setelah masuk ke ruangan ini-kamar Ayara-harapan Aruna bukanlah kegagalan, dan mengingat letak posisi awal ponsel, Aruna tidak kepikiran.

"Fuck!"

Aruna memaki pelan sebelum dirinya kembali menatap setiap sisi ruangan yang sama seperti miliknya ini, matanya menyusuri piguea-pigura foto di atas buffett dengan ukuran sedang menempel di dinding, beberapa buku berhamburan di lantai depan kasur, gorden berwarna putih gading, sebuah meja belajar dan satu yang menonjol dari semuanya yang tampak minimalis... lampu gantung kristal di tengah-tengah ruangan.

Aruna tersenyum canggung ketika Ayara-sang pemilik ruangan keluar dari dalam kamar mandi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aruna tersenyum canggung ketika Ayara-sang pemilik ruangan keluar dari dalam kamar mandi. Gadis itu mengenakan gaun peach dengan rambut hitam tergerai dan mahkota dengan satu kristal menempelnya.

"Papa nungguin di bawah." Aruna memaksa tenggorokannya untuk mengeluarkan suara.

Mata Ayara melirik ke sebelah Aruna, tepat lurus dimana ponselnya tergeletak.

"Em, oke. Ayo turun," ucap Ayara. Tangan gadis itu mengambil ponsel dan memasukkannya ke dalam tas.

"Bisa aja lo bukak hp gue, Ru," ucapnya enteng.

Terkejut, Aruna langsung menoleh menatap Ayara dalam diam.

"...kan hp gue gak di kunci," lanjutnya. Gadis itu menyelipkan beberapa helai rambutnya ke telinga.

Sadar di tatap sang Kakak, Ayara menoleh menatap Aruna pula. Dengan senyum yang masih terdapat di wajahnya, Ayara ingin menyuarakan pendapatnya tentang ucapannya barusan.

"Itu jokes, gue bercanda, kode itu yang artinya lo bisa buka hp gue kapanpun, gue gak masalah," jelas Ayara.

"Hm."

Sudah pasti tidak di tanggapi Aruna, gadis itu hanya berdeham saja. Gadis itu melengos dan berjalan duluan kebawah, tidak membiarkan Ayara berada di sampingnya lagi dnegan langkah lebar tanpa berhenti.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 03 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

waktu Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang