【 O4 】

228 42 0
                                    

Walau terkejut (Name) masih bisa bereaksi normal ketika saatnya benar-benar di hadapkan oleh Rin yang terkenal sangat tidak ramah di sekolah.

Saat mulai membuka suara (Name) benar-benar tak terpikir kemungkinan kalau yang terdapat di sana adalah seorang Itoshi Rin.

Apa hanya perasaan yang dimilikinya? tapi sesaat, (Name) merasa bukan hanya dia yang terkejut ketika kontak mata terjalin antar keduanya.

Rin juga nampak terkejut melihat bahwa (Name) yang berdiri di sana.

Tapi tak mau banyak berfikir lebih dulu, saat ini (Name) hanya ingin menghadapi Rin murni karena kesalahan yang dia buat karena sudah mengenai dirinya menggunakan bola sepak miliknya.

"Ah Itoshi, kamu Itoshi Rin kan?" Sedikit berbasa-basi, padahal tak perlu ditanya, (Name) sudah tau apa jawaban dari pertanyaan yang tak penting untuk dijawab.

Tak ada jawaban dari sang lawan bicara, bahkan sepoi angin di sana tak membiarkan suasana yang (Name) dapati bisa sedikit tenang.

"Maaf ya, tapi harus kukatakan kalau bola yang kau mainkan itu baru saja kena tepat di kepalaku saat aku sedang menikmati sore tenang yang aku dapatkan dengan susah payah."

Mungkin baru kali ini (Name) berbicara dengan orang yang belum dekat dengan dirinya sepanjang dan sedalam ini. Entah apa yang membuat (Name) ingin terus membuka lisannya di hadapan Rin saat ini.

Senyap untuk sementara, baik (Name) yang sudah kehabisan kata juga Rin yang sama sekali tak bereaksi kala menyadari keberadaan (Name) di sana.

...

...

"Apa bola ini benar-benar mengenai kepalamu? kalau begitu aku minta maaf." Itoshi Rin bersuara, membuat (Name) yang hampir mati dalam suasana kembali dihidupkan oleh sepatah kata dari lawan bicara.

"Y-ya tadi bolanya memang sempat mengenai kepalaku, tapi sudah tak apa kurasa."

Respon Rin di luar dugaan. Bukan nada ketus atau aura menyeramkan yang ditampakkan, tapi sebuah kata 'maaf' tercantum dikalimatnya.

Apa ini sisi lain dari seorang Itoshi Rin yang belum pernah (Name) lihat? kalau begitu dia bisa memasukkan ini ke dalam catatan yang selama ini menemani kegiatannya juga belakangan ini.

"Apa benar tak ada bagian yang masih terasa sakit?" Rin berjalan mendekat sambil berucap.

"Sebenarnya bagian samping kepalaku masih sedikit sakit, tapi akan repot sepertinya kalau aku mengatakannya."

"Uhm. Tak ada kok, tenang saja." Menyembunyikan fakta yang ia ketahui kebenarannya. Sepertinya (Name) masih tak ingin menjadi orang yang kerepotan seperti biasa.

"Apa tak ada yang bisa kulakukan sebagai permintaan maaf yang berbentuk tindakan?"

(Name) dilanda kebingungan sekarang, apa benar ini Itoshi Rin yang dikenalnya selama ini? walau tak dekat, (Name) tahu betul apa yang sudah menjadi kebiasaan Rin jika dia berhadapan dengan orang lain.

Tak mungkin dia akan bersifat lembut seperti ini, pasti ada yang salah dengannya hari ini.

"Apa keberadaan Itoshi Rin yang ini benar-benar ada!?" Terlihat tenang dari luar, sebenarnya (Name) sudah menjerit dalam hati terdalamnya tentang Itoshi Rin yang aneh detik ini.

"Ah, sepertinya.."

(Name) masih ragu harus menjawab apa, bagaimana dan harus apa dia sekarang. Di hadapannya, kini berdiri Rin yang sudah menjadi targetnya belum lama ini. Haruskah dia mulai menyerang titik buta yang terlihat jelas sekarang juga?

"Kalau begitu tolong ajari aku cara bermain sepak bola!"

Dia memutuskan mulai menyerang lebih dulu ternyata.

𝐋𝐎𝐕𝐄 𝐏𝐋𝐀𝐍 ー⌗RinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang