【 O6 】

192 39 0
                                    

"(Name), bagaimana dengan proses rencananya belakangan ini?" Suara khas Meguru terdengar dari balik tubuh (Name), dia dengan sigap membuat pertahanan seolah Meguru adalah sebuah ancaman.

"Tak bisakah kau mengetuk pintuku terlebih dahulu sebelum masuk?" Pinta (Name) dengan tenang, walau sebenarnya dia sempat terkejut diawal.

"Hei! aku sudah mengetuk pintumu tiga kali! tapi kau sama sekali tak merespon, jadi aku langsung masuk saja."

(Name) memasang wajah tak percaya, bagaimana indera pendengarnya tak menyadari ada yang mengetuk pintu kamarnya tadi?

"Apa yang kau lihat di ponselmu sampai kau sangat fokus begitu?"

(Name) menoleh ke arah benda pipih yang ada di genggamannya, kemudian berfikir memberi jeda untuk Meguru berbicara.

Apa eksistensi Itoshi Rin yang membuatnya merasa seperti ini?

Karena (Name) sama sekali tak menyangka, dia dan Rin akan bertukar nomor ponsel, mengobrol, bahkan berlatih bola bersama seperti teman pada umumnya.

Mana Itoshi Rin yang ia percaya akan sulit untuk ditaklukan?

Hanya dalam satu momen, (Name) bagai sudah mendapat segalanya. Menyadari usaha konyol yang dilakukannya selama ini sia-sia dan tak bermakna.

"Sampai kapan kau akan melamun dengan menatap layar ponselmu?" Meguru angkat bicara, buat buyar saudarinya yang sempat jatuh pada pikiran dalamnya.

"Meguru," Langsung memanggil nama ketika kesadarannya kembali, membuat yang dipanggil memasang wajah heran juga penasaran.

"Um, ada apa?"

"Aku rasa rencana ini akan berjalan lebih lancar dari yang kukira."


ˋ°•*⁀➷

Hari-harinya berjalan seperti biasa. (Name) pergi ke sekolah, mengobrol dengan temannya, mendengarkan guru-guru menjelaskan dengan seksama.

Tapi untuk kejadian sore hari kemarin, dia hanya akan menyimpan untuk dirinya.

Mungkin hanya akan terjadi kehebohan kecil jikalau ada yang tau bahwa Rin dan dirinya sempat bermain bola bersama di lapangan sekolah, tapi (Name) memilih tak terjebak dalam situasi merepotkan seperti itu.

Ya, lebih baik begitu.

Bugh!

Pikiran (Name) saat ini bahkan mampu membuatnya tak fokus untuk berjalan dengan benar.

"Ah, maafkan aku—!"

Apa ini kejutan lain baginya?

Secepat ini semesta pertemukan dirinya dengan Itoshi Rin.

Walau faktanya mereka satu sekolah, (Name) lebih memilih tak bertemu atau bersitatap dengan wajah lelaki ini.

"Halo, Itoshi..?" (Name) bergumam dengan canggung, masih terbayang dengan momen di mana dia dan Rin bermain bola bersama.

Sedang Rin masih terpaku menatap keberadaan (Name) di sana.

Ya ampun apa lelaki ini memiliki kebiasaan melihat lawan bicaranya lamat-lamat seperti ini?

Bahkan kemarin dia juga melakukan hal yang sama saat pertama kali melihat (Name) berdiri di lapangan.

"Apa kau mau pergi ke kantin sekarang?" Rin dengan tiba-tiba membuka suara.

"Eh? Yaaa, aku sebenarnya berniat pergi ke kantin." (Name) menjawab dengan suara yang sedikit ragu, terheran kenapa Rin harus menanyakan hal seperti itu padanya.

"Boleh kita pergi bersama ke kantin?"

Lagi, lagi.

(Name) dibuat bungkam, oleh keadaan, oleh seseorang yang tak disangka akan membuat pernyataan demikian.

"Apa ini benar Itoshi Rin?"

Pada akhirnya (Name) hanya bisa menyetujui tawaran dari Rin dan duduk berhadapan di meja kantin dengan makanan yang menghiasi di sana.

Suasana cenderung asing, canggung. Mungkin karena ini kali pertama (Name) diajak makan berdua oleh laki-laki selain Meguru.

Keduanya mendominasi keadaan dengan mengunyah makanan yang sebelumnya telah mereka pesan, (Name) bersyukur karena suasana ricuh khas tempat itu membuatnya sedikit terselamatkan dari keadaan mati suasana.

Sebenarnya dari awal kenapa dia bisa terjebak di suasana yang tak mengenakkan seperti ini!?

"(Name),"

"Ehm? kenapa?"

"Apa kau mau latihan lagi setelah pulang sekolah nanti?"

𝐋𝐎𝐕𝐄 𝐏𝐋𝐀𝐍 ー⌗RinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang