20: Perasaan Karina

7 2 0
                                    

7 Hari berlalu, dimana kini Jordi sudah kembali menjalani hidupnya seperti biasa. Pun dengan pak Heri yang kembali ke kota setelah mendengar juragannya keluar penjara.

Rio seakan semakin di sayang oleh si tuan, namun seakan kehilangan bulan di langit malam. Tak ada lagi Iraga di rumah ini, sunyi. Ia benar benar merasakan perubahan itu setelah kembali ke rumahnya.

Iraga menjauhinya, bahkan tak menemuinya sama sekali pun untuk sekedar menjemputnya. Jordi menelponnya, tapi tak pernah di angkat. Menemui ke apartemen nya tapi Iraga tak pernah mau membuka pintu untuknya. Sulit rasanya hanya untuk sekedar bertemu anak sendiri.

"Pak, pulang nanti usahakan jangan telat menjemput ya? Saya mau mampir ke apartemen Raga".

"Baik, tuan". Pak Heri duduk bersebelahan dengan Rio, Jordi memilih duduk di jok belakang sendirian.

"Tuan, tapi nanti ada pertemuan dengan investor baru". Ujar Rio mengingatkan, sebelum penyesalan datang untuk Jordi. Dan, gajinya di potong karena lalai.

"Kalau begitu, nanti malam saja kita ke apart".

Keduanya mengangguk mengiyakan, Heri merasa aneh dengan suasana ini. Setidaknya untuk sarapan Jordi dan Iraga akan duduk bersama di meja makan, dengan makanan delivery.

Tapi sekarang? Bahkan Iraga yang sering kali menanyakan hal tak penting pada Papanya, tak lagi banyak bicara. Terkesan lebih dingin dan datar. Ia merindukan suasana keluarga Majordi yang seperti biasa. Meski tak seperti dulu, yang bersinar karena ada Luna di antara mereka.

Setidaknya, ada Iraga yang menjadi sosok pusat perhatian Jordi. Dengan cara berbeda dalam mengemukakannya.

•••

Di kelasnya, Iraga masih diam memikirkan sesuatu yang entah mengapa akhir akhir ini membuat pikirannya kacau. Belajar tidak fokus, makan tak berselera, mandi teringat dia, hampir semuanya tentang dia. Gadis manja yang membuatnya kebingungan tanpa alasan nyata.

Dulu Sheila begitu manis kepadanya, gadis itu selalu ceria di dekatnya. Tapi sekarang, Sheila yang selalu berujar suka kini tak pernah terdengar lagi mengucapkannya. Bahkan yang dulu sering menemuinya, sekarang hampir tak pernah ada waktu berdua.

'Anggap aja botol ini bentuk perhatian aku buat kamu'.

'Tau kok, yang pentingkan aku suka kamu'.

'lain kali jangan berantem, kan jadi lecet mukanya. Kamu gak takut apa aku gak suka kamu lagi?'.

'Gimana ya? Namanya juga orang suka, mau kamu gak peduli ataupun berdiri di ujung Monas juga pasti aku usahain buat dapati kamu'.

Itu dulu, sekarang? Semua berbeda. Sheila gadis yang selalu mengikutinya kini tak lagi sama. Gadis yang selalu mendapat penolakan darinya, kini benar benar menjauhinya. Ia ingin marah, tapi ada hak apa untuk itu? Dia bukan pacarnya, bahkan untuk sekedar teman Iraga tak ingin menjalinnya. Katakanlah sekarang dirinya terperangkap di ruangan yang sudah Sheila buat.

Gerry
Sheila di kolam belakang

Melihat pesan masuk dari Gerry, Iraga segera melangkah menuju tempat gadis itu berada. Gerry sudah menyarankan, agar Iraga menemui Sheila. Katanya, agar Iraga tak lagi mengusiknya dengan keadaan gelisah, galau merana. Iraga mengaku rindu pada gadis itu, jelas Gerry muak ingin mual mendengarnya.

Kakinya membawa ke arah kolam, dimana tak banyak orang. Disana terlihat Sheila yang tengah beradu mulut dengan Karina. Ada Rere juga yang berdiri di samping Karina menatap mereka berdua terlihat enggan melerai.

She-Raga[END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang