26: Kecemburuan

12 3 0
                                    

Dua hari berturut-turut, Sheila tak sedikitpun meliriknya. Bahkan jika biasanya gadis itu akan datang memberinya makan, kini berbeda. Semuanya berbeda. Bahkan ia rela tidak sarapan pagi ini, sengaja. Ia masih berharap Sheila datang dengan kotak bekal kuningnya, bahkan kini ia sengaja membawa botol pemberian gadis itu tahun lalu. Sebelum semua serumit ini.

"Sheila! Tunggu!".

Gadis yang kini berjala bersama Yudha itu, malah menarik pergelangan tangan Yudha untuk pergi, sebelum benteng pertahanannya hancur.

"La! Berhenti sebentar!"

Iraga mencegah pergelangan tangan Sheila, disaat gadis itu menoleh padanya, Yudha melepas cekalan gadis itu. Ia mengangguk, mencoba memberi keyakinan untuk Sheila agar gadis itu berbicara empat mata. Mungkin ini saatnya, ia melepas perasaan untuk membuat semuanya jauh dari kata rumit. Toh, hatinya sudah cukup hancur mendengar semua cerita Sheila padanya.

"Raga!". Senyum Karina yang sempat mengembang, kini menampakkan raut datar. Gadis itu tak sendirian, ada Rere di belakangnya.

"Na..". Lirih Sheila dengan mata sendu.

Karina mendekat, Rere masih diam memantau. Pandangan Rere tak lepas dari tatapan tajam Yudha.

"Pulang nanti ada kumpul-kumpul, anak basket semua nunggu di WBS. Jangan lupa". Ujar Karina kemudian hendak berbalik badan.

Menghempas tangan Iraga, Sheila lebih memilih mengejar Karina. Gadis itu mencekal tangan Karina sangat erat, takut kehilangan untuk kedua kalinya.

"Na, Lo masih marah sama gue?". Tanya Sheila dengan tenggorokan yang kian mengering.

"Jangan ganggu gue".

Sheila menatap pedih, ia lirik keberadaan Rere yang terlihat tersenyum pongah di sana. Gadis itu melipat tangan  seolah tak ada apapun yang terjadi.

"Na, Lo kenapa sih? Ini cuma masalah sepele, gue juga udah berusaha jauh dari Raga. Gue harus gimana biar kita tetap sama-sama?".

Hati Karina tertohok mendengarnya, hatinya pilu. Jadi... Sheila benar benar menjauhi Iraga demi pertemanan mereka? Jika iya, kenapa hati Karina merasa bersalah. Ia seakan menjadi penghalang perasaan Sheila dan Iraga, peran antagonis sepertinya cocok untuknya.

Tapi disatu sisi ia masih tak rela jika harus melepas perasaannya, sekalipun itu demi Sheila. Berat nyatanya.

"Gak perlu, Shei. Pertemanan kita cukup di sini aja, gak ada yang perlu di perbaiki. Toh dari awal sebenarnya emang udah hancur kan?". Ujar Karina perlahan melepas cekalan Sheila yang melemah.

Karina berjalan menjauh, hingga langkah gadis itu terhenti. Hatinya kembali di iris karena Sheila.

"Apa karena ada Rere?".

•••

Ummu dan Gianna berjalan melewati lorong belakang sekolah, yang dimana dibatasi pagar tinggi antara lorong dan halaman belakang sekolah.

Mendengar perdebatan antara dua orang, Gianna segera menarik Ummu untuk bersembunyi di balik pilar.

"Kenapa sih?". Tanya Ummu yang merasa kaget karena tiba-tiba tangannya di tarik.

"Hussstt... Dengerin".

Ummu menurut, entahlah ia mendadak jadi bloon di saat seperti ini. Mungkin karena situasinya berbeda.

"Aku minta kita balikan". Ujar Rere menatap Gerry penuh kekangan.

"Lo cuma mau ngomongin ini?". Gerry mulai muak dengan semua drama yang di buat Rere. Gadis itu berusaha terlihat paling tersakiti untuk membuat dirinya berada di puncak. Salah jika Gerry bersikap begini?

"Cuma? Kamu sepelein hubungan kita? Jadi, selama ini gak ada artinya buat kamu?". Rere kesal, tangan yang sempat terlipat di depan dada. Kini berganti saling mengepal di sisi badan.

"Aku udah cukup kecewa sama kamu, lihat sikap kamu aku ilfeel tau gak?!". Gerry mulai terbawa emosi.

"Cinta gak mandang kekurangan, Ger! Jangan cuma karena aku kasar sama Karina, kamu jadi kayak gini! Oh... Atau jangan-jangan kamu suka sama dia, iya?!". Air mata Rere perlahan merembes keluar, apa selama ini perjuangan cintanya yang tulus untuk Gerry sia-sia?

"Dalam cinta juga gak ada kata pengkhianat. Mana ada orang yang masih saling mencintai, tapi lebih milih tunangan sama orang lain?!".

Deg!

"Aku udah cukup kecewa dengar semuanya, kenapa kamu berubah? Dulu kamu gak begini, Re".

Gerry hendak pergi meninggalkan Rere yang masih dalam rasa pilunya. Gadis itu menangis mengusap ingusnya kasar.

"GUE BENCI SAMA LO, GER! GUE BENCIII!".

Gerry pergi, muak meladeni drama yang Rere buat. Sudah cukup ia berlarut-larut memikirkan hubungannya dengan gadis itu. Dan sekarang malah Rere yang menghancurkan semuanya.

"Kalian ngapain?".

"Astaghfirullah haladzim". Lirih Ummu mengusap dadanya.

Kehadiran Kevin sempat mengejutkan mereka, tiba-tiba saja muncul.

"Lo apaan sih, ganggu aja!". Kesal Gianna menarik tangan Ummu untuk pergi, meninggalkan Kevin yang kini jantungnya berdebar mendapat senyum manis dari Ummu.

Bahkan gadis itu sempat melambaikan tangannya, dan berujar 'maaf, Gianna lagi dapet soalnya'.

"Subhanallah... Manisnya"

•••

Pulang hari ini, Sheila bersama Yudha menaiki motor Vespa nya. Tak sengaja ia melihat, Iraga tengah berhenti di tepi jalan. Lelaki itu membonceng Karina di belakangnya.

Sekarang pikiran Sheila bercabang, kenapa Karina tidak bersama Alan saja? Padahal Alan bawa motor sendiri kan?

Motor Yudha dan Iraga berpapasan, tak ada sapaan, bahkan Iraga terlihat begitu tak peduli padanya. Sheila sakit hati, ia sadar rasa cintanya tak semudah itu untuk di hilangkan. Buktinya, hanya dengan melihat lelaki itu semotor dengan gadis lain. Ia langsung cemburu.

"Yud, cepetan". Ujarnya di sanggupi oleh Yudha.

Alan menggeram kesal melihat ban motornya, sudah bocor tak jadi boncengan dengan Karina. Ah, sial!

"Ikhlas nih, Al?". Goda Iraga pada Alan.

Tadi, istirahat pertama. Alan baru saja jadian dengan Karina. Bukan tanpa alasan, lelaki itu membantu Karina untuk menghapus perasaannya pada Iraga. Membantu Karina untuk menerima cintanya.

Masalah pertunangannya dengan Rere? Alan masih mengikuti jalan permainan gadis itu, perlahan semua akan terbongkar kebusukannya.

"Na, di motor jangan peluk-peluk ya?".

"Dikit boleh?".

"Na..." Tegur Alan membuat tawa Iraga dan gadis itu meledak.

"Apaan sih, lagian kan aku udah janji sama kamu. Aku bakal lupain Raga, dan berusaha balas perasaan kamu". Ujar Karina membuat telinga Alan memerah, bolehkah ia egois dan merebut motor Iraga untuknya?

Seandainya Iraga mau mendorong motor besarnya, mungkin ia akan semotor dengan Karina. Tapi mana mau manusia kutub itu mendorong motor besar.

She-Raga[END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang