Lembar 6 : Ikatan

216 31 2
                                    

Hari-hari Sungchan semakin sibuk. Sepulang bekerja, dia harus ke rumah keluarga Huang untuk menjalani kursus menembaknya. Lalu di akhir pekan, dirinya harus ke safe house milik Wooyoung untuk melaporkan temuan-temuan yang didapatnya.

Sudah hampir sebulan, namun tak ada pergerakan aneh dari keluarga Huang.

Kecuali fakta baru yang Sungchan tahu jika Huang Renjun anak seorang bangsawan memilih bekerja selayaknya kalangan menengah.

Sore ini Sungchan masih berada di kediaman keluarga Huang, duduk di samping Renjun yang sedang memegang pedang. 

"Aku baru tau keluargamu punya peranan penting di kekaisaran ini, Renjun," ujar Sungchan.

"Ya. Tapi tak lama lagi."

"Tak lama lagi?"

Renjun mengangguk pelan. "Ayah meminta pencabutan hak istimewa," jelasnya.

"Kenapa mau dicabut? Bukannya semua orang menginginkan hak itu?"

Tidak. Pertanyaan itu bukanlah sebatas akting belaka. Sungchan sungguh-sungguh penasaran tentang sistem kerajaan ini. Sebab, dirinya tak pernah diijinkan sang ayah mempelajari ini semua.

"Karena aku satu-satunya pewaris Huang yang tersisa, mungkin? Lagi pula, aku omega, Sungchan."

"Apa masalahnya kalau kau omega?"

"Kau tau Sungchan, alpha keluarga besar itu tidak seperti kau. Mereka berbeda, feromon yang dikeluarkan, aura yang mereka bawa. Kalau  dekat-dekat denganmu seperti sekarang ini, aku masih bisa berbicara bahkan mengataimu. Tapi kalo dengan mereka, aku bisa sakit kepala bahkan demam tinggi setelah pertemuan."

Sungchan ingin menyela, membantah kalau kakaknya tidak punya aura sampai seperti itu. Namun diurungkan.

"Pendidikannya juga berat. Ayah bilang, calon pemimpin udah belajar berburu di usia tujuh tahun dan mulai menghadiri pertemuan di usia sepuluh. Mereka juga mendapat kelas militer dan kelas etika, disamping kelas umum."

Sungchan menengguk ludahnya mendengar penjelasan Renjun. Wooyoung tak pernah memberitahu itu semua padanya?

"Tapi aku udah nggak melalui itu lagi," tambah Renjun. "Aku pernah pingsan saat berburu. Untung ada Shotaro waktu itu."

"Berarti Shotaro sekuat itu, ya?"

"Bisa jadi dia omega terkuat kedua di kerajaan ini."

"Yang pertama?"

"Tunangan Pangeran Wooyoung."

Sungchan mengangguk pelan mendengarkannya. Semakin mengetahui banyak tentang Shotaro, semakin ingin Sungchan mengklaim sang omega sebagai matenya.

"Mau latihan lagi?"

Sungchan memperhatikan arah pandang Renjun. Manik rubah si Huang mengarah ke papan target di ujung sana.

"Iya. Sedikit lagi, lalu pulang," tambah Sungchan.

Sang alpha berdiri, mengambil salah satu pistol yang terpajang di sana. Memasukkan beberapa peluru ke dalamnya. Dia menghembuskan nafasnya, merilekskan dirinya sendiri. Lalu mulai membidik, melepas satu tembakan ke papan target.

"Argh!"

Renjun langsung berdiri mendengar pekikan kesakitan Sungchan. Mana tau alpha itu tak sengaja menembak dirinya sendiri. Namun tuan muda Huang itu malah dibuat kebingungan sebab Sungchan memegangi tangannya, dari mulai punggung tangan hingga siku, seolah-olah sesuatu baru saja menyayat bagian tubuh itu.

"Kenapa?" Tanya Renjun.

Suara Renjun menyadarkan Sungchan. Alpha muda itu melihat tangannya yang ternyata baik-baik saja. Padahal Sungchan benar-benar merasakan goresan tajam mengoyak kulitnya tadi.

MATE Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang