Salah satu aula mewah itu ramai oleh suara perbincangan. Deretan meja panjang yang bersusun dengan botol-botol alkohol yang tersaji di meja. Hampir seluruh kursi di sana terisi, kecuali satu kursi di sisi kanan Pangeran Wooyoung. Kursi yang bertanda 'Nakamoto'.
"Maaf, aku sedikit terlambat."
Seruan itu mengalihkan atensi semua orang pada Shotaro yang baru tiba. Pria yang menyandang status pewaris Nakamoto itu lantas duduk di kursinya. Kepalanya terangkat tegak, meskipun para pewaris keluarga lain menatapnya dengan pandangan remeh.
"Hari ini, kita berkumpul untuk mencari solusi atas pencabutan hak istimewa keluarga Huang," buka Wooyoung.
Seluruh pewaris yang hadir tak bereaksi banyak, hanya mendengarkan hingga calon kaisar itu berhenti bicara.
"Para tetua tak ingin Nakamoto yang mengambil-alih, ada saran?"
Seorang wanita alpha mengangkat tangannya, otomatis seluruh perhatian mengarah padanya. "Aku rasa tak ada yang bisa memegang bidang militer sebaik Nakamoto dan Huang. Hanya ada dua cara, Huang memilih bersatu dengan Nakamoto atau Huang tak mencabut hak istimewanya," ujarnya.
"Aku keberatan, Nona Song," sambar Shotaro. "Kalau kekuasaan sebesar itu diserahkan kepada satu keluarga saja, bukannya nanti akan memunculkan rumor yang tidak-tidak? Sebaiknya Huang memegang kuasanya itu selamanya." Tatapan Shotaro mengarah ke Huang Renjun yang menciut di seberang sana.
"Emang apa alasannya Huang ingin mencabut hak istimewanya?" Tanya Seorang laki-laki dari keluarga Park.
"Tuan Huang bilang dirinya tak yakin pewarisnya bisa menjalankan tanggungjawab dengan baik," sahut Wooyoung.
"Kalau begitu, tinggal cari orang yang bisa menjalankan tanggungjawab itu," usul Shotaro.
Wooyoung tersenyum manis. "Dan pewaris Nakamoto adalah orang yang dicari," timpalnya.
"Kau yakin, Pangeran Wooyoung?"
"Aku setuju dengan Pangeran Wooyoung." Suara lainnya menyahuti berasal dari keluarga Lee.
"Kami mungkin mendapat pelajaran kepemimpinan dan kelas etika, tapi hanya Huang dan Nakamoto yang mendapat pelatihan militer," ujar Jeno Lee.
"Sebenarnya, hanya Nakamoto yang mendapat pelatihan militer itu," koreksi Renjun. "Aku jatuh sakit di sesi pertama, tapi Shotaro bertahan hingga akhir."
"Dan karena kau tak mengikuti pelatihan sampah itu, bukan berarti kau bisa mangkir dari tanggungjawabmu, Huang Renjun," sarkas Shotaro.
"Tuan Nakamoto, bukannya tak sopan memakai sarung tangan di pertemuan seperti ini? Kau terlihat seperti hendak menyembunyikan sesuatu," seru pewaris Yon.
Shotaro menyeringai kecil. "Aku memang sedang menyembunyikan sesuatu, Tuan Yon" sahutnya. "Haruskah saya melepas sarung tangan ini, Pangeran Wooyoung?"
Wooyoung mengangguk sebagai respon.
Shotaro melepaskan sarung tangannya, menunjukkan lengannya yang dilapisi perban. "Aku merasa tak sopan jika menunjukkan hal ini pada kalian, jadi aku menyembunyikannya," jelas Shotaro.
"Apa ini luka karena mengambil kembali mahkota milikku?"
Shotaro mengangguk sebagai jawaban.
Tak mau perhatian mereka terdistraksi, Lee San bertanya, "Jadi, bagaimana cara yang tepat menyelesaikan masalah ini?"
"Pewaris Huang harus menemukan matenya, agar ada yang membantunya. Hanya itu," saran Jeno.
Saran Jeno tak mendapat bantahan dari pihak lainnya. Seolah mereka semua menyetujui.

KAMU SEDANG MEMBACA
MATE
FanfictionSemuanya akan sulit diterima jika menganggapnya kebetulan belaka. Tapi akan lebih mudah menerimanya jika dianggap sebagai alur yang telah ditakdirkan semesta. "Aku minta maaf karena menghabiskan banyak waktu untuk layak menjadi mate Shotaro." "Deng...