4. ketua

242 174 55
                                    

Happy reading

~~~

Pagi-pagi sekali seorang gadis sudah memarkirkan mobilnya di parkiran sekolah. Ini merupakan sesuatu hal yang langka terjadi pada seorang Keynara.

Bahkan seisi rumah pun terheran-heran saat melihat Nara sudah turun dan duduk manis di meja makan dengan senyum manisnya.

Karena biasanya jam segini Nara masih bergelung dengan selimutnya dalam kondisi mulut terbuka. Tapi lihatlah pagi ini Nara terlihat sudah berjalan menuju kelas dengan senyum yang terpatri di bibirnya. Tidak lupa Nara juga menyapa orang-orang yang dilihatnya.

Jika kalian tanya alasannya kenapa? tentu saja itu karena Nara tidak sabar ingin bertemu Anantha. Gila memang. Belum apa-apa Nara sudah bucin, kasian sekali Anantha.

"MORNING EVERYBODYY!!" teriak Nara saat memasuki kelas membuat seisi kelas menengok ke arahnya.

"Berisik lu boncel!" teriak Iwan saat tidurnya terganggu.

"Maap kawan maap. Monggo lanjutkan lagi ritualnya," ucap Nara mempersilahkan tidur Iwan yang sempat terganggu.

Nara pun berjalan ke mejanya dengan riang lagi. Ketiga sahabat Nara sudah ada di depan mejanya, terlihat jengah melihat kelakuan freak nya. Sudah terbiasa, pikir mereka.

"Tumben lu jam segini udah dateng," ucap Elvina sedikit menyindir, eh tidak sedikit tapi banyak.

"Tau. Mana sumringah banget lagi mukanya," ucap Via.

"Apa lu sakit ya, Ra," ucap Chelly. menempelkan punggung tangannya ke jidat Nara, yang langsung ditepis oleh sang empu.

"Yehh bangke. Gue kayaknya selalu salah deh di mata kalian. Dateng tepat waktu salah, telat apalagi,"

"Ya lagian lu aneh banget. Biasanya juga lu langganannya Bu Teti,"

Benar kata Chelly. Nara ini sudah menjadi pelanggan tetap Bu Teti dalam kegiatan di luar kelas. Semua hukuman telah iya coba, sampai-sampai Nara pernah mengusulkan hukuman baru pada Bu Teti karena bosan hukumannya itu-itu saja. Tidak tau saja Nara kalo Bu Teti lebih bosan melihatnya yang selalu telat.

"Ya masa gue mau gitu-gitu aja sih, kan gue juga mau berubah ke arah yang lebih baik. Gue juga kasian sama Bu Teti liat gue mulu, takutnya dia eneg lagi liat gue," jelas Nara membuat ketiga temannya memutar bola mata mereka malas.

"Ya kalo itu mah emang udah bisa dipastikan Bu Teti emang eneg liat lu,"

"Bener tuh, gaya nya aja mau berubah. Gue yakin besok lu juga bakal telat lagi," ucap Chelly membenarkan perkataan Via.

"Bukannya disemangatin kek temennya mau berubah biar ada motivasinya dikit ni gue," Nara merengut tidak terima.

"Halah, motivasi di lu kagak akan mempan yang ada mental," sarkas Elvina.

"Emang paling bener harus dapat hidayah lu mah," ucap Via.

"Dih, dasar temen biadab,"

"Tapi gapapa deh gak disemangatin sama kalian, soalnya ada ayang sebagai penyemangat baru gue," lanjut Nara sambil tersenyum-senyum.

"Mulai deh halunya,"

"Dih beneran anjir. Tapi orangnya belum dat-"

Nara menghentikan ucapannya saat sang penyemangat nya datang. Ketiga sahabatnya pun ikut melihat ke arah mata yang Nara tuju. Muka datar dan mata tajamnya tak luput dari perhatian Nara.

Anantha pun memasuki kelas dan duduk di kursinya. Anantha duduk di kursi paling belakang, yaitu kelima dekat jendela. Sedangkan Nara di kursi keempat sebelah jajaran kursi Anantha, yang dapat di pastikan mereka duduk cukup berdekatan. Anantha tidak melirik sedikit pun pada Nara yang terus memperhatikannya sedari tadi.

KEYTHATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang