-06. roti

1K 140 27
                                    

Setelah mengunjungi sebuah resto milik sang suami, tak terasa bahwa perjalanan itu memakan banyak waktu-sampai sekarang, [Name] masih sangat pegal, dirinya sampai tidur empat belas jam dalam seharian.

"[Name], yuk bangun. Udah subuh."

Tak ada jawaban, hanya masih dirinya yang tertidur lelap dengan mata terpenjam.

Gempa yang masih di sebelahnya, masih menyatu satu kasur dan selimut dengan istrinya-bedanya, lelakinya itu benar benar baru saja bangun.

Gempa menatap istrinya, yang sedang tertidur pulas. Bukan pertama kalinya ia menatap sang istri dengan begini, sambil memegang bagian pipi wajahnya ketika tertidur.

Cup.

Sebuah kecupan, lelaki itu berikan, di dahi milik sang pujaan hati. Mumpung masih belum bangun, ya Gem.

"Mhh.. Gem?"

"Ya? eh, udah bangun. Pagi~" ujarnya dengan tersenyum.

Sang gadis yang badannya masih menempel kasur dengan mata yang sedikit sipit, lalu pun tersadar dengan kehadiran suara tersebut.

Kapan gue satu kasur sama Gempa anjir? Batinnya.

Tenang, mereka beneran hanya tidur lelap semalaman, kok. Belum mulai start.

"Ini jam berapa?"

"Harusnya, sih, jam setengah limaan. Aku masih nunggu kamu bangun soalnya. Maaf ya udah bangunin kamu, mau subuh berjamaah?"

"Oh, iya. Aku kumpulin nyawa dulu."

"Haha, aku wudhu dulu, ya."

Walau [Name] masih setengah sadar, ia tetap menurut, apalagi imamnya itu Gempa yakan. Mengingat sendirinya sudah menikah dengan lelaki yang Subhanallah.

Dengan sergap, sang gadis bangun dari kasurnya untuk menuju kamar mandi. Pasutri ini ya, memang selalu bangun pagi.

Tapi, ya, siangnya-tepatnya, setelah Gempa berpamitan untuk bekerja, [Name] mendapat datang bulan secara tiba tiba. Masalahnya, sih, dirinya tidak ada persediaan pembalut saat pindah. Aduh, ceroboh juga, ya.

Mau beli sendiri, tapi dirinya tak tahu supermarket di daerah barunya. Baru juga satu harii, ada ada aja! Batinnya.

Ia segera menelpon Gempa untuk bertanya,

"Halo, [Name], kenapa?"

"Anu, Gem, supermarket di sini itu dimana, ya?"

"Kamu mau beli barang? oh, nitip aja sama aku. Kebetulan lagi di sini juga. Nanti aku anterin ke rumah."

Aduh, sebenarnya bingung ingin senang atau malu.

"Itu ... pembalut," ujarnya dengan nada kecil.

"Maaf, apa?"

"Pembalut ..."

Setelah mengatakan itu, [Name] langsung jingkrak-jingkrak di rumahnya. Maloe sekali.

"Ohh, namanya pembalut? nanti aku tanya."

"Loh, kamu nggak tau?"

"Enggak, kayaknya roti, ya?"

"—BUKAN!"

Kok jadi roti ... Lagi lagi batinnya dengan gila.

"Terus apa?"

orang dalem. ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang