-07. b'day

1.1K 148 18
                                    

"Assalamualaiku—"

"HAAAHHHH?!"

Teriakan [Name], yang mengisi ruangan tersebut-membuat sosok yang baru saja menginjakkan kaki bertanya-tanya demikian. Segera bergegas menuju asal sumber suara tersebut.

"Loh—"

Memberhentikan katanya, kini dirinya sedang melihat empat orang bersama di satu ruangan luas.

Taufan beserta istrinya—dan [Name] yang tengah mematung ketika melihat sosok Gempa datang. Yang membisiki hanya bisa menahan tawa apa yang terjadi.

Puk.

"Gaboleh itu sama istri orang, minta maaf sana."

"HAHAHAHA PFFT.. HAHAHAhaha.. i-iya, maaf haduhh, sakit perut."

Tiba-tiba sebuah pukulan dari benda ringan di pukul di kepalanya Taufan dengan istrinya, terlihat Taufan sedang terngakak-ngakak melihat tingkah laku [Name]. Sedangkan istrinya itu sibuk menasehati Taufan.

Gempa masih berdiri, tepatnya, bingung apa yang terjadi.

"Ehem?"

"HAH, BANG GEMPA? WAALAIKUMSALLAM! KAPAN DATENG?" ujar Taufan dengan teriakannya.

Panik, gak?

"Astagfirullah.. kamu berkunjung kenapa ga bilang dari jauh hari? terus, kamu apain istriku?"

"Ciah, istriku aja nih, Bang Gempa."

"Norak, kan mereka juga udah sah," sahut istrinya Taufan yang terdengar lantang.

Omong-omong, setelah Taufan menikah, istrinya ini memang rada bermulut pedas sendirinya. Mungkin karena memang udah beranjak usia, jadinya begitu. Walau kadang Taufan kewalahan.

Tetapi-setelah Gempa berkata demikian, hal yang tak di duga Taufan itu setelah melihat reaksi [Name] blush, seperti pertama kalinya.

"Tapi mereka kayak masih orang pacaran, loh! waduh, kalo gini mana bisa di biarin!"

Taufan berdiri secara tiba tiba, menarik ulur tangan sang saudaranya.

"Bang Gempa gak boleh gini, sini ikut aku!"

"Eehh—!"

Gempa yang masih belum mencerna keadaan, hanya bisa menurut apa kata saudaranya itu. Wajahnya menoleh ke belakang sambil menatap [Name] ketika di tarik paksa tangannya, ia tersenyum tipis pada [Name], seolah olah membantin, Sebentar, ya.

[Name] jadi berfikir, bahwa Gempa memang benar benar mencintainya. Bersyukur karena overthinkingnya saat ini tidak hinggap di kepalanya.

Sekarang, hanya sisa dirinya dengan si istrinya Taufan saja, Alwind juga tentunya.

"Hueeee!"

Sembari mengabaikan para lelaki, di sini ada lelaki kecil yang tiba tiba merengek.

"Loh.. Alwind mana?!"

"Astaga! aduh, kok dia nangis?"

Sosok anak kecil itu ditemukan, sekelilingnya ada benda yang sekiranya terjatuh. Mungkin itu sebab mengapa dirinya menangis.

"Astaga, kejatuhan sendok, cup cup.. sayangnya mamaa, gapapaa jangan nangis yaa."

Istrinya Taufan-segera menggendong anaknya yang tengah kesakitan sambil mengeluarkan kata kata untuk berusaha menenangkan sang anak.

[Name] yang melihatnya seorang, tiba tiba berfikir aneh. Dia berfikir, mungkin jika dirinya juga mempunyai anak, lalu ketika menangis, dirinya juga harus menenangkannya seperti itu. Ketika membayangkannya, terdengar lucu baginya.

orang dalem. ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang