Bab 2 - Masa lalu Fay ll

119 10 0
                                    

...

Zia ingin melangkah kakinya menuju kamar. Namun suara bell rumah menghentikan langkahnya.

Seorang pelayan berlari menuju pintu, dan membuka pintu.

Terlihat seorang wanita masuk kedalam rumah itu dengan ,aura kepemimpinan yang begitu melekat.

"Reva!, kamu pulang!," ucap Oma Zia

Wanita yang dipanggil Reva itu tersenyum. Ia berjalan menghampiri omanya Zia.

"Aku ada proyek didekat sini, jadi aku mau mampir bentar," ucap Reva.

"Dia siapa?" Tanya Reva. Ia menunjuk kearah Zia yang nampak terpaku menatapnya.

"Dia anak kamu," jawab Oma Zia

Reva nampak terkejut mendengar hal itu. Lalu dengan cepat ia mengubah ekspresinya.

"Aku gak bisa lama lama disini, sebentar lagi aku ada meeting, jadi aku harus pergi," ucap Reva

"Tapi kamu baru datang semenjak ngelahirin Zia, Rev!!, apa kamu gak bisa ngeluangin waktu kamh sebentar buat putri kamu!"

Reva tersenyum tipis. "Mungkin nanti."

Setelah mengatakan hal itu, Reva melenggang pergi meninggalkan tempat itu.

"Mama!" Panggil Zia lirih

Tak terasa, air matanya mengalir tanpa seizin gadis itu.

Itu pertama kalinya ia bertemu dengan Mamanya, dulu ia pernah menghayalkan pertemuan pertama itu menjadi hari paling membahagiakan baginya. Namun sebaliknya, pertemuan itu malah membuat ia menjadi gadis yang tak tersentuh, dingin, dan tidak pernah tersenyum kepada orang lain lagi.

___○°○°○___

Saat diusianya yang baru saja delapan tahun sang Papa meninggal karena kecelakaan.

Dan disaat usianya genap sembilan tahun Omanya meninggal.

Dan saat diusianya sepuluh tahun Mamahnya menikah dengan pria asal Aceh yang bernama Wildan El-Fahri.

Semenjak Oma meninggal dan Mamah menikah lagi, Zia tinggal bersama Bunda Safitri - Kakak dari Mamanya, di jogjakarta jl mawar no 04.

Sesudah lulus SD, Zia ikut bersama Aby Frlan - Adik dari Mamanya, tinggal diThailand.

Dan saat sudah lulus SMP baru ia ikut sang Mamah yang tinggal di Bogor.

___○°○°○___

Gadis yang berusia lima belas tahun itu sedang berlari menuju sang Mama yang berada diruang tamu.

"Ma!" Panggil Zia

Reva mengalihkan pandangannya dari Elmira dan Naren, ke Zia.

Elmira Revalina Putri, Narendra Ramdhan El-Fahri.

Anak dari sang Mamah dan Ayah Wildan, adik tiri Zia. El berusia lima tahun, sedangkan Naren berusia 4 tahun.

"Apa sayang?" Tanya Reva sambil tersenyum manis. Dan senyuman itu menular ke Zia. Namun senyuman itutak bertahan lama saat tiba - tiba suasana kembali menjadi tegang.

"Aku pengen nanya sesuatu." Tanya Zia

"Apa?"

"Kenapa Mamah berniat gugurin aku dar ipada pertahanin aku?" Tanya Zia

Reva terdiam untum beberaa saat, lalu wanita itu tersenyum.

"Padahal Mama gak mau cerita ini ke kamu. Tapi karena kamu udah dewasa, dan kamu juga berhak tau, jadi Mama akan cerita." Ucap Reva

"Semuanya dimulai sejak Mama, sama Papa kamu buat kesepakatan!"

"Kesepakatan?!" Tanya Zia dengan raut wajah bertanya.

"Iya. Mama sama Papa kamu pernah buat kesepakatan kalau kita gak bakal berhubungan layaknya suami istri. Tapi lama kelamaan, Mama mulai punya rasa sama Papa kamu. Tapi itu gak bertahan lama sejak Mama tau kalo Papa kamu selingkuh sama wanita lain."

"Papa selingkuh!!"

"Yaa, Papa kamu selingkuh. Mama udah mencoba buat bertahan tapi semuanya sia - sia. Papa kamu mulai berani bawa wanita lain kerumah, dan kadang Papa kamu juga ngelakuin kekerasan ke Mama. Sampai suatu malam Papa kamu mabuk dan ngelakuin hubungan suami istri sama Mama, dan beberapa minggu setelah itu, Mama hamil, dan Papa kamu maksa Mama buat gugurin janin itu."

"Jadi,,, selama ini yang mau ngegugurin janin Mama itu Papa!" Ucap Zia

Reva menggeleng. "Awalnya memang Papa kamu yang mau, tapi Mama gak setuju, sampai suatu kejadian yang bikin Mama benci sama semuanya, semua yang berhubung sama Papa kamu." Ucap Reva.

Reva meneteskan air matanya. Saat kenangan menyakitkan itu terlintas kembali dikepalanya.

"Bajingan itu jual Mama ke teman - teman bisnisnya." Ucap Reva lalu tertawa kecil.

Mendengar itu Zia dan May langsung membulat mata saat mengetahui fakta itu.

Maira Ramadhani

Anak dari Ibu Julia dan Aby Farlan, adek sepupu Zia. Gadis yang hanya berselisih satu tahun dengan Zia, lebih tua Zia.

"Ju-Jual!!" Ucap Zia

"Gila sih!!" Ucap May

Reva memandang lurus kedepannya. "Gada jalan keluar. Malam itu, Mama merasa menadi orang paling kotor." Ucap Reva

"Ma!" Panggil Zia. Gadis itu langsung memeluk Reva saat melihat wanita meneteskan air mata.

Reva membalas pelukan Zia. "Sejak saat itu, Mama benci semua yang berhubungan sama Papa kamu." ucap Reva

"Bahkan dengan bodohnya, Mama mau bunuh kamu yang gak bersalah sedikitpun." Ucap Reva sambil terisak.

"Tapi kenapa Oma gak pernah cerita itu ke Zia." Ucap Zia

"Mama gak pernah ceritain masalah ini kesiapa pun." Ucap Reva "waktu itu Mama depresi, apalagi kandungan Mama udah tua. Mama berniat buat gugrin janin Mama karena kebencian Mama ke Papa kamu. Tapi Mama bersyukur waktu itu Oma kamu ngelarang Mama dan berniat buat rawat kamu."

"Saat Mama sudah ngelahirin. Mama memilih pergi jauh dengan alasan pekerjaan. Tapi yang sebenernya, Mama pergi ajuh untuk pengobatan mental Mama."

"Mama berhasil ngelupain kenangan menyakitkan itu, tapi karena itu juga Mama jadi lupa sama kamu. Dan Mama baru sadar saat Mama pertama kali ngeliat kamu dirumah Oma." Jelas Reva

"Jadi waktu itu, Mama bener - bener lupa sama aku karena pengobatan Mama, bukan karena Mama benci sama aku?" Ucap Zia

"Mama gak benci sama Zia, tapi Mama cuman sakit aja ngeliat kamu. Apalagi wajah kamu yang lebih mirip sama Papa kamu, itu membuat ingatan lama itu kembali lagi,"

Zia mencoba bernafas saat tiba - tiba dadanya terasa sakit. "Ta-tapi kenapa Mama gak pernah nemuin Zia, hiks" Zia terisak. Tangisnya pecah ditempat itu.

"Mama malu sama diri Mama sendiri. Mama takut ketemu sama kamu. Mama takut kamu bakal benci sama Mama. Jadi Mama milih untuk ngawasin kamu dari jauh." Ucap Reva.

"Mama ngawasin Zia dari jauh?" Tanya Zia dan diangguki oleh Reva.

"Waktu Mama dapat berita kalau kamu pergi ke Jogjakarta terus ke Thailand, Mama ngerasa kehilangan dunia Mama. Untung ada Ayah yang selalu ngehibur Mama. Apalagi saat Mama baca buku harian kamu yang ada dirumah Oma. Mama jadi bersalah karena terlalu sibuk dengan pekerjaan dibanding ngeluangin waktu buat kamu."

"Jadi pikiran Zia tentang Mama itu salah!, Mama masih sayang sama Zia, Mama gak benci sama Zia!." Zia kembali memeluk Reva sambil menangis.

___○°○°○___

Gus Nyebelin!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang