Bab 14 - Aceh

81 9 0
                                    

Pukul 14:00

Fyi. Bunda, Pakde, Bang Farel, Saina, Sania, mobil 1. Ibu, Aby, May, Fay, Elmir, mobil 2. Mama, Ayah, Naren, Mami, Papi, mobil 3.

"Akhirnya sampai juga," gunam semua orang.

"Assalamualaikum," Panggil Aby, yah! Dikeluarga Az-zahra hanya Aby Farlan saudara laki laki satu satunya.

"Waalaikumsalam, Eh Aby. Ayo ayo silahkan masuk," ucap Bang Faiz

"Sayang, keluarga Mas udah pada dateng nih," ucap Faiz memberi tahu istrinya.

"Sebentar, Mas." Lalu Kak Nazila pun turun sambil menggendong Jila dan menuntun Nuril.

"Apa kabar semuanya?" Ucap Kak Zizil-Nazila lalu menyalimi tangan saudara suaminya satu persatu, kecuali pada yang bukan mahromnya ia hanya menangkupkan tangannya didada.

"Kita semua baik, Zil. Kalian disini sekeluarga gimana?" Ucap Aby Farlan mewakili semuanya.

"Alhamdulillah, sangat baik." Ucap Bang Faiz

"Zifa?" Panggil Bang Faiz kepada Fay

Ah iya, Fay baru ingat. Jika di aceh ia biasa dipanggil Zifa, "Kulan Bang?" Ucap Fay sambil tersenyum tipis, lalu tanpa aba aba Faiz langsung menghamipiri adeknya itu dan langsung memeluknya dengan erat.

Saat tadi selesai shalat dzuhur, Bang Faiz mengumumkan kepada santrinya di aula bahwa anak bungsu dari Alm. Abuya Fariz / adek Bang Faiz yang sedang mondok diponpes Bismillah akan pulang, namanya Ning Zifa.

Allahu akbar...Allahu akbarr

"Alhamdulillah, yaudah kita shalat asar berjamaah dimasjid saja, bagaimana?" Ucap Faiz

"Boleh boleh, Mari Pak Kyai." Jawab Aby mewakili semuanya diakhiri kekehan.

"Mari. Untuk para wanita shalatnya dimushola rumah aja yaa, sayang." Ucap Faiz

"Iya, Baik Mas." Ucap Zizil tersenyum manis.

Setelah para cowo pergi kemasjid. Para wanita mengambil air wudhu dan yang menjadi imam Kak Zizil.

Namun saat hendak takbiratul ihrom, Jila terbangun dan menangis. Jadi Fay lah yang ditunjuk menjadi imam oleh Nazila.
Awlnya Fay menolaknya keras, tapi karena rayuan Bunda, Ibu, Mama, Mami, May nya. Dengan terpaksa ia maju kedepan menjadi imam.

"Ciee, barusan jadi imam," goda May dengan tangan yang menoel noel pipi Fay.

"Kepaksa. Daripada nanti para cowo pulang tapi para cewe belum shalat, yang ada nanti 'Fay kan ada, kenapa enggak sama Fay aja,' " ucap Fay kesal.

May pun tertawa renyah saat mendengar penuturan Fay, "Sabar ya, Ning." Ucap May dengan berusaha menahan tawanya.

"Sekali lagi manggil Fay pake embel-embel Ning, Fay suruh si Maudy mepet Bang Ayey. Biar kalian jadi sepupu-an," Ancam Fay seraya menatap tajam May.

"WHAT?, gila aja May sepupu-an sama si musuh bubuyutan, bencar kalo setiap ngumpul. Amit amit deh, jangan sampee," ucap May sambil berdidik ngeri.

"Keliling pesantren yu, May!" Ajak Fay

"Enggak ngikut dulu deh, mau namatin baca novel dulu soalnya." Ucap May dengan cengengesan.

"Jangan sampe baca novel yang 18+ atau 21+" peringat Fay.

"Iya kagak, Kakak Fayyyyy."

"Lah anak wp, Ddm!" Celetuk Fay

"Ha? Ddm?" Ucap May tak paham.

"Diam diam menghanyutkan,"

"Lebih baik fiksi, daripada yang realita nyakitin."

"Fiksi nyakitin ga nyata, yang realita nyakitin karena kurang sempura." Ucap Fay lalu terkekeh sebentar, "Sedih amat hidup ente, May!" Lanjut Fay lalu meninggalkan May yang sedang mengumpat dirinya.

"Kak Zizilll," Panggil Fay saat melihat Zizil sedang bermain dengan Jila yang berada di roda.

"Kenapa Fa? Bosen, mau keliling pesantren? Biar Kakak panggilin santri,"

Fay cengengesan, "Kakak tau aja, iya boleh." Ucap Fay

Lalu Kak Zizil memanggil santri yang sedang lewat, "Zahra, Nisa," panggil Zizil

"Assalamualaikum, Ada yang bisa kami bantu, Bu Nyai?" Tanya Zahra dengan kepala yang masih menunduk.

"Nana mana?" Tanya Zizil saat melihat mereka hanya berdua, ya! Mereka terkenal se-ponpes karena 'sipaling suka bertiga'.

"Tadi saat hendak ikut kami ke kantin, Nana terjatuh jadi ia ke kamar untuk berganti baju terlebih dahulu." Jawab Nisa dengan kepala yang menunduk.

"Astagfirullah, Nana daridulu ga berubah. Masih aja ceroboh," ucap Zizil, Nana adalah santri kepercayaan Zizil jika mengasuh Jila maupun Nuril.

"Yasudah, Nanti jika sudah ada Nana. Kalian ajak Ning Zifa keliling pesantren,"

"Baik Bu Nyai," ucap Zahra dan Nisa serempak.

"Zahra sama Nisa orangnya asik ko, nanti sebelum magrib kamu pulang ya. Kalo pengen keliling pesantren lagi besok siang biar leluasa,"

"Iya, Kak Zizilll. Bawelnya ngalahin Si Nurilll,"

"Kamu ini. Kakak masuk ya," ucap Zizil lalu masuk.

"Mari Ning Zifa," ucap Zahra mempersilahkan.

"Syukron, kalian tadi mau makan? Ke kantin?" Tanya Fay

"Laa Ning, kami hanya ingin membeli snack," jawab Nisa

"Kita ke kantin saja, Zifa juga haus sekalian beli minum."

"Baik Ning, sebentar kita menunggu dulu Nana didepan kantin."

"Ah iya, nama panjang kalian siapa?"

"Najwa Alfatuz-zahra, dipanggil Zahra/Zoya."

"Keyra Khoirun Nisa, dipanggil Nisa/Nca."

"Oh iya, Ning. Sohib kami Nana dulu mondok dipesantren Bismillah juga,"

"Oya? Siapa namanya? Barangkali F-Zifa kenal,"

"Assalamualikum, Afwan bestihh, Nana lamaa," ucap yang bernama Nana itu dengan nafas ngos ngosan.

'Kayak familiar banget suaranya,'
'Arum apa kabar ya? Dia pasti heboh kalo aku ada disini,' Batin Fay.

Fay posisi nya menghadap ke kantin, sedangkan Zahra dan Nisa menghadap ke Fay.

"A-Arum?"

"F-Fay Fa-Faiza?" Yap! Gadis yang sekarang disebut Nana itu adalah Arumi Nasha Razeta.

'Grepp'
Mereka berpelukan. Sedangkan Zahra dan Nisa mandang satu sama lain, dalam pikiran mereka 'Mereka saling kenal?' 'Kayaknya Nana deket banget sama Ning Zifa'.

"Kamu lagi ada urusan apa disini?" Tanya Arumi

'Tukk'
Zahra menginjak kaki Nana.

"Aww" ringis Arum saat kakinya diinjak, "Ini yang sering aku ceritain si manusia kulkas berjalan itu, namanya Fay." Ucap Arum tanpa beban, sedangkan Zahra dan nisa melotot saat mendengar Nana memanggil tanpa embel-embel 'Ning'.

"Afwan, Ning. Zahra tinggal sebentar," ucap Zahra lalu menarik paksa Nana.

"Apa si, zoy?" Tanya Nana-Arumi dengan raut bingung.

"Kamu tau tadi siapa?"

"Tau, Faiza Takzia Shafia H.A , sohib Nana yang paling kayak kulkas saat diponpes Bismillah."

Zahra mengusap wajah gusar, ia melupakan tadi saat pengumuman di aula Nana tidak hadir karena kebelet.

"Kenapa si, Zoy? Kamu ko bisa kenal?" Tanya Nana polos.

"Astagfirullah, Na."

"Aku bukan setan ya, ngapain Istigfar gitu." Ucap Nana sambil mendelik tajam ke Zahra.

"Dia itu, Faiza Takzia Shafia Hadzifah Az-zahra. Putri bungsu Alm. Abuya Fariz, dia yang dimaksud Kyai Faiz tadi. Dia adalah Ning Zifa, Na." Jelas Zahra panjang lebar.

"WHAT?, Jadi Fay nya Arum, adalah Ning Zifa."

"Makanya tadi kita melotot saat kamu manggil tanpa embel embel 'Ning' "

"Hehe, Afwan Zoy. Gatau tadi," ucap Nana cengengesan.

Gus Nyebelin!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang