Louis POV
"Tangkap mereka!". Mendengar dua kata yang mereka lontarkan, aku menarik tangan Louisa lalu berlari secepat mungkin.
Aku tak peduli kemana aku berlari. Belok kanan, lurus, belok kiri. Yang terpenting sekarang adalah aku dan Louisa tidak tertangkap. Sialan. Mereka masih dibelakang. Yang mengejarku dan Louisa bukanlah orang gempal tadi. Melainkan dua orang berotot. Astaga.. bagaimana ini.
"Louis, jangan melamun!" Ucap Louisa. Oh, jadi tadi aku melamun ya?
"Louis! Apa yang harus kita lakukan?"
"Lari secepat mungkin!" Ucapku. Aku dan Louisa menambah kecepatan berlari kami. Tangan kami masih bergenggaman.
"Louisa cepatlah! Mereka semakin dekat"
"Lou, aku capek" ucapnya lalu melepas genggaman tangan kami. Aku terus berlari, namun aku sadar. Aku tidak mendengar langkah kaki seseorang dibelakangku. Aku melihat kebelakang untuk memastikan Louisa masih mengikutiku. Sialan. Dia jauh dibelakang. Dan sekarang aku bisa melihat dua orang berotot itu berada dibelakang Louisa dengan keringat bercucuran sama seperti aku dan Louisa. Dengan gerakan cepat, aku berlari ke arah Louisa sebelum kedua orang itu menangkap Louisa. Dan yap. Aku berhasil. Aku menarik tangan Louisa lagi. Louisa terlihat pasrah mengikutiku. Aku tahu dia capek, tapi kalau dia berhenti dia akan tertangkap. Dan karena aku sahabatnya, aku tak akan membiarkan hal itu terjadi.
"Lou, aku capek. Kau tahu? Aku belum sarapan" ucap Louisa. Kasihan sekali. Tapi, aku juga belum sarapan.
"Aku juga belum, tapi mau bagaimana lagi" ucapku dengan nafas memburu. Aku sesekali melihat ke belakang memastikan apakah orang itu masih mengejar kami atau tidak. Masih. Persetan. Aku benci ini. Kenapa aku dan Louisa harus ditangkap? Apa salah kami?
Louisa melepaskan genggaman tanganku lalu menarikku masuk ke semak-semak. Kuharap, kami tidak kerahuan bersembunyi disini. Nafasku tersenggal-senggal begitupun Louisa. Aku mendengar langkah kaki semakin mendekat. Semoga mereka tidak menyadarinya.
"Sialan! Kemana mereka?"
"Mereka berlari dengan sangat cepat. Apa yang harus kita lakukan? Kita tidak berhasil menangkap mereka"
"Lanjutkan saja mencari mereka!"
"Kau gila? Atau bodoh? Kau mau mati karena berlari?"
"Hey, tapi apa yang harus kita katakan di dipan bos?"
"Aku akan memikirkannya. Ayo!"
Setelah percakapan itu, langkah kaki mereka perlahan menghilang menandakan mereka sudah pergi. Namun, aku masih ragu. Aku takut mereka pura-pura pergi untuk memancingku dan Louisa keluar.
"Jangan keluar dulu" bisikku. Louisa mengangguk. Dia mengintip dari balik semak-semak. Dia menghembuskan nafas lega. Kami langsung duduk dengan lega dibalik semak-semak. Tadi, kami berjongkok. Menyebalkan bukan?
"Sialan Lou, aku tak menyangka kita akan dikejar" ucapnya.
"Kau kira aku mengetahuinya hm?" Ucapku sambil melepaskan tasku.
"Kau menyebalkan" ucapnya.
Aku tak membalas ucapannya, aku hanya mengeluarkan roti yang kubawa dari rumah. Tak lupa dengan susunya. Saat aku akan memakan roti, seseorang atau lebih tepatnya Louisa merebutnya dariku.
"Hey! Itu milikku!" Ucapku dengan suara pelan. Louisa hanya tersenyum tak berdosa lalu mulai memakan rotiku.
"Au la-ar" ucapnya dengan mulut penuh roti. Huftt.. dia kan bawa bekal. Dimana bekalnya???
"Kau kan bawa bekal" ucapku kesal. Louisa mengernyitkan dahinya bingung. Detik kemudian, wajahnya berubah menjadi cengo. Selanjutnya, dia melihat ke belakang, sebelumnya, dia memberikan roti yang sudah digigitnya ke arahku. Dengan bingung,aku menerimanya. Dia meraba-raba punggungnya. Kenapa dia? Wajahnya berubah menjadi panik.
"Tasku, Lou" ucapnya. Ck. Tasnya? Tunggu. Tasnya kemana??? Astaga!!
"Tasmu dimana?" Ucapku mulai panik. Yang benar saja. Jika tasnya ketinggalan dan dia merengek untuk membali aku tidak mau.
"Tasku ketinggalan di gua tadi!" Ucapnya dengan panik. Ck. Benarkan?!
"Louisaaa...." ucapku geram.
"Lou.. " ucapnya dengan wajah memohon. Sialan. Aku tahu dia memintaku untuk menemaninya mengambil tasnya, tapi apapun yang dia lakukan, jawabannya adalah aku tidak mau.
"Tidak, kau tahu? Kita bisa ditangkap" ucapku.
"Tapi.. bagaimana dengan bekalku? Bajuku? Peralatanku? Ayolah Lou.." ucapnya masih merayuku.
"Sudah kubilang tidak. Makan saja bekalku. Pakai saja bajuku. Aku juga punya peralatan. Yang penting jangan kembali kesana" ucapku.
"Ck, baiklah" ucapnya pasrah. Dia merebut kembali roti di tangankublalu memakannya dengan kesal.
"Kau sih ceroboh!" Ucapku sambil mengambil roti dari tasku. Untung aku punya beberapa.
"Kau yang menarikku, aku kan jadi tak punya kesempatan untuk mengambil tas!" Ucapnya. Dia menyalahkanku? Yang benar saja. Disini jelas-jelas yang salah dia.
"Lou, kita pulangnya bagaimana?" Ucap Louisa. Mana kutahu?!
"Mana kutahu??!"
"Huftt, kita tak mungkin kan tinggal disini sampai tua" ucapnya. Yang benar saja! Bersamanya m? Disini? Sampai tua?? Noooo...
"Ya tidaklah, aku punya kompas. Tidak usah mengungkapkan hal yang tidak-tidak" ucapku. Louisa mengangguk.
Kami hanya duduk sambil makan disini. Oh, dan jangan lupakan cerita konyol Louisa. Cerita buatannya yang sangat konyol. Cerita jika aku dan dia tak bisa pulang lalu kami akan disini sampai mati. Dan jangan lupakan pikiran kotornya. Kurasa otaknya sudah terkena virus. Ckckck. Harus kubersihkan dengan antivirus.
"Louisa, sebaiknya kita keuar. Aku tak mau disini bersamamu sampai tua" ucapku. Louisa memandangku dengan tatapan jijiknya seakan-akan ia juga tak mau bersamaku.
"Kau kira aku mau disini terjebak denganmu Tommo?? Jangan harap aku mau. Dasar mesum" ucapnya lalu berdiri. Hey! Mesum? Aku? Setauku dia yang tadi mengatakan hal menjijikkan.
"Hey, dengar! Siapa yang mau melakukan itu denganmu. Bodoh. Kau yang sedari tadi berbicara aneh seperti itu" ucapku lalu memasukkan roti yang tersisa, botol susu ke dalam tasku.
Aku mengambil kantung plastik lalu memasukkan sampah roti yang kubawa kedalamnya. Setelah itu, aku menaruhnya di dalam tasku dan menutup tasku. Dengan segera, aku berdiri sambil menggendong tasku. Louisa terlihat mengamati sekitar. Matanya meneliti setiap objek disini. Huffttt, anak itu kenapa???? Matanya melebar seketika. Huftt, sabar Louis, sabar.
"Lou, lihatlah! Orang itu masih disini" ucapnya. Hah??? Jangan bercanda.
"Tidak lucu!" Ucapku.
"Memang! Aku tidak menganggap ini lucu" Ucapnya. Aku melihat ke arahnya lalu berpindah beralih ke arah yang sedang dipandangnya. Sialan. Mereka disana.
-----
Meskipun last chap belum sampe 5 votes, tapi gue udah pengen update. Huftt, keluarlah kau wahai ghost reader!!
![](https://img.wattpad.com/cover/37985799-288-k358917.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Crazy Adventure
AventuraLouis dan Louise menyukai rintangan. Tidak. Mereka tidak kembar. Mereka bersahabat. Louis dan Louise selalu mengisi liburan musim panasnya dengan petualangan. Namun, di liburan musim panas tahun ini akan menjadi petualangan yang tak akan pernah mere...