Angkasa

114 20 1
                                    

"Assalamualaikum Warahmatullah..."

"Assalamualaikum Warahmatullahi..."

Amel meneteskan satu butir air matanya yang dari tadi ia tahan.
Mata nya sudah berkaca-kaca mulai takbiratul ikhram hingga salam.

Saat ini Amel dan teman-temannya sedang melaksanakan ibadah sholat Ashar di Musholla TPQ dan di imami oleh Gus Adit.

"Ya Allah, jika engkau memang tidak mengizinkan takdir hamba dan takdirnya untuk bersatu, maka hamba mohon berikan keikhlasan hati untuk hamba menerima semua ini," batin Amel dalam hatinya.

"Amel" panggil ustadzah Aisyah pada Amel yang berada di sebelahnya.

"Nggeh, ustadzah?" sahut Amel.

"Hari Sabtu besok bantuin ustadzah menyiapkan buat acara hari Minggu ya nak,"

"Nggeh, ustadzah" setelah mengatakan itu, Amel melepas dan melipat mukenah nya.

"Kalau gitu Amel pamit pulang dulu, Ustadzah, Gus," pamit Amel.

"Iya nak, hati-hati," sahut Ustadzah Aisyah. Sedangkan Adit hanya mengangguk dan tersenyum tipis sebagai jawaban.

"Kami juga pamit," ucap Alviano mewakili teman-temannya.

"Assalamualaikum,"

"Waalaikumsallam"

"Umi..." lirih Adit setelah kepergian Amel dan teman-temannya.

"Gimana sama Amel?"

"Amel udah tau semuanya, Umi,"

"Allahu Akbar... Lalu?"

"Dari tatapan nya udah jelas kalau Amel kecewa sama Adit," balas Adit dengan tatapan kosong nya.

"Sabar nak, semua pasti ada jalannya," ucap Umi Aisyah sambil mengelus lengan kekar Adit.

"Umi, apa nanti Adit bisa menjadi suami yang bertanggung jawab?"

"Adit takut mengecewakan orang di sekitar Adit, Umi"

Lelaki itu menghapus genangan air matanya yang ingin menetes.

"Insyaallah kamu bisa, nak. Berdoa dan minta petunjuk pada Allah SWT."

"Doa in Adit, Umi."

"Umi selalu mendoakan kamu, nak."

•••

Seorang gadis berjalan sendirian menyusuri tepi jalan dengan tatapan kosong.

"Ya Allah, kenapa sulit untuk menerima ini semua?" monolog Amel.

"Ya Allah..." keluh Amel.

Ia berhenti sejenak di sebuah taman dekat jalan raya.
Ia ingin menenangkan pikirannya sejenak di situ.

"Amel?" tiba-tiba terdengar suara seorang lelaki memanggil nya.

Amel menoleh dan terlihat seorang lelaki yang berjalan menuju ke arahnya.

"Iya?" sahut Amel.

"Lo Amel kan?" tanya laki-laki itu.

"Iya, kamu..."

"Kenalin gue Angkasa, anak Black Lion's, inget gak?" Angkasa menjulurkan tangannya ke arah Amel.

Tapi Amel tak meraih tangan itu, ia menangkupkan kedua tangannya sendiri dan tersenyum tipis.

"Kak Angkasa? Black Lion's?" Amel masih berusaha mengingat-ingat.

My Friend Or My GusTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang