Chapter 4

11 4 0
                                    

Haii hello!!

Sama seperti biasa tolong bantu koreksi typonya yaa...

″Pembaca yang bijak pasti tahu caranya menghargai karya si penulis″

Enjoyy, Happy Reading!

"Mama? "

Herdy melajukan mobilnya diatas rata-rata membelah jalanan malam, rasa gugup menyerangnya hingga butir-butir keringat mulai membasahi pelipisnya.

Karna terlalu asik bermain geme disana Herdy jadi lupa waktu, persetan dengan jalanan licin karna hujan, yang penting sekarang pulang kerumah sebelum ada yang mendahului nya.

Mobil putih itu berhenti di depan pagar rumah yang minimalis tapi terlihat mewah, pagar besar dibukaan oleh satpam disana. Herdy melajukan mobilnya menuju garasi dan rasa gugupnya semakin bertambah karna ia melihat mobil hitam terparkir rapi disana.

Herdy keluar dari mobilnya dan berlahan-lahan berjalan menuju pintu, kepalan tangannya serasa basah karna rasa gugup yang menyerang nya.

"Dari mana?"

Pintu itu tiba-tiba terbuka dan menampilkan wanita paruh baya yang menatap Herdy dengan dingin nan datar.

Herdy yang belum siap bertemu dengan wanita itu gelalapan sendiri.

"Kata Haikal kamu bolos kelas" Kalimat yang keluar lagi dari mulut wanita itu.

"Herdy! Jawab mama" Herdy semakin dibuat gemetar karna bentakan dari wanita itu. Yang ternyata Ibunya sendiri.

Herdy menundukkan kepalanya, ia tidak tahu bahwa ibu nya pulang mendadak hari ini. "Kamu gak lupa kan minggu depan kamu ada olimpiade?" Herdy menggeleng memandakan ia tidak lupa dengan olimpiade itu.

Melihat Herdy tidak membalas pertanyaan-pertanyaan nya ia menghela nafas gusar. "Masuk!" Dengan berlahan Herdy memasuki rumahnya sendiri.

Ibunya yang ada di hadapan nya itu berbalik dan kembali menatap Herdy. "Masuk kamar!" Titahnya.

Ibunya pergi meninggalkan Herdy yang masih berdiri disana. "Ingat, harus bawa pulang mendali emas! Kalau gak, mama gak bakal maafin kamu" Ujarnya sebelum sang ibu masuk kedalam kamar.

Herdy menghela nafasnya lelah lalu ia menaiki tangga berjalan menuju kamarnya yang ada di lantai 2.

Ternyata, bukan hanya Mahesa yang kemampuan otaknya dipaksa oleh orang tua mereka. Herdy juga, keluarga Herdy itu penuh dengan aturan, sifatnya di rumah dan di luar Sangat bertolak belakang, ia dikenal diluar sana sebagai orang yang sangat aktif dan juga terkesan ramah.

Herdy disuruh untuk mengwujudkan impian sang ibu yang tiap tahun harus juara kelas, bintang sekolah, dan kalau ada Olimpiade ia harus meraih mendali emas. Herdy melakukan itu dengan iklas ia tidak ingin mengecewakan ibunya yang sudah merawat nya sedari kecil.

Saat SMP Herdy berhasil membuat impian ibunya itu tercapai ia juara kelas dan bintang sekolah terturut-turut. Disana ia melihat senyum sang ibu yang sangat jarang ia lihat dan pelukan sang ibu yang hangat membuat nya tenang.

Sama dengannya saat SMA ini, Herdy masih berusaha semaksimal mungkin untuk mencapai keinginan sang ibu. Kalau tentang juara kelas masih bisa ia menangkan, tapi tidak dengan bintang sekolah karna saingan nya yang dibilang pintarnya setara dengannya, dan juga tentang Olimpiade, saingan nya semakin susah untuk ia seimbangi. Yang pasti ada yang lebih pintar darinya.

H-1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang