Tita masih diam di apartemennya, kali ini dia memutuskan untuk istirahat dari pekerjaanya. Sudah lama dia tidak me-time, dipikirannya sekarang dipenuhi dengan berbagai macam hal untuk membuang waktu. Pertama-tama dia akan membuat sarapan lalu mandi, setelah itu dia akan pergi ke salon. Dia ingin memotong rambutnya yang terlihat sudah panjang, dulu dia mempertahankan rambut panjangnya karena Adit menyukai cewek berambut panjang. Dan sekarang dia baru berpikir untuk memotong rambutnya, dia benar-benar tidak mempedulikan lagi tanggapan Adit padanya.
Tita bangun dari ranjangnya, mengikat asal rambut hitam indahnya. Ia lalu berjalan meninggalkan kamar menuju dapur apartementnya. Mengambil beberapa telur juga sosis untuk sarapannya, tak lupa dua lembar roti untuk ia bakar bersama telur. Sambil memasak sarapannya pikirannya terlintas pada beberapa bulan lalu, saat kedua orangtuanya menanyakan perihal asmaranya. Mereka menanyakan apakah dia trauma, Tita jelas membantahnya dia tidak trauma hanya saja dia malas untuk berhubungan. Perasaanya kosong sekarang, sekalipun ada Adit yang sekarang mulai kembali mendekatinya.
Tak membutuhkan waktu lama dia telah selesai untuk membuat sarapan, ia segera menyantapnya. Setelah selesai ia segera membersihkan diri, bersiap untuk pergi ke salon.
Ketika ia akan pergi, ia melirik ponselnya yang kehabisan daya. Ia memilih meninggalkan barang pentingnya itu, dan pergi begitu saja meninggalkan apartement.
Sesampainya di salon ia langsung meminta pada karyawan di sana apa yang dia inginkan. Dia benar-benar ingin memotong rambutnya dan mewarnai, tidak mempedulikan apakah akan bagus padanya atau tidak dia tetap akan melakukannya. Itung-itung buang sial pikirnya.
Setelah berjam-jam lamanya, Tita selesai memotong rambut dan mewarnainya. Dia cukup puas dengan hasilnya, ia lantas melanjutkan perjalananya yang akan berbelanja. Dia tidak menyadari jika langit mulai berubah warna. Rupanya dia cukup lama menghabiskan waktu di salon, namun dia tidak menyesal sedikit pun.
Kepalanya terasa ringan setelah ia memotong rambutnya, dengan senyum tipis dia membalas sapaan ramah karyawan supermarket. Ia mengambil troli dan mulai mencari bahan makanan yang akan ia beli.
Ia benar-benar lupa waktu sepertinya, karena begitu asyik berbelanja kebutuhan rumahnya. Sampai-sampai ketika ia turun dari mobil, ia melihat Adit ada di depan pintu apartementnya dengan penampilan yang berantakan. Membuatnya bingung dan juga heran, ia juga bertanya-tanya untuk apa pria itu kemari.
"Adit?" Tanya Tita ketika ia telah berdiri di depan pria itu.
Adit yang tengah bersandar pada dinding sambil menunduk, seketika mendongak. Wajahnya terlihat sekali lega melihat Tita ada dihadapannya, ingin sekali ia memeluk perempuan itu namun urung saat tahu mereka tidak memiliki hubungan apapun.
"Ka-kamu dari mana aja, Ta?"
"Aku habis dari luar, kamu kenapa di sini?"
"Kenapa ponsel kamu nggak aktif?"
Meskipun bingung, namun dirinya tetap menjawab pertanyaan Adit.
"Aku memang tidak membawa ponsel."
Adit menutup matanya, menahan perasaannya sejenak untuk tidak memarahi wanita dihadapannya ini. Demi Tuhan dia seperti orang gila seharian ini, dia menghubungi Tita dari siang tapi tak ada jawaban sama sekali dari wanita itu. Bahkan ponselnya tidak aktif, belum lagi ia menanyakan pada Dara dan cewek itu juga tidak tahu. Bagaimana dia tidak khawatir, jika Dara atau Ardan mengetahui keadaanya dia tidak perlu sepanik ini. Tapi buktinya kedua temannya itu tidak mengetahuinya, jelas saja dia panik takut wanitanya kenapa-kenapa.
Setelah merasa ia bisa mengendalikan perasaanya, dia mulai sadar ada yang berbeda dari Tita. Tita terlihat lebih fresh dan sedikit dewasa, tentu saja dia cantik, cantik sekali.
KAMU SEDANG MEMBACA
Girlsfriend's best Friend
RomanceShortstorry Tita benar-benar tidak mengerti arti dirinya bagi Adit. Cowok kaku, irit bicara, dewasa, yang sialnya begitu dicintai olehnya. Adit selalu menomor dua-kannya dengan Rani 'sahabat' cowoknya. Bukan sekali dua kali Adit melupakan janjinya...