Adit

12.1K 1.3K 472
                                    

Berjalan dengan langkah tertatih-tatih sambil memeluk lengannya yang kedingan, air mata Tita terus berjatuhan. Sudah cukup dirinya kesakitan akibat hubungannya yang tidak sehat dengan Adit. Kali ini dirinya benar-benar menyerah ia tidak sanggup jika terus bertahan di samping pria itu, sedangkan hati dan pikiran prianya ada pada wanita lain.

Sampai saat ini dirinya bertanya-tanya apa artinya dirinya selama empat tahun ini bagi Adit? Apa hanya pelarian semata? Namun jika pelarian saja, rasanya dia tidak pernah mendapat perhatian lebih sebagai kekasih pria itu. Adit hanya akan memberinya kabar jika benar-benar penting dan mendesak, jika pun bertukar pesan selalu dirinya yang memberi kabar terlebih dahulu. Dan kali ini dirinya tidak akan melakukan hal yang membuang-buang waktu bagi pria itu.

Tita berhenti di sebuah kursi panjang yang terbuat dari besi, kursi itu memang sengaja di letakan di setiap jalan. Tita kemudian mendudukan dirinya di sana, tangan kurusnya meraba ponsel yang dia masukan ke dalam tas kecil. Tangannya bergetar ketika membuka ponselnya, dia bersyukur mempunyai ponsel dengan fasilitas anti air. Jadi dirinya tidak perlu cemas ketika dirinya akan memainkan ponselnya saat hujan seperti ini, ia juga bisa bernapas dengan lega menyadari keadaan sekitarnya yang sepi. Bagaimana tidak sepi jika dirinya berada di pinggir jalan dengan keadaan hujan yang begitu deras.

Tita menahan mati-matian agar isak tangisnya tidak terdengar, bibir bawahnya ia gigit kuat begitu jemari lentiknya mencoba menghapus satu-persatu pesan dari Adit. Meskipun Adit hanya membalasnya dengan singkat, tapi tetap saja baginya itu sangat berkesan. Ada ratusan pesan dari Adit yang tidak ia hapus, dan kini jemari lentiknya mulai menekan gambar tempat sampah yang berada di atas layar ponselnya.

Mulai saat ini dia akan menghapus Adit dari hidupnya, di mulai dengan menghapus pesan dari pria yang sangat di cintainya. Setelah menghapus semua pesan dari Adit, jemari kurus Tita membuka galeri foto. Di sana ada ratusan foto tentang Adit, bukan foto dirinya dan Adit atau hanya foto pria itu seorang. Galeri foto itu hanya berisi tentang barang yang di pakai oleh Adit saat bersamanya.

Tita menghapus foto sepatu dirinya dan Adit saat berjalan bersama tiga bulan lalu, dan tentunya tanpa sepengetahuan Adit. Dia juga menghapus jaket yang di pakai Adit dari belakang saat Adit bermain catur dengan Papa-nya dua bulan lalu. Dan foto-foto barang Adit lainnya ia hapus juga dengan tidak rela. Air matanya tidak pernah berhenti menetes malah rasanya semakin deras saja. Dan untuk yang terakhir, dia menghapus nomor Adit dari ponselnya meskipun awalnya berat dan ragu, namun mengingat kembali pria itu yang selama ini mengacuhkannya membuat Tita berani.

Setelah dirasa ponselnya tidak ada yang berkaitan dengan Adit, tangis Tita pecah seketika. Dia mencintai Adit, benar-benar mencintainya. Ia tidak percaya Adit yang mengenalkannya pada cinta kini pria itu juga mengenalkannya pada rasa sakit. Seharusnya dia sadar dan tahu diri jika Adit mana mungkin serius dengannya, mana mungkin Adit membalas perasaannya kalau hati pria itu saja telah di ambil oleh pemilik hati yang sebenarnya jauh sebelum dirinya mengenal Adit.

Berbeda dengan keadaan Adit, pria itu masih terdiam di tempatnya enggan beranjak sedikitpun, dia masih mencerna apa yang terjadi beberapa menit lalu. Seharusnya dia senang karena kini ia tidak perlu berbohong lagi pada Tita untuk pergi bersama Rani, namun ia tidak dapat memungkiri di relung hatinya yang terdalam ia merasakan ke kosongan. Ponselnya berdering dia tahu itu pasti dari Rani, namun entah mengapa baru kali ini dia malas untuk mengangkat panggilan telepon dari wanita itu.

Ada banyak pertanyaan yang ingin dia tanyakan pada Rani, terlebih tadi Tita menyebut-nyebut nama Rani membuat dirinya bingung dan penasaran.

_
_
_
_

Adit berjalan gontai memasuki apartementnya, kepalanya terasa pusing akibat tubuhnya yang kehujanan. Tanpa menyalakan lampunya lebih dulu, Adit terus berjalan menuju kamarnya. Matanya menyipit menyesuaikan cahaya yang benderang menyilaukan matanya. Adit menatap datar ke arah tempat tidur begitu melihat seorang wanita yang tengah tertidur di atas ranjangnya. Tanpa memedulikan wanita yang tengah tertidur ia kembali berjalan menuju kamar mandi. Tak berapa lama kemudian Adit keluar dengan tubuh segar meskipun kepalanya masih berdenyut sakit.

Girlsfriend's best FriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang