Tita masih sibuk mencerna penjelasan Ardan mengenai Adit kepadanya. Ardan memang tidak memintanya untuk kembali pada Adit karena dia tahu, Adit dulu telah menyakitinya dan membuat dia kabur. Iya dia kabur setelah kejadian itu, kejadian di mana Joe kembali pada Kinan dan membatalkan pernikahan mereka dan kembalinya Adit. Tita stress dia membutuhkan ketenangan diri, maka dari itu dia kabur tanpa membawa ponsel. Dia hanya membawa uang cash dan barang-barang yang dia butuhkan saja.
Tindakannya itu jelas membuat semua orang panik, termasuk Dara dan Ardan. Mereka berdua mencarinya kemana-mana, namun tidak juga menemukannya. Pun dengan keluarganya, yang sama-sama paniknya. Dara sebenarnya tidak sepenuhnya kabur tanpa kabar, ia mengabari kok. Mengabari lewat surat saat kabur, ia menuliskan jika dirinya ingin sendiri dan meminta untuk jangan mencarinya dulu. Tapi, keluarganya dan juga sahabat-sahabatnya jelas saja tetap khawatir takut Tita melakukan yang aneh-aneh. Apalagi saat itu dirinya baru saja ditinggalkan Joe dan bermasalah dengan Adit. Makanya mereka semua panik, karena selama ini Tita seolah baik-baik saja menyembunyikannya seorang diri.
Aksi kaburnya itu berlangsung selama lima hari, dia pergi mengelilingi kota-kota yang belum pernah dia singgahi. Dan setelah perasaannya membaik dia kembali, ia menemui keluarganya dan juga Dara. Tita menjelaskan semuanya alasan dia pergi beberapa hari ini, dan ia juga berterima kasih bahwa tidak mencarinya. Itu yang dipikirannya, kedua kakaknya dan juga Ardan tidak mencarinya tapi tentu saja tidak. Tanpa Tita sadari, kedua kakaknya juga Ardan tetap mencari Tita menemukan bahwa Tita baik-baik saja mereka merasa lega.
Tak ingin membuat pikirannya kembali penuh, Tita memutuskan untuk tidur ia harus beristirahat sebelum kepalanya menjadi sakit karena terus berpikir.
🍁
🍁
🍁Kata orang kembali dengan pria yang sama akan berakhir sama, karena sudah jelas akhirnya.
Tapi kasusnya berbeda dengan Adit. Sebenarnya jika dipikir lagi dengan matang, Adit tidak begitu bersalah. Karena dari awal Adit tidak mengajak Tita berkencan, dan Tita pun tidak memintanya. Hanya saja mereka membiarkan hubungan mereka mengalir begitu saja. Sampai salah satu diantara mereka mulai mempertanyakan hubungan yang dijalani mereka.
Tita meminta Adit putus karena merasa selama ini mereka memang berkencan, pun dengan Adit yang selalu bersama Tita disetiap acara membuat hubungan itu seperti memiliki status, padahal tidak. Karena sejak dari awal tidak ada yang mengikrarkan berkencan diantara mereka.
Maka ketika 'hubungan' mereka berakhir, benar-benar berakhir Adit mulai menyesalinya. Menyesali karena dia menyakiti Tita seakan menjerat wanita itu, dan menyesali dirinya yang tidak peka terhadap perempuan itu. Pada saat dipertemukan kembali mereka setelah bertahun-tahun berpisah, Adit terlalu gegabah dengan kembali mendekati Tita tanpa memikirkan perasaan Tita. Adit baru menyadarinya sekarang, Tita pasti menolaknya karena dianggap dirinya yang seperti mempermainkannya lagi.
Tapi sekarang dia baru menyadarinya, dia harus pelan dan berhati-hati. Dia menginginkan Tita dengan benar, maka dia mulai mencoba mendekatkan kembali dengan cara yang benar. Sekalipun Tita yang sekarang ini sudah berubah, dia tidak masalah. Asalkan Tita tidak mendorongnya untuk menjauhinya dia tetap akan berusaha mendapatkan gadis itu lagi.
🌹
🌹
🌹Tita masih tidak masuk kantor, ia sudah meminta asistennya sendiri untuk mengurusi kerjaanya. Hari ini ia ingin pergi ke rumah kakak pertamanya yang sudah memiliki anak, dia menyukai anak kecil. Melihat keponakannya dapat membuat dia senang.
"Ateu Titaaa." Seru keponakan pertamanya yang bernama Marka.
"Hi jagoan," Tita menciumi pipi gembil Marka yang berusia 4 tahun.
Tita menggendong Marka untuk dibawa ke dalam rumah sang kakak.
"Loh Tita, kok nggak kedengeran kamu datang."
Hana kakak iparnya bingung melihat adik iparnya itu yang tidak ada angin, tidak ada hujan mendatangi rumahnya.
"Iya, Mbak. Aku sengaja ke sini lagi suntuk sama kerjaan." Alasannya.
Hana mengangguk anggukan saja kepalanya, lalu meminta sang anak untuk turun dari gendongan Tita.
"Marka sayang, ayo turun. Kasian Ateu nya berat gendong Marka."
"Nggak kan, Ateu yah. Marka nggak berat kan?"
Keponakannya itu memandang Tita dengan tatapan yang was-was. Marka memang begitu lengket pada Tita. Setiap Tita datang ke sini tante nya itu pasti selalu membawa makanan kesukaannya, atau membawakannya mainan. Maka pantas saja Marka lengket padanya.
"Mas Tara tahu kamu ke sini, Ta?"
Hana membawakan minunan dan camilan untuk adik iparnya itu, setelah Marka tetap tidak mau turun dari pangkuan Tita.
"Nggak, aku sengaja nggak bilang."
Hana seakan tahu jika Tita ke sini bukan karena alasan kangen sama Marka tapi ada yang mau dibicarakan oleh sang ipar.
"Ayo mau cerita sekarang?"
Tanya Hana lagi sambil duduk di samping Tita.
Marka turun dari gendongan Tita setelah tantenya memberikan mainan baru yang dibeli olehnya kemarin.
Tita belum bersuara, ia masih menyusun kalimat untuk ia ucapkan. Hana kakak iparnya itu begitu baik padanya, dia seolah mengalami apa yang ia rasakan. Dan kakak iparnya itu tidak pernah menghakiminya, Hana tipe perempuan yang netral dan berpikiran terbuka. Setiap dia cerita dia selalu menempatkan diri pada dua sisi, sehingga tidak membuatnya merasa terpojok atau dibela. Maka dari itu dia selalu bercerita pada Hana ketimbang kedua kakaknya yang notabene seorang pria.
"Aku lagi bingung, Mbak."
Dan setelah itu mengalirlah cerita Tita. Ia menceritakan keresahan hatinya akhir-akhir ini, siapa lagi kalau bukan sumber masalahnya Adit. Dan Hana mendengarkan tanpa memotong ceritanya, benar-benar mendengarkan Tita.
"Aku ... mesti gimana yah, Mbak?"
Hana diam, dia mulai mencerna apa yang Tita ceritakan padanya.
"Mbak mau tanya sama kamu, kamu masih ada rasa sama dia?"
Tita tidak langsung menjawab, dia diam sebentar.
"Coba tanya dulu hati kamu, kamu benar-benar udah ngelupain dia atau cuman lari? Lari karena kamu takut disakitin lagi sama dia?"
Kalimat perkalimat yang diucapkan Hana pada Tita membuat perempuan itu terdiam membeku.
"Ta, kamu nggak salah kok kalau selama ini kamu perlakuin dia kayak gitu. Mbak paham sama rasa sakit kamu, mungkin kamu pengen ngetes Adit dia beneran suka sama kamu atau nggak. Wajar kok kalau kamu kayak gitu, nggak apa-apa. Tapi, kalau memang kamu udah nggak punya rasa lagi sama dia dan pengen jadi temen aja. Kamu sebaiknya bilang, kasih tahu dia kalau kamu nyamannya temenan aja. Mbak bukan belain Adit yah, mbak cuman nggak mau kamu kayak Adit. Gantungin perasaan orang, dan juga selama ini sebenarnya yang salah itu kalian berdua. Bukan hanya Adit tapi kamu juga,"
Tita diam sedikit tidak menyukai ketika kakak iparnya itu mengatakan jika di sini dia juga bersalah.
"Kenapa mbak bilang gini, karena seharusnya kamu mundur. Adit nggak kasih feedback balik ke kamu, seperti kamu yang treat dia sebegitunya. Selama empat tahun kemarin kamu cuman sia-siain waktu kamu cuman untuk ngejar Adit, Ta. Sorry kalau mbak ngomong gini. Cuman ini yang dipikirin mbak, Adit salah, jelas. Karena dia php-in kamu selama ini, kalau dia gak suka sama kamu harusnya dia bicarain kalau dia gak suka sama kamu, jangan gantungin kamu selama ini. Bikin kamu bertanya-tanya, jadi sekarang kamu tanya dulu hati kamu. Kamu beneran udah nggak ada rasa sama dia, atau masih? Setelah itu kamu bisa mutusin mau biarin dia ngejar kamu atau minta berhenti."
Jelas Hana panjang lebar, dia berharap Tita mencerna dengan baik setiap kata yang dia ucapkan. Ini semua demi kebaikan adik iparnya itu, dia tidak mau Tita mengambil keputusan yang salah. Cukup 5 tahun lalu dia sia-siain waktu untuk pria yang tidak memiliki perasaan yang sama. Dan jangan pula, dia seperti Adit untuk membalas dendam. Cukup pengalaman kemarin dia jadikan pelajaran ke depannya, cukup pria saja yang tergila-gila pada seorang wanita. Karena wanita mudah luluh, berbeda sekali dengan para pria yang membutuhkan waktu yang lama untuk membuatnya tersadar.
🍁
🍁
🍁Tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
Girlsfriend's best Friend
RomanceShortstorry Tita benar-benar tidak mengerti arti dirinya bagi Adit. Cowok kaku, irit bicara, dewasa, yang sialnya begitu dicintai olehnya. Adit selalu menomor dua-kannya dengan Rani 'sahabat' cowoknya. Bukan sekali dua kali Adit melupakan janjinya...